Bos OJK: Kredit Perbankan Masih Terkontraksi, Tapi Ada Tanda Perbaikan
Wimboh berharap kredit perbankan akan terus tumbuh positif pada bulan-bulan berikutnya. Menurut Wimboh, hal tersebut juga tak lepas dari upaya bersama antara pemerintah dan otoritas keuangan yang dirilis sejak pada awal tahun untuk mendorong konsumsi masyarakat.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso mengatakan kredit perbankan secara industri masih terkontraksi secara tahunan pada kuartal pertama 2021. Namun, posisi kredit sepanjang tahun berjalan dan secara bulanan menunjukkan adanya tanda-tanda perbaikan.
"Kredit perbankan masih dalam zona kontraksi 3,77 persen year on year karena ini disebabkan base effect yang tinggi pada periode yang sama tahun sebelumnya sehingga ini pembandingnya adalah pembanding yang tinggi. Namun ini ada tanda-tanda perbaikan yang kita lihat pertumbuhan sudah positif secara month to month sebesar 1,43 persen dan ini kalau kita lihat dalam jumlah nominalnya setara Rp70 triliun atau tumbuh sebesar secara year to date 0,27 persen," ujar Wimboh di Jakarta, Senin (3/5).
-
Apa yang dikatakan OJK mengenai sektor jasa keuangan Indonesia saat ini? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dan resilien dengan indikator prudensial. seperti permodalan maupun likuiditas yang memadai serta profil risiko yang terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.
-
Bagaimana OJK mendorong pengembangan perbankan syariah? Berbagai kebijakan dikeluarkan OJK untuk mendorong pengembangan perbankan syariah bersama stakeholders terkait beberapa inisiatif seperti: Mulai dari perbaikan struktur industri perbankan syariah yang dilakukan melalui konsolidasi maupun spin-off unit usaha syariah (UUS). Lalu penguatan karakteristik perbankan syariah yang dapat lebih menonjolkan inovasi model bisnis yang lebih rasional, serta pendekatan kepada nasabah yang lebih humanis; Pengembangan produk yang unik dan menonjolkan kekhasan bank Syariah, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat untuk meningkatkan competitiveness perbankan syariah. Lalu, peningkatan peran bank syariah sebagai katalisator ekosistem ekonomi syariah agar segala aktivitas ekonomi syariah, termasuk industri halal agar dapat dilayani dengan optimal oleh perbankan syariah; dan Kelima, peningkatan peran bank syariah pada dampak sosial melalui optimalisasi instrumen keuangan sosial Islam untuk meningkatkan social value bank syariah.
-
Bagaimana OJK menilai stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dan resilien dengan indikator prudensial. seperti permodalan maupun likuiditas yang memadai serta profil risiko yang terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.
-
Bagaimana OJK mendorong penguatan governansi di sektor jasa keuangan? OJK telah meminta agar Industri Jasa Keuangan terus memperkuat governansi antara lain dengan penerapan manajemen risiko dan manajemen anti-fraud serta penyuapan.
-
Kenapa OJK mengupayakan perluasan akses keuangan di Jawa Tengah? Otoritas Jasa Keuangan bersama seluruh pemangku kepentingan terus memperluas akses keuangan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah.
-
Apa yang ingin dicapai OJK dari pengembangan perbankan syariah? Bank syariah saat ini sedang kita coba arahkan untuk memberikan alternatif produkproduk perbankan syariah yang bukan merupakan bayangan dari produk-produk yang sudah ada di perbankan konvensional,” kata Dian.
Wimboh berharap kredit perbankan akan terus tumbuh positif pada bulan-bulan berikutnya. Menurut Wimboh, hal tersebut juga tak lepas dari upaya bersama antara pemerintah dan otoritas keuangan yang dirilis sejak pada awal tahun untuk mendorong konsumsi masyarakat.
Dia mengatakan, rasio prudensial sektor keuangan masih relatif terjaga dengan baik dalam kondisi yang stabil. Hingga Maret 2021 perbankan masih menunjukkan permodalan yang kuat dengan rasio kecukupan modal (CAR) berada pada level 24,18 persen dan gearing ratio industri pembiayaan di level 2,03 kali, serta Risk Based Capital (RBC) industri asuransi jiwa dan asuransi umum masing-masing jauh di atas ambang batas minimal.
Kecukupan likuiditas di perbankan, lanjut Wimboh, juga terjaga dengan baik yang tercermin dari indikator alat likuid/Non Core Deposit atau AL/NCD dan alat likuid/DPK per 21 April 2021 sebesar masing-masing 162,9 persen dan 35,17 persen yang semuanya adalah berada jauh di atas ambang batas minimal. Sementara itu, DPK masih menunjukkan pertumbuhan yang tinggi yaitu sebesar 9,5 persen (yoy).
Rasio Kredit Macet
Sedangkan risiko kredit atau NPL secara gross membaik menjadi 3,17 persen dibanding bulan sebelumnya. Di sisi lain, pembiayaan bersamalah atau NPF perusahaan pembiayaan juga membaik ke level 3,74 persen.
Wimboh menegaskan OJK akan tetap fokus memperkuat pengawasan dan surveilans secara terintegrasi guna mendeteksi potensi risiko terhadap stabilitas sistem keuangan.
"OJK juga akan terus dorong upaya kebijakan yang mungkin bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi yang secara pre emptive dan forward looking untuk membantu secara lebih komprehensif lagi untuk mempercepat pertumbuhan di sektor riil dan juga perekonomian secara keseluruhan, serta menjaga momentum penguatan ekonomi kita," kata Wimboh.
(mdk/idr)