BPS: Masyarakat Rasakan Perbaikan Ekonomi, Namun Optimismenya Lebih Rendah
Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, posisi penurunan ini disebabkan oleh tiga faktor komponen pembentuk. Di mana, ketiga komponen tersebut masing-masing telah mengalami penurunan dibandingkan pada kuartal sebelumnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Tendensi Konsumen (ITK) nasional pada Kuartal I-2019 sebesar 104,35. Angka ini menurun jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yakni berada di posisi 106,28. Sementara jika dibanding kuartal IV-2018 posisinya juga menurun di mana posisi pada periode tersebut sebesar 110,54.
Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, posisi penurunan ini disebabkan oleh tiga faktor komponen pembentuk. Di mana, ketiga komponen tersebut masing-masing telah mengalami penurunan dibandingkan pada kuartal sebelumnya.
-
Apa yang menjadi catatan BPS tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Kapan BPS dibentuk? Sejarah BPS dimulai pada tahun 1960, ketika Biro Pusat Statistik didirikan.
-
Kenapa BSI fokus untuk memberikan kontribusi terhadap kemajuan ekonomi Indonesia? Direktur Kepatuhan & SDM BSI Tribuana Tunggadewi dalam acara tersebut mengatakan bahwa BSI sebagai bank syariah terbesar dan perusahaan milik pemerintah tentunya akan terus melakukan inovasi-inovasi kreatif untuk meningkatkan partisipasi perseroan dalam kemajuan ekonomi Indonesia. “Hal ini tentunya menjadi perhatian utama kami, bahwa sebagai perusahaan kami tidak hanya berbicara mengenai profit atau business only, tapi kami juga harus memberikan manfaat yang nyata kepada masyarakat,” kata Dewi.
-
Bagaimana BPS berperan dalam penyusunan kebijakan pemerintah? BPS memiliki peran yang sangat vital dalam memberikan data statistik yang akurat dan terpercaya. Serta dalam mendukung penyusunan kebijakan pemerintah, dan dalam menunjang kepentingan masyarakat umum.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya? Jika dibandingkan dengan kuartal II-2022, ekonomi RI mengalami perlambatan. Sebab tahun lalu di periode yang sama, ekonomi mampu tumbuh 5,46 persen (yoy).
-
Apa tugas utama dari BPS? Tugas BPS adalah melaksanakan tugas pemerintahan di bidang statistik sesuai peraturan perundang-undangan.
Pertama, pendapatan rumah tangga hanya berada di posisi 101,66, merosot bila dibanding kuartal sebelumnya yang sebesar 109,98. Kemudian juga konsumsi rumah tangga terkoreksi dari posisi sebelumnya 109,30 menjadi 105,86. Lalu, volume konsumsi bahan makanan juga turun dari posisi 113,44 menjadi 108,83.
"Meski tercatat turun hal ini menunjukkan bahwa posisi indeks secara umum konsumen merasakan perbaikan kondisi ekonomi, namun dengan optimisme yang lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya," katanya saat di Kantornya, Jakarta, Senin (6/6).
Suhariyanto mengatakan, peningkatan kondisi ekonomi konsumen di tingkat regional ini di 23 provinsi. Nilai ITK tertinggi terjadi di Provinsi D.I Yogyakarta mencapai sebesar 115,55 dan terendah berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur yakni 86,63.
Kendati demikian, pria yang kerap disapa Kecuk ini memprediksi kondisi ekonomi terhadap indeks tendensi konsumen kuartal II-2019 diperkirakan akan meningkat. Perkiraan nilai ITK kata, Kecuk bakal berada di 120,90.
Seperti diketahui, ITK adalah indikator perkembangan ekonomi konsumen terkini yang dihasilkan BPS melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). ITK merupakan indeks komposit persepsi rumah tangga mengenai kondisi ekonomi konsumen dan perilaku konsumsi terhadap situasi perekonomian pada triwulan berjalan dan perkiraan pada triwulan mendatang.
Baca juga:
Kuartal I-2019, Pertumbuhan Ekonomi di Maluku dan Papua Masih Lesu
Konsumsi Rumah Tangga Capai 5,01 di Kuartal I-2019
BPS Catat Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2019 Capai 5,07 Persen
BKPM Catat Realisasi Investasi Kuartal I 2019 Capai Rp 195,1 T
Presiden Jokowi Setuju Ibu Kota Pindah Keluar Jawa, Berikut Alasannya
Bos Bappenas: Indonesia Butuh Ibukota Berstandar Internasional