Blak-blakan BI soal anjloknya Rupiah, spekulan dan sentimen global
Bank Indonesia membeberkan persoalan anjloknya nilai tukar Rupiah saat ini.
Ekonomi global kini dilanda ketidakpastian setelah melemahnya ekonomi China dan membaiknya perekonomian Amerika Serikat. Mata uang Amerika Serikat, USD menguat terhadap mata uang berbagai negara, termasuk Indonesia.
Nilai tukar Rupiah anjlok hingga mencapai level Rp 14.000 per USD. Tidak hanya Indonesia, Ringgit Malaysia juga keok terhadap USD.
-
Kenapa Bank Indonesia mengembangkan Rupiah Digital? Selain menjadi mata uang yang cepat, mudah, murah, aman, dan andal dalam ekosistem digital di masa depan, Rupiah Digital juga menjadi solusi yang memastikan Rupiah tetap menjadi satu-satunya mata uang yang sah di NKRI.
-
Apa saja fungsi utama bank pemerintah di Indonesia? Bank pemerintah memiliki sejumlah fungsi penting dalam mengelola keuangan negara dan menyelenggarakan sistem keuangan. Berikut adalah beberapa fungsi utama bank pemerintah: 1. Manajemen Keuangan Publik Bank pemerintah bertanggung jawab untuk mengelola keuangan publik, termasuk penerimaan dan pengeluaran negara. Mereka memproses transaksi keuangan pemerintah, mengelola anggaran, dan memastikan keseimbangan keuangan yang sehat. 2. Penyediaan Layanan Perbankan untuk Pemerintah Bank pemerintah menyediakan layanan perbankan khusus untuk pemerintah. Ini termasuk penempatan dana pemerintah, pembiayaan proyek-proyek pembangunan, dan pelaksanaan transaksi keuangan pemerintah secara efisien. 3. Pelaksanaan Kebijakan Moneter Bank pemerintah seringkali menjadi pelaksana kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank sentral. Mereka dapat berpartisipasi dalam pengaturan suku bunga, kontrol uang beredar, dan kebijakan lainnya untuk mencapai tujuan stabilitas ekonomi. 4. Pembiayaan Pembangunan. Salah satu peran kunci bank pemerintah adalah memberikan pembiayaan untuk proyek-proyek pembangunan nasional. Mereka dapat memberikan pinjaman jangka panjang untuk mendukung sektor-sektor strategis seperti infrastruktur, energi, dan industri. 5. Dukungan terhadap Sektor-sektor Kunci. Bank pemerintah dapat memberikan dukungan finansial khusus untuk sektor-sektor yang dianggap strategis bagi pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat mencakup sektor pertanian, pendidikan, dan kesehatan. 6. Penyelenggaraan Program Pemerintah. Bank pemerintah dapat menjadi penyelenggara program-program pemerintah, seperti program bantuan sosial atau program kredit bagi sektor-sektor tertentu. 7. Pengelolaan Risiko Keuangan. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga keuangan yang besar, bank pemerintah juga berperan dalam mengelola risiko keuangan. Hal ini mencakup pemantauan dan penilaian risiko, serta penerapan strategi untuk mengurangi dampak risiko keuangan yang mungkin timbul. 8. Mendukung Kestabilan Sistem Keuangan. Bank pemerintah dapat berkontribusi dalam menjaga stabilitas sistem keuangan nasional. Mereka memiliki peran penting dalam menangani krisis keuangan dan memberikan dukungan finansial guna mencegah dampak yang lebih besar pada perekonomian.
-
Apa yang diraih oleh Bank Syariah Indonesia? BSI mendapatkan penghargaan sebagai The Indonesia Customer Experience of The Year – Banking Award dalam ajang Asian Experience Awards 2023.
-
Bagaimana Bank Indonesia memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah tetap berjalan? Bank Indonesia pun memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah atau Rp1.000 ke Rp1 masih terus berjalan. Bahkan, Bank Indonesia sudah siap dengan skenario dalam penerapan redenominasi rupiah ini.
-
Siapa yang menolak menerima uang suap ratusan juta rupiah? Jujurnya Jenderal TNI Tolak Uang Suap Ratusan Juta Banyak pejabat tersandung kasus korupsi, tapi Mayjen Eddie M Nalapraya justru tak tergiur uang suap.
-
Apa yang membuat Pejuang Rupiah istimewa? "Makin keras kamu bekerja untuk sesuatu, makin besar perasaanmu ketika kamu mencapainya."
Kepala Divisi Operasi Valas, Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia, Rahmatullah Sjamsudin memaparkan, fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap USD dipengaruhi oleh dua hal yakni fundamental ekonomi dan sentimen.
Apabila fundamental ekonomi cukup baik namun bertolak belakang dengan kondisi Rupiah melemah, maka pelemahan Rupiah terhadap USD didasari oleh sentimen.
Kondisi ini diyakini sedang melanda Indonesia. Ada ketakutan-ketakutan yang justru menekan Rupiah semakin terdepresiasi. Bahkan spekulan memainkan rumor untuk mencari keuntungan lebih besar.
"Sekarang lebih mungkin karena ditakut-takuti. Dolar akan tembus Rp 15.000 dan lebih tinggi lagi katanya. Dulu juga pernah dibilang dolar Rp 10.000 itu kiamat, tapi buktinya sekarang? Masih aman-aman saja," ungkap Rahmat di Bandung, Sabtu (5/9).
Rahmat memaparkan, melemahnya nilai tukar Rupiah tidak bisa lepas dari kondisi di masa lalu. Tahun 2008 terjadi krisis financial di Amerika Serikat (AS). Perekonomian AS pun ambruk.
Untuk membangkitkannya, AS meluncurkan kebijakan pelonggaran kebijakan moneter bernama quantitative easing (QE). Kebijakan ini pun dirasakan banyak negara termasuk negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Nilai tukar Rupiah terhadap USD perlahan naik dari Rp 8000 ke Rp 9000. "Kalau waktu itu istilahnya AS itu buang-buang duitlah. Dan kita kecipratan dari sana," imbuhnya.
Fase berikutnya adalah AS menempuh kebijakan tappering off dan berencana menaikkan suku bunga. Secara perlahan di 2012, Rupiah terus melemah. Dolar menembus Rp 10.000 di 2013 dan menembus Rp 14.000 pada Agustus 2015.
Kondisi ini juga dipersulit dengan adanya krisis Yunani dengan persoalan utangnya yang utang dan China yang secara tiba-tiba mendevaluasi mata uangnya hingga lebih dari 3 persen.
"Sekarang kita menunggu keputusan The Fed tanggal 16 September ini, apakah akan naikkan suku bunga. Menjelang keputusan itu memang pasar bergerak sesuai rumor. Meski nanti sebenarnya pasca kebijakan itu dimungkinkan kondisinya akan mereda," paparnya.
Rahmat menekankan, Rupiah tidak bisa dilihat hanya dari sisi nominalnya. Bahwa ketika USD mencapai Rp 14.000, maka kondisinya sangat buruk atau lebih parah lagi dikatakan sebagai krisis. Akan tetapi lihatlah Rupiah dari relativitasnya.
"Kalau misalnya USD sekarang Rp 5000 terus kemudian besok Rp 10.000 dan lusa Rp 15.000 itu baru sangat buruk. Tapi kalau bergerak cuma disekitar Rp 14.000 dalam jangka waktu yang lama itu nggak masalah. Asal sesuai dengan fundamentalnya," tegas Rahmat.
(mdk/idr)