BPS: Impor bahan baku di Indonesia masih tinggi
"Impor bahan baku masih tinggi. Sedangkan impor barang modal hanya memberikan peranan sebesar 16,09 persen dan impor barang konsumsi hanya 8,82 persen," kata Suhariyanto.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia pada September 2016 mencapai USD 11,3 miliar, menurun 8,78 persen dibandingkan Agustus 2016 yang mencapai USD 12,34 miliar. Di mana impor migas sebesar USD 53,3 juta, sedangkan impor non migas sebesar USD 1,03 miliar.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan golongan bahan baku atau penolong memberikan peranan terbesar pada nilai impor tersebut, yakni sebesar 75,09 persen dengan nilai impor mencapai USD 8,48 miliar.
-
Kapan BPS dibentuk? Sejarah BPS dimulai pada tahun 1960, ketika Biro Pusat Statistik didirikan.
-
Apa yang menjadi catatan BPS tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Kenapa BSI fokus untuk memberikan kontribusi terhadap kemajuan ekonomi Indonesia? Direktur Kepatuhan & SDM BSI Tribuana Tunggadewi dalam acara tersebut mengatakan bahwa BSI sebagai bank syariah terbesar dan perusahaan milik pemerintah tentunya akan terus melakukan inovasi-inovasi kreatif untuk meningkatkan partisipasi perseroan dalam kemajuan ekonomi Indonesia. “Hal ini tentunya menjadi perhatian utama kami, bahwa sebagai perusahaan kami tidak hanya berbicara mengenai profit atau business only, tapi kami juga harus memberikan manfaat yang nyata kepada masyarakat,” kata Dewi.
-
Apa tugas utama dari BPS? Tugas BPS adalah melaksanakan tugas pemerintahan di bidang statistik sesuai peraturan perundang-undangan.
-
Apa yang dihapus dari BPJS? Kepala Humas BPJS Kesehatan Rizzky Anugerah menjawab pertanyaan publik terkait naiknya iuran ketika Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) berlaku.
"Impor bahan baku masih tinggi. Sedangkan impor barang modal hanya memberikan peranan sebesar 16,09 persen dan impor barang konsumsi hanya 8,82 persen," kata Suhariyanto di gedung BPS, Jakarta, Senin (17/10).
Secara kumulatif (Januari-September 2016) impor bahan baku ini menurun dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, sebesar USD 6,98 miliar, dan impor barang modal juga menurun sebesar USD 2,32 miliar. Sedangkan impor barang konsumsi justru meningkat sebesar USD 1,02 miliar.
Sementara itu, impor komoditi yang mengalami peningkatan, yakni golongan gula dan kembang gula sebesar USD 25,5 juta, kapal lait dan bangunan terapung sebesar USD 14,4 juta, berbagai produk kimia sebesar USD 10 juta, serta perkakas dan perangkat potong sebesar USD 8,6 juta.
"Golongan yang mengalami penurunan adalah kendaraan dan bagiannya sebesar USD 95,5 juta, pupuk sebesar USD 80 juta, mesin dan peralatan listrik sebesar USD 77,5 juta, dan biji-bijian berminyak sebesar USD 76,5 juta," imbuhnya.
Baca juga:
Imbas harga minyak dunia, nilai impor September turun 8,78 persen
September 2016, neraca perdagangan RI surplus USD 1,22 miliar
Hingga September 2016, industri pengolahan dominasi ekspor Indonesia
September 2016, BPS catat nilai ekspor Indonesia turun 1,84 persen
BPS sebut kebijakan kantong plastik berbayar tak pengaruhi inflasi
Kenaikan cukai berlaku 2017, harga rokok diam-diam sudah dinaikkan
BPS catat jumlah penumpang kereta api meningkat hingga 2,63 persen