BPS Catat Neraca Perdagangan Surplus USD2,59 Miliar di Juli 2021
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan sebesar USD 2,59 miliar pada Juli 2021. Ini terjadi lantaran pasokan ekspor Indonesia pada bulan tersebut terhitung masih lebih tinggi dibanding impor.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan sebesar USD 2,59 miliar pada Juli 2021. Ini terjadi lantaran pasokan ekspor Indonesia pada bulan tersebut terhitung masih lebih tinggi dibanding impor.
"Pada Juli 2021 ini neraca perdagangan kita mengalami surplus sebesar USD 2,59 miliar. Ini terjadi karena ekspor kita mencapai USD 17,70 miliar, sementara impor tercatat USD 15,11 miliar," kata Kepala BPS Margo Yuwono, Rabu (18/8).
-
Kapan BPS dibentuk? Sejarah BPS dimulai pada tahun 1960, ketika Biro Pusat Statistik didirikan.
-
Kenapa ekspor telur ke Singapura bisa menjadi bukti keberhasilan Indonesia di pasar dunia? Singapura menjadi salah satu negara dengan standar mutu dan keamanan pangan yang tinggi, sehingga ekspor ini menjadi salah satu keberhasilan Indonesia di pasar dunia.
-
Apa yang dihapus dari BPJS? Kepala Humas BPJS Kesehatan Rizzky Anugerah menjawab pertanyaan publik terkait naiknya iuran ketika Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) berlaku.
-
Bagaimana BRI membantu Gravfarm dalam memperluas pasar ekspor? BRI terus memberikan dukungan bagi UMKM binaannya untuk dapat “go ekspor”. Dukungan nyata tersebut diberikan melalui partisipasi UMKM binaan BRI dalam tradefair ataupun eksibisi yang dapat membantu perluasan pasar ekspor untuk pelaku usaha.
-
Di mana cecak diburu untuk ekspor? Mereka bisa ditangkap untuk dijadikan hewan peliharaan atau konsumsi, kata Dr Satyawan Pudyatmoko, direktur jenderal konservasi sumber daya alam dan ekosistem di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
-
Apa tugas utama dari BPS? Tugas BPS adalah melaksanakan tugas pemerintahan di bidang statistik sesuai peraturan perundang-undangan.
Margo menyebutkan, surplus neraca perdagangan ini juga terjadi lantaran nilai ekspor beberapa komoditas yang sangat tinggi pada Juli 2021. "Kalau kita lihat menurut komoditas non-migas, penyumbang surplus terbesar adalah lemak dan minyak hewan/nabati, diikuti bahan bakar mineral, serta besi dan baja," terang dia.
Dilihat dari sisi ekspor, Indonesia memang mencatat USD 17,70 miliar pada Juli 2021, namun turun 4,53 persen dibandingkan Juni 2021. Margo menyebutkan, penurunan ekspor terjadi gara-gara pasokan migas turun 19,55 persen, sementara non-migas juga turun 3,46 persen.
"Secara year on year, ekspor kita masih meningkat cukup signifikan, yaitu 29,32 persen. Migas meningkat cukup tajam 50,08 persen, dan non-migas sebesar 28,26 persen," papar Margo.
Penurunan juga terjadi pada sisi impor sebesar USD 15,11 miliar, turun 12,22 persen dibandingkan Juni 2021. Nilai impor migas tercatat turun 22,28 persen, dan impor non-migas juga terpangkas 10,67 persen.
"Nilai impor Juli ini kalau dibandingkan secara year on year dengan Juli 2020, impor kita masih tumbuh sebesar 44,44 persen. Migas dan non-migas mengalami peningkatan, dimana migas meningkat 86,39 persen dan non-migas naik 40,21 persen," tutur Margo.
Sementara itu, secara kumulatif sejak Januari-Juli 2021, maka Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan hingga USD 14,42 miliar. Margo menilai, pencapaian ini seolah sangat berkesan di tengah kondisi pandemi Covid-19.
Bahkan surplus neraca perdagangan Indonesia tercatat masih jauh lebih besar dibanding kondisi normal beberapa tahun terakhir. "Jika dibandingkan dengan 2020 yang hanya mencapai USD 8,65 miliar, 2019 bahkan defisit, 2018 juga demikian," urai Margo.
Secara tren, Indonesia bahkan sudah mengalami surplus neraca perdagangan selama 15 bulan beruntun selama masa pandemi ini. "Jadi 15 bulan ke belakang kita selalu surplus. Ini juga memberikan indikasi bahwa ekonomi kita semakin membaik, karena neraca perdagangan kita selama 15 bulan beruntun mengalami surplus," papar Margo.
Amerika Serikat muncul sebagai negara penyumbang surplus neraca perdagangan terbesar bagi Indonesia, yakni mencapai USD 1,27 miliar. "Kemudian surplus terbesar berikutnya dengan Filipina, neraca perdagangan kita surplus USD 533 juta. Juga ke Malaysia neraca perdagangan kita juga pada Juli 2021 ini surplus sebesar USD 337,5 juta," terang Margo.
"Tapi kita mengalami deifisit neraca perdagangan dengan Tiongkok sebesar USD 884,5 juta. Juga ke Australia kita masih defisit USD 448,1 juta, dan juga Thailand sebesar USD 271,1 juta," tandasnya.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)