Asosiasi Beberkan Penyebab Pusat Perbelanjaan ITC Ditinggalkan Konsumen
Salah satu hambatan bagi ITC untuk bertransformasi adalah sulitnya membuat keputusan bisnis. Mayoritas pusat perbelanjaan tersebut berkonsep trade center dan merupakan bangunan strata title.
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Stefanus Ridwan mengakui telah terjadi penurunan geliat bisnis pusat-pusat belanja, khususnya di International Trade Center atau ITC. Dia mengakui, saat ini ITC tak lagi semenarik dulu.
"Itu yang mesti mereka kumpul bareng-bareng, duduk sama-sama, coba daya tariknya diubah supaya bisa lebih menarik. Tapi kumpulin orang itu susah. Semua pemilik. Jadi agak susah. Tapi ada beberapa ITC berhasil melakukan itu dan ramai," kata dia saat ditemui di Jakarta, Kamis (11/7).
-
Apa yang dirayakan Ririn Ekawati dalam acara peluncuran bisnis barunya? Bisnis baru ini adalah hadiah terbaik untuk Ririn yang baru saja berulang tahun.
-
Kenapa Wisata Perahu Kalimas diharapkam bisa meningkatkan ekonomi? Menurut pemerintah Kota Surabaya, wisata ini diharapkan akan menjadi daya tarik wisatawan domestik yang bisa meningkatkan ekonomi sekitar.
-
Apa bisnis yang dirintis oleh Risma di Yogyakarta? Risma memulai usaha kecil-kecilan dari pre-order di rumah. Dari sinilah Risma mulai mengumpulkan modal sedikit demi sedikit hingga akhirnya memberanikan diri untuk membuka bisnis ramen.
-
Bagaimana desa wisata ini dikelola? “Konsep pengembangan desa wisata di Kaduela dikelola secara mandiri dan melibatkan pemberdayaan masyarakat setempat sebagai kunci keberhasilan,” terang Iim
-
Kenapa bisnis baju bekas impor dilarang di Indonesia? Presiden Jokowi mengungkapkan bisnis baju bekas impor ilegal sangat mengganggu industri tekstil dalam negeri.
-
Kapan Ririn Ekawati merayakan bisnis barunya? Bisnis baru ini adalah hadiah terbaik untuk Ririn yang baru saja berulang tahun.
Salah satu hambatan bagi ITC untuk bertransformasi adalah sulitnya membuat keputusan bisnis. Dia mengatakan, mayoritas pusat perbelanjaan tersebut berkonsep trade center dan merupakan bangunan strata title. "Decision maker-nya terlalu banyak. Semua bos di situ. Kan tiap kios, satu pemiliknya satu," ungkapnya.
Artinya, setiap kios bisa dimiliki oleh perorangan maupun kelompok. Hal inilah yang membuat pengelola atau pengembang kesulitan untuk menyatukan pendapat seluruh pemilik kios. Jauh lebih gampang jika berstatus sewa atau leasing.
"Pengelola nggak bisa perintah mereka. Kalau yang leasing kan gampang. Ah kita nggak mau ini, sudah nggak kasih perpanjang, maunya ini. Bukan hanya mayoritas (setuju) saja. Kalau sebagian nggak mau, bagaimana? Ini yang mesti didorong," ujar dia.
Penurunan kinerja bisnis sejauh ini baru dialami oleh ITC di wilayah DKI Jakarta. Perubahan pola perilaku konsumen lah yang menjadi penyebab.
"Kalau di luar kota Jakarta mereka nggak ada penurunan sebab mereka masih diterima toko cuma kios-kios doang. Buat mereka masih oke. Yang di kota besar, tuntutan makin berat. Kalau di sana (luar kota) memang tujuannya mau beli barang. Dia udah enjoy. Jakarta udah nggak enjoy lagi," jelas dia.
Karena itu, untuk memperbaiki kondisi ini diperlukan kesediaan dari para pemilik gerai di ITC untuk duduk bersama dan mengambil kesepakatan terkait arah transformasi ITC ke depan.
"Orang kalau udah mulai susah baru dia mulai rembukan. Baru bikin keputusan untuk ngapain," tandasnya.
Baca juga:
Asosiasi Akui Sulit Bangun Mal di Jakarta, Ini Alasannya
Bisnis Pusat Perbelanjaan Diperkirakan Bakal Meningkat di 2019
Pengusaha Khawatir Pemberlakuan Cukai Plastik Turunkan Daya Beli Masyarakat
Bos BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II 2019 Melandai
Pengusaha Bakal Gelar Pesta Diskon Belanja Dua Kali Hingga Akhir Tahun
Lebaran 2019, Jumlah Pengunjung Mal Naik 10 Persen