Dampak Turunnya Indonesia Jadi Negara Kelas Menengah Bawah
Setelah sempat berada di level atas untuk negara berpendapatan menengah atas (GNI) pada tahun lalu, kini Bank Dunia menempatkan Indonesia sebagai negara kelas menengah bawah atau lower middle income. Kondisi ini tak lain disebabkan oleh pandemi Virus Corona yang membuat ekonomi sulit bergerak.
Setelah sempat berada di level atas untuk negara berpendapatan menengah atas (GNI) pada tahun lalu, kini Bank Dunia menempatkan Indonesia sebagai negara kelas menengah bawah atau lower middle income. Kondisi ini tak lain disebabkan oleh pandemi Virus Corona yang membuat ekonomi sulit bergerak.
Mengutip laporan Bank Dunia, assessment terkini mencatat GNI per kapita Indonesia tahun 2020 turun menjadi USD 3.870. Tahun lalu, Indonesia berada di level atas untuk negara berpendapatan menengah atas dengan (GNI) atau pendapatan nasional bruto sebesar USD 4.050 per kapita.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya? Jika dibandingkan dengan kuartal II-2022, ekonomi RI mengalami perlambatan. Sebab tahun lalu di periode yang sama, ekonomi mampu tumbuh 5,46 persen (yoy).
-
Apa yang dilakukan Kemenkumham untuk meningkatkan perekonomian Indonesia? Menurut Yasonna, dengan diselenggarakannya Temu Bisnis Tahap VI, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan perekonomian Indonesia.
-
Mengapa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 meningkat dibandingkan dengan kuartal I-2023? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,” terang Edy.
-
Kapan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,17 persen secara tahunan? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Bagaimana strategi pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi? Oleh karena itu, pendekatan pembangunan perlu diubah dari reformatif menjadi transformatif yang setidaknya mencakup pembangunan infrastruktur baik soft maupun hard, sumber daya manusia, riset, inovasi, reformasi regulasi, tata kelola data dan pengamanannya serta peningkatan investasi dan sumber pembiayaan.
-
Kenapa bunuh diri di kalangan remaja semakin meningkat di Indonesia? Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa lebih dari 700.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat bunuh diri. Di Indonesia, angka kematian akibat bunuh diri juga menunjukkan peningkatan yang mengkhawatirkan. Data POLRI mencatat bahwa pada tahun 2023 terjadi 1.350 kasus bunuh diri, naik drastis dari 826 kasus di tahun sebelumnya.
"Indonesia, Mauritius, Rumania, dan Samoa sangat dekat dengan ambang batas klasifikasi pada tahun 2019 dan semuanya mengalami penurunan Atlas GNI per kapita akibat Covid-19, yang mengakibatkan klasifikasi lebih rendah pada tahun 2020," tulis Bank Dunia dalam laporannya.
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira mengatakan, turunnya kelas Indonesia jadi negara berpenghasilan menengah bawah tidak mengherankan karena kondisi ekonomi Indonesia yang dilanda pandemi Covid-19.
"Itu sudah bisa diperkirakan sejak 2020 karena ekonomi Indonesia menurun akibat pandemi. Posisi Indonesia juga cukup berat keluar dari jebakan kelas menengah," kata Bhima saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (7/7).
Berikut dampak dari turunnya peringkat Indonesia jadi negara kelas menengah bawah yang dirangkum Merdeka.com.
Dinilai Sulit Maju
Bhima mengatakan, turun nya peringkat indonesia, menjadi lower middle income country ini punya beberapa konsekuensi. Pertama, Indonesia akan lebih lama menjadi negara maju.
"Proses nya menjadi tertunda karena kita mundur ke belakang," kata Bhima kepada merdeka.com, Jakarta, Kamis (8/7).
Bhima menjelaskan, seharusnya Indonesia bisa bergerak lebih tinggi usai dinyatakan negara berpenghasilan menengah atas beberapa waktu lalu. Hal ini kemudian membuat Indonesia kian terlambat maju.
"Seharusnya setelah upper middle income country kita menjadi higher level income country. Kalau sekarang turun peringkat, berarti untuk menjadi negara maju ini makin terlambat," katanya.
Dia menambahkan, dampak dari penurunan peringkat ini akan membuat Indonesia lebih lama di kelas menengah bawah. Bahkan, tak menutup kemungkinan akan tetap berpendapatan menengah dalam kurun waktu 25 tahun.
Pengangguran Sulit Cari Kerja
Bhima mengatakan, turunnya peringkat Indonesia menjadi lower middle income country atau negara berpendapatan menengah menurun Bank Dunia membawa beberapa konsekuensi. Salah satunya pengangguran akan sulit mendapat pekerjaan.
"Ini konsekuensinya mulai dari sulitnya mendapat lapangan pekerjaan," kata Bhima kepada merdeka.com, Jakarta, Kamis (8/7).
"Karena kita sedang ada bonus demografi yang konsepnya 2030 sementara anak muda banyak lulus dari universitas tetapi karena ekonomi tak mengalami pertumbuhan yang signifikan maka lapangan kerja menjadi sangat terbatas," sambungnya.
Penurunan kelas ini, memberi banyak dampak. Efeknya adalah serapan tenaga kerja baru menjadi kurang optimal. Tingkat pengangguran khususnya pengangguran usia muda ini menjadi tinggi. "Sekarang Indonesia sudah menjadi negara dengan pengangguran usia muda tertinggi. Salah satu di Asia Tenggara," kata Bhima.
Konsekuensi selanjutnya adalah Indonesia akan tua sebelum kaya. Jadi tua sebelum kaya artinya, Indonesia akan masuk sebagai generasi perlindungan sosialnya kecil dari pemerintah. Sementara perlindungan sosial kecil, pendapatan secara rata rata tidak mengalami kenaikan yang tinggi.
Berpengaruh ke Investasi
Bhima menjelaskan, kondisi ini kurang menguntungkan bagi Investasi di Indonesia. Karena, negara negara akan berpikir berkali-kali masuk ke Indonesia.
"Konsekuensi lain, Indonesia akan kurang diminati dalam hal investasi. Karena sama saja seperti negara misalnya Timor Leste. Jadi Indonesia tidak termasuk negara tujuan investasi secara profil resiko aman. Artinya minat invest dari luar untuk menanam modal jangka panjang akan berkurang. Dia akan mencari negara lain," jelasnya.
Kemudian, Indonesia juga akan ketagihan meminjam utang. Karena dengan penurunan kelas ini akan banyak negara yang menyodorkan pinjaman. Sebab dianggap Indonesia belum mampu mendorong penerimaan pajak sendiri atau sumber-sumber pembiayaan di dalam negeri.
"Sehingga konsekuensinya menjadi negara yang meminta pinjaman kepada para kreditur. Jadi akan semangat ngutang, karena semakin banyak yang ngutangin. Utang akan menjadi beban dimana tiap tahun harus bayar bunga," tandasnya.
Meski berdampak negatif, penurunan kelas ini juga memiliki dampak positif. Salah satunya adalah Indonesia akan kembali memperoleh fasilitas GSP.
Generalized System of Preference (GSP) adalah fasilitas perdagangan berupa pembebasan tarif bea masuk yang diberikan secara unilateral oleh Pemerintah AS kepada negara-negara berkembang di dunia sejak 1974.
"Positifnya, Indonesia masih tetap mendapat fasilitas perdagangan seperti GSP," ujar Bhima kepada merdeka.com, Jakarta, Kamis (8/7).
Dengan demikian, artinya kalau Indonesia akan mengekspor barang ke luar negeri maka tarif bea masuk akan lebih rendah. Sebab, dianggap sebagai negara yang membutuhkan asistensi.
"Mau ngirim barang ke luar negeri tarifnya rendah karena dianggap negara dengan pendapatan menengah ke bawah atau negara yang membutuhkan asistensi dari negara negara maju," kata Bhima.
(mdk/azz)