Begini Kondisi Sektor Jasa Keuangan Usai Jumlah Kelas Menengah Anjlok dan Deflasi 4 Bulan Berturut-turut
BPS mencatat Indonesia mengalami deflasi sejak bulan Mei-Agustus 2024. Tak hanya itu angka kelas menengah juga anjlok karena meningkatknya penduduk kelas bawah.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan sektor jasa keuangan tidak mengalami dampak signifikan meski terjadi deflasi selama 4 bulan berturut-turut. Termasuk dengan adanya penurunan kelas menengah seperti yang belum lama ini dirilis Badan Pusat Statistik (BPS).
Mengingat dalam laporan BPS Indonesia mengalami deflasi sejak bulan Mei 2024 yakni 0,03 persen. Kemudian deflasi juga terjadi pada bulan Juni sebesar 0,08 persen dan di bulan Juli menjadi 0,18 persen. Terakhir pada Agustus kembali terjadi deflasi ke level 0,03 persen.
- Ekonomi RI Deflasi Lima Bulan Berturut-turut, BPS Singgung Krisis Ekonomi 1999
- BPS Bantah Deflasi 4 Bulan Berturut-turut Bukan Akibat Daya Beli Kelas Menengah Lemah
- Biang Kerok yang Bikin Uang Kelas Menengah RI Cepat Habis Bikin Hidup Makin Susah
- Kondisi Ekonomi Indonesia Terkini: Daya Beli Kelas Menengah Turun dan PHK Massal Berlanjut
Meski demikian, Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2024 tetap tumbuh positif di level 5,05 persen. Artinya pertumbuhan ini menunjukkan adanya permintaan yang tetap ada di pasar.
"Tingkat pertumbuhan tadi tentu merupakan berita baik bagi Indonesia karena ternyata bisa tetap terjaga," kata Mahendra dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner, Jumat (6/9).
Terkait inflasi inti di level 1,95 persen, Mahendra bilang perlu pemahaman lebih mendalam. Namun sejauh ini dari sisi permintaan tidak ada perubahan yang signifikan.
"Inflasi inti tercatat masih 1,95 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Itu menunjukkan bahwa permintaan tetap melihatkan peningkatan," kata Mahendra.
Kondisi Sektor Jasa Keuangan
Sementara itu, dari sisi sektor jasa keuangan menunjukkan kinerja yang baik. Kredit perbankan tumbuh 12,4 persen dan pembiayaan perusahaan meningkat 10,53 persen pada Juli dibandingkan tahun lalu. Outstanding pembiayaan juga mengalami pertumbuhan 23,97 persen pada Juli, meski sedikit menurun dari 26,73 persen pada Juni.
"Lagi-lagi hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan dan kinerja di sektor jasa keuangan tetap terjaga baik. Jadi ada dua hal yang saya sampaikan tadi, pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh dan juga pertumbuhan di bidang-bidang di sektor jasa keuangan," lanjut Mahendra.
Meski terjadi deflasi dan penurunan jumlah kelas menengah, berdasarkan data dari sektor jasa keuangan, belum menunjukkan dampak signifikan. Ia berharap agar dampak negatif yang mungkin timbul tidak akan besar.
"Dampaknya belum memperlihatkan atau tidak memperlihatkan dampak yang signifikannya. Untuk itu kita berharap hal itu tidak akan terjadi, dampak yang signifikan tadi," imbuh dia.
Di sisi lain, pemerintah dan OJK akan terus mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengantisipasi potensi dampak negatif dan menjaga daya beli masyarakat.
"Dan malah kita berharap kinerja dan pertumbuhan di sektor jasa keuangan maupun tentu juga ekonomi secara umum dapat tetap terjaga baik, kita ingin terus mengupayakan penjaganya daya beli masyarakat," pungkas dia.