Awal pekan, Rupiah dibuka nyaris sentuh level Rp 14.000 per USD
Laju Rupiah melemah karena sentimen negatif penurunan suku bunga acuan.
Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) dibuka melemah dan nyaris menyentuh level Rp 14.000 per USD di perdagangan awal pekan ini.
Data Bloomberg mencatat, Rupiah dibuka di level Rp 13.974 per USD atau melemah dibanding penutupan akhir pekan lalu di Rp 13.909 per USD.
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Mengapa Redenominasi Rupiah sangat penting untuk Indonesia? Rupiah (IDR) termasuk dalam golongan mata uang dengan daya beli terendah. Hal ini semakin menunjukan urgensi pelaksanaan redenominasi rupiah di Indonesia.
-
Apa manfaat utama dari Redenominasi Rupiah untuk mata uang Indonesia? Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menyatakan manfaat utama dari redenominasi rupiah adalah untuk mempertahankan harkat dan martabat rupiah di antara mata uang negara lain.
-
Apa yang membuat Pejuang Rupiah istimewa? "Makin keras kamu bekerja untuk sesuatu, makin besar perasaanmu ketika kamu mencapainya."
-
Apa yang dijelaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengenai redenominasi rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
Analis NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada mengatakan, laju Rupiah akan cenderung melemah pasca pemangkasan suku bunga acuan atau BI rate. Meski harga minyak sempat menguat dan membuat laju USD terlihat melemah, ini tidak diimbangi oleh laju mata uang Asia, terutama CHina yang masih melemah.
"Tentu saja Rupiah terkena imbas negatifnya. Pelemahan Rupiah disebabkan reaksi negatif pelaku pasar terhadap rilis neraca perdagangan Desember 2015 yang defisit USD 230 juta, meski secara YTD tercatat positif atau surplus," ucap Reza di Jakarta, Senin (18/1).
Reza kembali mengingatkan, pemangkasan suku bunga acuan kemungkinan akan dapat membuat laju Rupiah mengalami pelemahan jangka pendek. Apalagi, laju USD masih bertahan di tren penguatannya.
"Meski kami berharap adanya penguatan setelah pemangkasan BI rate, namun tetap waspadai adanya potensi pelemahan kembali. Kami memperkirakan Rupiah akan berada di support 14.040 dan resisten 13.815. Tetap perhatikan sentimen yang ada," tutupnya.