Bos BEI bantah daya beli turun, hanya perubahan pola konsumsi
Dia mencontohkan, ada sekitar 4,6 juta orang yang berbelanja melalui aplikasi GO-JEK, salah satunya membeli makanan. Sayangnya, makanan tersebut dibeli dari UMKM yang tidak terlacak oleh Ditjen Pajak, sehingga aktivitas pembelian tersebut tidak tercatat.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio membantah adanya penurunan daya beli masyarakat. Menurutnya, yang terjadi saat ini adalah perubahan pola konsumsi masyarakat.
Dia mencontohkan, ada sekitar 4,6 juta orang yang berbelanja melalui aplikasi GO-JEK, salah satunya membeli makanan. Sayangnya, makanan tersebut dibeli dari UMKM yang tidak terlacak oleh Ditjen Pajak, sehingga aktivitas pembelian tersebut tidak tercatat.
-
Kapan Suswono menyampaikan bahwa daya beli warga Jakarta menurun? "Yang justru dikeluhkan oleh para pedagang ini adalah kehadiran pembeli ya, kehadiran pembeli ini relatif berkurang ya dari pengakuan para pedagang. Karena apa, nah ini yang kita pasti perlu cari akar masalahnya. Boleh jadi memang dari survei masyarakat Jakarta ini termasuk daya belinya yang turun," sambungnya.
-
Kenapa bisnis baju bekas impor dilarang di Indonesia? Presiden Jokowi mengungkapkan bisnis baju bekas impor ilegal sangat mengganggu industri tekstil dalam negeri.
-
Apa yang Indah Permatasari beli di pasar? Selain membeli ikan dan ayam, ia juga membeli berbagai jenis sayuran dan bahan makanan lainnya.
-
Bagaimana Indah Permatasari berbelanja di pasar? Indah bangun pagi untuk pergi berbelanja di pasar tradisional yang ditujunya.
-
Bagaimana Hari Inovasi Indonesia mendorong individu dan pelaku bisnis untuk berinovasi? Hari Inovasi Indonesia mendorong agar individu dan pelaku bisnis untuk lebih produktif menciptakan gagasan dan ide yang inovatif.
-
Kenapa Hari Koperasi Indonesia diperingati? Tujuan peringatan ini guna mengingatkan pemerintah dan masyarakat untuk senantiasa menghidupkan koperasi sebagai jalan demi mewujudkan kesejahteraan bersama.
"Ada 4,6 juta orang yang menggunakan GO-JEK. Tapi apa yang dia pakai, mereka belanja martabak, makanan dari pedagang yang tidak bayar pajak. Artinya (pembelian) tidak dicatat," kara Tito di gedung DPR RI, Jakarta, Senin (14/8).
Selain itu, masuknya perusahaan raksasa ke daerah-daerah juga memengaruhi daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah. Di mana masyarakat akan lebih tertarik untuk berbelanja di perusahaan raksasa tersebut dari pada membeli di UMKM.
Dengan adanya perubahan gaya hidup ini, maka daya beli akan lebih mengarah pada barang-barang mewah. Sehingga ekonomi masyarakat kelas menengah ke atas meningkat, sedangkan ekonomi masyarakat kelas menengah ke bawah menurun.
"Dulu satu keluarga beli ayam Rp 40.000 bisa makan satu keluarga. Tapi sekarang Rp 40.000 hanya bisa untuk makan satu orang. Ini yang justru membuat ekonomi kelas menengah ke bawah menurun karena orang-orang lebih memilih membeli makanan siap saji," imbuhnya.
Oleh karena itu, lanjut Tito, perubahan pola konsumsi ini yang harus menjadi perhatian pemerintah. Sebab, jika hal ini tidak dikontrol, maka perekonomian hanya bergerak di kalangan menengah ke atas, sedangkan perekonomian di kalangan menengah ke bawah akan terus anjlok.
"Saya juga bingung kenapa franchise besar-besar itu bisa masuk ke tingkat II. Padahal dulu tidak boleh. Spending barang consumerism di tingkat II itu tersupport oleh gencarnya promosi dan izin yang diberikan. Mencegah consumerism itu yang negara harus hadir," jelas Tito.
Baca juga:
Pemerintah akui pertumbuhan kuartal II seharusnya 5,4 persen
Asosiasi akui jual beli online tahun ini tumbuh hingga 50 persen
KEIN sebut orang kaya RI lebih pilih investasi dibanding belanja
Ini penyebab melambatnya daya beli masyarakat RI versi Faisal Basri
BPS klaim daya beli masyarakat RI masih tinggi