Asumsi Makro 2022 Dinilai Tidak Realistis
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menyampaikan gambaran kondisi makro ekonomi dalam RUU APBN 2022 beserta nota keuangan pada Rapat Paripurna DPR 2021. Di antaranya pertumbuhan ekonomi dipatok 5-5,5 persen, inflasi dijaga pada tingkat 3 persen, Rupiah diperkirakan pada kisaran Rp 14.350 per USD.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menyampaikan gambaran kondisi makro ekonomi dalam RUU APBN 2022 beserta nota keuangan pada Rapat Paripurna DPR 2021. Di antaranya pertumbuhan ekonomi dipatok 5-5,5 persen, inflasi dijaga pada tingkat 3 persen, Rupiah diperkirakan pada kisaran Rp 14.350 per USD.
Kemudian, suku bunga Surat Utang Negara 10 tahun diperkirakan sekitar 6,82 persen, harga minyak mentah Indonesia (ICP) diperkirakan akan berkisar pada USD 63 per barel, dan lifting minyak dan gas bumi diperkirakan masing-masing mencapai 703.000 barel dan 1.036.000 barel setara minyak per hari.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya? Jika dibandingkan dengan kuartal II-2022, ekonomi RI mengalami perlambatan. Sebab tahun lalu di periode yang sama, ekonomi mampu tumbuh 5,46 persen (yoy).
-
Mengapa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 meningkat dibandingkan dengan kuartal I-2023? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,” terang Edy.
-
Apa yang Airlangga Hartarto katakan tentang target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Penerapan ekonomi hijau dalam jangka panjang diproyeksikan dapat menstabilkan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6,22 persen hingga 2045," kata Airlangga di Jakarta, Kamis (4/7).
-
Bagaimana strategi pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi? Oleh karena itu, pendekatan pembangunan perlu diubah dari reformatif menjadi transformatif yang setidaknya mencakup pembangunan infrastruktur baik soft maupun hard, sumber daya manusia, riset, inovasi, reformasi regulasi, tata kelola data dan pengamanannya serta peningkatan investasi dan sumber pembiayaan.
-
Bagaimana pertumbuhan permintaan terhadap rumah di Jakarta? “Pada Juni 2024, pertumbuhan permintaan (enquiries) terhadap rumah di Jakarta yang disewa tumbuh 59,8 persen dan hunian yang dijual sebesar 114,9 persen secara tahunan,” kata Head of Research Rumah123 Marisa Jaya dilansir Antara, Selasa (30/7).
-
Apa yang dilakukan Kemenkumham untuk meningkatkan perekonomian Indonesia? Menurut Yasonna, dengan diselenggarakannya Temu Bisnis Tahap VI, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan perekonomian Indonesia.
Ekonom sekaligus Direktur Celios (Center of Economic and Law Studies) Bhima Yudhistira menganggap, asumsi makro tersebut terlalu optimis sehingga tidak realistis. Selain itu terdapat inkonsistensi antara target pertumbuhan ekonomi tahun 2022 sebesar 5-5,5 persen dengan target penerimaan pajak yang naik.
"Asumsi makro RAPBN 2022 terlalu optimis tidak realistis. Ada inkonsistensi antara pertumbuhan ekonomi 5-5,5 persen dengan target penerimaan pajak yang naik 22,5 persen," kata Bhima, kepada Liputan6.com, Senin (16/8).
Bhima menjelaskan, inkonsistensi itu terlihat dari penerimaan pajak yang ditargetkan Rp1.506 triliun di 2022 sementara target di 2021 Rp1.229 triliun. "Kenaikan penerimaan perpajakan jika tidak hati-hati bisa menggerus daya beli masyarakat. Alhasil konsumsi rumah tangga terhadap barang dan jasa akan terpengaruh," jelasnya.
Menurutnya, saat ini Pemerintah sedang membahas RUU KUP, maka tidak mungkin bisa dalam waktu singkat implementasinya langsung naikkan penerimaan pajak 22,5 persen.
Di sisi lain, Bhima juga menilai asumsi inflasi dan pertumbuhan ekonomi juga terlampau jauh. Ketika ekonomi ditarget tumbuh 5-5,5 persen, maka efek ke sisi permintaan akan menimbulkan inflasi sisi permintaan (demand pull).
"Dari sisi pasokan tekanan harga terjadi karena fluktuasi harga komoditas yang cenderung ke atas. Bahan baku naik, maka harga jual akhir dari industri juga naik. Jadi target inflasi 3 persen sepertinya belum mempertimbangkan aspek sisi permintaan maupun pasokan," tegasnya.
Melihat hal tersebut, Bhima menyebut Pemerintah belum mempertimbangkan faktor eksternal perubahan geopolitik karena eskalasi di Timur Tengah pasca Taliban menguasai ibu kota Afganistan, harga minyak mentah yang cenderung naik, dan tapering off yang dilakukan bank sentral negara maju.
"Faktor-faktor ini dapat menekan kurs rupiah maupun meningkatkan bunga SBN. Pemerintah pede sekali rupiah bisa Rp 14.350 di 2022, padahal ketidakpastian eksternalnya cukup besar," pungkasnya.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Pertumbuhan Ekonomi 2022 Tergantung dari Penanggulangan Pandemi
Jokowi Target Pertumbuhan Ekonomi 5,5 Persen di 2022
La Nyalla Tak Terima Indonesia Dinilai Gagal Tangani Pandemi
Pekerjaan Rumah Pemerintah Entaskan Kemiskinan
Ketua MPR Waspadai Rentetan Dampak Ketidakpastian Ekonomi Akibat Covid-19
Di Sidang Tahunan, Ketua MPR Soroti Pelemahan Ekonomi Akibat Covid-19