Beli LPGP 3 Kg Wajib Pakai KTP, Pedagang Warteg: Kita Belum Ada yang Daftar, Khawatir Keamanan Data
Jika ada masalah dengan sistem atau aplikasi, warteg mungkin kesulitan untuk melakukan pembelian atau mendapatkan dukungan.
Ketua Koordinator Warteg Nusantara, Mukroni mengatakan, aturan ini sangat menyulitkan ketika rakyat bawah mengharapkan sembako murah dan fasilitas lainnya.
Beli LPGP 3 Kg Wajib Pakai KTP, Pedagang Warteg: Kita Belum Ada yang Daftar, Khawatir Keamanan Data
Beli LPGP 3 Kg Wajib Pakai KTP, Pedagang Warteg: Kita Belum Ada yang Daftar, Khawatir Keamanan Data
Pemerintah secara resmi memberlakukan pembelian LPG 3 Kg tepat sasaran dengan menggunakan Kartu Tanda Penduduk (KTP).
Adapun masyarakat yang berhak mendapatkan subsidi tersebut antara lain, rumah tangga, usaha mikro, nelayan sasaran dan petani sasaran.
Ketua Koordinator Warteg Nusantara, Mukroni mengatakan, aturan ini sangat menyulitkan ketika rakyat bawah mengharapkan sembako murah dan fasilitas lainnya mudah, seperti gas LPG 3 kg dan bahan bakar minyak (BBM).
"Saya pesimis sama program ini. Kita lihat saja. Para pengusaha warteg juga belum ada yang daftar," ujar Mukroni kepada Merdeka.com, Kamis (4/1).
Dia menuturkan ada beberapa hal yg memberatkan denga kondisi daya beli yg sangat rendah ini.
Pertama keterbatasan teknologi, tidak semua warteg memiliki akses mudah ke teknologi atau internet.
"Beberapa warteg mungkin tidak memiliki perangkat pintar atau koneksi internet yang stabil, sehingga sulit bagi mereka untuk melakukan pembelian LPG melalui aplikasi," imbuhnya.
Kedua, kekhawatiran keamanan data. Proses pendaftaran dan pembelian melibatkan berbagi informasi pribadi, termasuk data pembayaran.
"Konsumen mungkin merasa khawatir terkait keamanan data-data pedagang warteg, terutama jika aplikasi tidak memiliki sistem keamanan yang memadai," jelasnya.
Ketiga biaya tambahan atau biaya layanan, beberapa aplikasi mungkin memberlakukan biaya tambahan atau biaya layanan yang tidak selalu jelas pada awal pembelian.
"Pedagang warteg terutama biaya kouta internet sementara sekarang banyak warteg yang mau tutup karena daya beli rendah," terangnya.
Selanjutnya, kualitas layanan pelanggan, komunikasi melalui saluran daring bisa menjadi tantangan, terutama jika konsumen menghadapi masalah atau pertanyaan yang memerlukan tanggapan cepat.
Kelima, ketergantungan pada sistem aplikasi. Ketergantungan pada aplikasi dapat menciptakan ketergantungan yang signifikan.
Jika ada masalah dengan sistem atau aplikasi, warteg mungkin kesulitan untuk melakukan pembelian atau mendapatkan dukungan.
"Terakhir pemahaman teknologi, bagi pedagang warteg yang tidak terbiasa dengan teknologi, proses pendaftaran dan pembelian melalui aplikasi dapat menjadi rumit atau membingungkan," tutupnya.