Bahlil Ajak Bank Investasi di Smelter Nikel, Ekonom BCA Ungkap Sejumlah Tantangan
Perbankan juga menghadapi sejumlah kendala agar bisa masuk ke proyek nikel, termasuk keperluan atas modal dan human capital.
Ajakan itu dikeluarkannya guna menjawab pernyataan Ekonom Senior Faisal Basri yang bilang hilirisasi nikel kebijakan sesat.
Bahlil Ajak Bank Investasi di Smelter Nikel, Ekonom BCA Ungkap Sejumlah Tantangan
Bahlil Ajak Bank Investasi di Smelter Nikel, Ekonom BCA Ungkap Sejumlah Tantangan
- Kontribusi Industri Pengolahan ke Pertumbuhan Ekonomi Malemah, Ternyata Ini Penyebabnya
- Tegas, Bahlil Mau Harga Nikel, Batubara dan Timah Ditentukan Indonesia Bukan Asing
- BRI Danareksa Sekuritas dan OJK Beri Bekal Anggota TPKAD Terkait Investasi Pasar Modal
- Pembangunan Proyek Pelabuhan Hilirisasi Jetty Smelter Nickel MMP Rampung, Nilai Kontrak Rp682 Miliar
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia mengajak perbankan nasional agar berani menanamkan investasi untuk pembangunan smelter nikel.
Ajakan itu dikeluarkannya guna menjawab pernyataan Ekonom Senior Faisal Basri yang bilang hilirisasi nikel kebijakan sesat.
Bahlil lantas coba menjelaskan makna sesat yang dimaksud, yakni merujuk banyaknya smelter yang ditopang investasi dari China.
"Yang dimaksud oleh Bang Faisal itu adalah kenapa pabriknya investasinya lebih banyak orang China. Kasih tahu ke perbankan nasional kita agar segera biayai pengusaha nasional yang melakukan pembangunan smelter," kata Bahlil beberapa waktu lalu.
Menanggapi hal itu, Kepala Ekonom BCA David Sumual mengatakan, perbankan juga menghadapi sejumlah kendala agar bisa masuk ke proyek nikel, termasuk keperluan atas modal dan human capital.
"Capital-nya sendiri juga banyak perlu USD based liquidity. Ini kita kan enggak bisa produksi, kalau Amerika tinggal cetak. Kalau kita perlu underlying liquidity juga. Ini kan kita dapatnya dari mana, luar, tentunya eksportir-eksportir kita, dan dana masuk yang melalui investasi. Jadi kendalanya di situ," ungkapnya di Tangerang, Sabtu (2/3).
"Karena pendanaannya tidak semuanya rupiah, sedangkan kita bank-bank nasional kuatnya di pendanaan rupiah," ujar David.
Namun begitu, David menambahkan, keterlibatan sektor perbankan untuk pendanaan di proyek hilirisasi nikel sebenarnya relatif meningkat. Tak hanya di sisi hulu, bank-bank nasional juga turut jadi distributor di sektor hilir.
"Dan sebenarnya banyak bank-bank bahkan bank swasta, termasuk BCA juga masuk. Lumayan besar exposure kita di hilirisasi nikel. Jadi kalau pelaku usaha memang yakin memungkinkan masuk ke sana, bank juga akan follow. Tapi tentu dengan pertimbangkan banyak risiko dan lain-lain, mereka akan melihat itu jadi peluang," imbuhnya.