Dahlan: Anak bangsa yang sukses di luar negeri tak perlu kembali
Dahlan menegaskan Indonesia tidak akan mampu menggaji para anak bangsa ini seperti yang mereka dapatkan di luar negeri.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan berpendapat kalau orang Indonesia yang telah sukses di luar negeri tidak harus pulang ke kampung halaman untuk bekerja. Alih-alih ingin memajukan negara, justru yang harus dipikirkan adalah apakah negara sanggup menggaji mereka seperti yang mereka dapatkan di luar negeri.
Keberadaan orang sukses Indonesia di luar negeri, menurutnya, sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk networking (jaringan) bagi pebisnis yang berada di Indonesia.
-
Di mana Dahlan Djambek lahir? Pria yang lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat pada tahun 1925 ini merupakan putra dari ulama besar yang tersohor di Minangkabau yaitu Syekh Muhammad Djamil Djambek.
-
Di mana Badr Dahlan ditahan? Jadi Mimpi Buruk Dahlan ditahan di wilayah Khan Younis bersama sejumlah warga Palestina tak berdosa lainnya.
-
Kapan KH Ahmad Dahlan dilahirkan? KH Ahmad Dahlan, yang lahir dengan nama Muhammad Darwis, dilahirkan pada 1 Agustus 1868 di Kampung Kauman, Yogyakarta.
-
Kapan Yusuf Ivander Damares lahir? Yusuf yang lahir melalui program bayi tabung ini telah tumbuh jadi remaja ganteng.
-
Kapan Dahlan Djambek meninggal dunia? Ketika hendak menyerahkan diri pada tahun 1961, nahas dirinya tewas tertembak di Desa Lariang, Palupuh, Agam, oleh pasukan OPR.
-
Kapan Delano Daniel lahir? Delano Daniel sendiri diketahui seorang pria yang lahir di Belanda pada 24 April 1989.
"Ngapain mereka pulang. Biar kita punya network di luar negeri juga. Kalau pulang ada konsekuensi kita bisa tidak bayar tinggi mereka. Kita banyak punya orang luar negeri yang sukses dan ini network di sana," kata Dahlan di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Senin (18/9).
Para perantau Indonesia di luar negeri saat ini telah banyak yang tergabung dalam Diaspora Indonesia. Namun menurut Dahlan, Diaspora Indonesia berbeda dengan Diaspora China yang terbentuk karena kekecewaan politik. Diaspora China kebanyakan mereka adalah pengusaha, sedangkan Indonesia adalah pengembang intelektual.
"Peranan mereka beda. Diaspora Tiongkok itu kebanyakan pengusaha, mereka pergi karena politik. Jadi pengusaha di Indonesia, Filipina, Singapura. Kemudian diundang kembali ke Tiongkok dan mereka berkembang pesat," katanya.
Diaspora Indonesia dianjurkan Dahlan untuk terus berkembang di luar negeri. Namun demikian, jika ingin pulang memajukan sumber daya manusia juga tidak dipermasalahkan.
"Diaspora Indonesia itu banyak intelektualitas mereka. Kita tidak harus menarik Diaspora, investasi yang harus kita tarik," tutupnya.
Sebelumnya, Siapa menyangka, orang Indonesia yang berhasil menjadi konglomerat di luar negeri masih memiliki keinginan untuk kembali ke Tanah Airnya? Lewat Jejaring Diaspora Indonesia (IDN), mereka mengungkapkan keinginannya untuk kembali ke Indonesia.
"Kami sangat ingin kembali ke Indonesia. Kultur kami Indonesia. Saya sudah 28 tahun (di Australia), Diaspora adalah power untuk kita," kata Iwan Sunito, saat Kongres Diaspora Indonesia II, di Jakarta Convention Centre.
Iwan adalah pemilik perusahaan properti Crown International Holdings Group yang berpusat di New South Wales, Australia. Crown Bondi, Crown on the Hill di Pennant Hills, Millennium dan Icon di Homebush, Crown Citiview di Ashfield adalah sejumlah bangunan apartemen hasil garapannya. "Sejak 96 sampai sekarang bisnis berkembang 1000 kali lipat."
(mdk/bmo)