Data BPS: Defisit Neraca Perdagangan Januari Terparah Sejak 2014
Pada Januari 2014, neraca perdagangan mengalami defisit USD 443,9 juta, Januari 2015 surplus USD 632,3 juta, Januari 2016 surplus USD 114 juta, Januari 2017 surplus USD 1,4 miliar dan pada Januari 2018 defisit sebesar USD 680 juta.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2019 mengalami defisit sebesar USD 1,16 miliar. Defisit ini menjadi yang terparah sejak 2014, untuk periode yang sama.
Pada Januari 2014, neraca perdagangan mengalami defisit USD 443,9 juta, Januari 2015 surplus USD 632,3 juta, Januari 2016 surplus USD 114 juta, Januari 2017 surplus USD 1,4 miliar dan pada Januari 2018 defisit sebesar USD 680 juta.
-
Kapan BPS dibentuk? Sejarah BPS dimulai pada tahun 1960, ketika Biro Pusat Statistik didirikan.
-
Apa yang menjadi catatan BPS tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Apa yang dihapus dari BPJS? Kepala Humas BPJS Kesehatan Rizzky Anugerah menjawab pertanyaan publik terkait naiknya iuran ketika Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) berlaku.
-
Apa yang dimaksud dengan PBI BPJS? PBI BPJS merupakan bagian dari program pemerintah yang bertujuan untuk menanggung biaya iuran BPJS Kesehatan bagi individu atau kelompok yang memenuhi kriteria sebagai penerima bantuan.
-
Apa yang membaik di Sulawesi Utara berdasarkan rilis BPS? Kepala BPS Sulawesi Utara, Asim Saputra menjelaskan, daya beli petani di Sulawesi Utara membaik di Bulan Oktober 2023.
-
Apa tugas utama dari BPS? Tugas BPS adalah melaksanakan tugas pemerintahan di bidang statistik sesuai peraturan perundang-undangan.
"Saya punya data (Januari) sampai 2014. Januari ini (2019) defisit paling besar, iya," ujar Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Jumat (15/2).
Banyak faktor yang menyebabkan defisit di Januari 2019 ini begitu besar, salah satunya soal harga komoditas di pasar internasional yang turun seperti untuk CPO. Akibatnya, meski secara volume ekspornya naik, namun secara nilai mengalami penurunan.
"Kalau saya lihatnya berbagai kombinasi tadi. saya sampaikan tadi dari sisi volume beberapa komoditas kita masih bagus. Batubara masih naik, CPO naik tapi karena harganya turunnya jauh, ini jadi tantangan besar buat CPO kita," kata dia.
Selain itu, juga terjadi penurunan harga karet dunia. Hal ini membuat nilai ekspor komoditas tersebut juga turun.
"Kalau saya akan begitu ya (karena faktor global). Karet juga jeblok ya. Karena itu pemerintah buat berbagai kebijakan, kita sadar ekspor kita terlalu basis komoditas. Sehingga berbasiskan komoditas kita jadi kurang. Karena itu harus industri pengolahan (di dalam negeri), kuncinya disana," tandas dia.
Reporter: Septian Deny
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
BPS: Defisit Perdagangan Indonesia Melebar Jadi USD 1,16 Miliar di Januari 2019
Bank Indonesia Prediksi Defisit Transaksi Berjalan Masih Terjadi di Triwulan I 2019
BI: Defisit Transaksi Neraca Berjalan USD 31,1 Miliar Sepanjang 2018
Sri Mulyani Andalkan Milenial dan Ibu Rumah Tangga Biayai Defisit 2019
Bos Bappenas Prediksi Defisit Transaksi Berjalan RI Cuma 2,5 Persen Sepanjang 2018
Defisit Neraca Perdagangan 2018 Terburuk, Menko Darmin Sebut Imbas Ekonomi Tumbuh