Daya Beli Hingga Impor Bahan Baku Dinilai Jadi Penyebab Defisit Perdagangan
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Haryadi Sukamdani mengatakan, defisit perdagangan Indonesia pada September 2019 sebesar USD 160 juta terjadi lantaran daya beli masyarakat dan industri mulai mengalami penurunan.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Haryadi Sukamdani mengatakan, defisit perdagangan Indonesia pada September 2019 sebesar USD 160 juta terjadi lantaran daya beli masyarakat dan industri mulai mengalami penurunan.
Menurutnya, secara tren laju impor memang sedikit lebih tinggi dibandingkan ekspor. Akan tetapi, jika dibandingkan bulan sebelumnya kinerja impor dan ekspor justru sama-sama mengalami penurunan. Utamanya pada sektor bahan baku dan barang modal yang menjadi kebutuhan industri.
-
Apa yang Indah Permatasari beli di pasar? Selain membeli ikan dan ayam, ia juga membeli berbagai jenis sayuran dan bahan makanan lainnya.
-
Siapa yang terlibat dalam perdagangan cecak? Dia mengatakan, ada lebih dari lima pemegang izin ekspor yang bekerja sama dengan pengusaha dan pemburu di daerah-daerah tersebut.
-
Bagaimana Indah Permatasari berbelanja di pasar? Indah bangun pagi untuk pergi berbelanja di pasar tradisional yang ditujunya.
-
Bagaimana Aipda Purnomo membantu masyarakat? Ia kemudian giat melakukan aksi peduli sosial. Polisi yang pernah menjadi Babinkamtibmas ini sering membantu ODGJ mendapat kehidupan dan perawatan yang layak. Ia juga menolong lansia terlantar serta keluarga yang kurang mampu.
-
Kapan Suswono menyampaikan bahwa daya beli warga Jakarta menurun? "Yang justru dikeluhkan oleh para pedagang ini adalah kehadiran pembeli ya, kehadiran pembeli ini relatif berkurang ya dari pengakuan para pedagang. Karena apa, nah ini yang kita pasti perlu cari akar masalahnya. Boleh jadi memang dari survei masyarakat Jakarta ini termasuk daya belinya yang turun," sambungnya.
-
Apa yang dibawa oleh mertua Indah Permatasari? Itu tadi deretan potret bahagia Indah Permatasari dibawakan oleh-oleh sama mertuanya.
"Poinnya adalah kalau impor turun secara keseluruhan apalagi impor bahan bakunya, berarti memang ada perlambatan di pertumbuhan ekonomi dan yang kami khawatirkan adalah turunnya di daya beli," kata dia saat ditemui di Jakarta, Selasa (15/10).
Haryadi menilai, defisit yang terjadi juga disebabkan tidak optimalnya pertumbuhan ekonomi Indonesia selama ini. Dia memandang, pemerintah belum mampu menciptakan pemerataan ekonomi sehingga impor yang tercipta hanya tinggi di sektor-sektor yang bukan menjadi kebutuhan masyarakat.
"Pandangan kami, pertumbuhan ekonomi kita kualitasnya tidak optimal. Dalam arti yang menikmati pertumbuhan ini hanya kelas menengah atas, menengah bawah sebetulnya mereka dalam kondisi yang tertekan," jelasnya.
Wakil Ketua Apindo Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, defisit yang terjadi pada September 2019 dikarenakan impor bahan baku dan penolong masih berada terlalu tinggi yakni di kisaran 70 persen. Sementara ekspor sendiri tidak terlalu menunjukkan kenaikan cukup signifikan.
"Yang mana dengan keadaan ekonomi global sekarang enggak mungkin juga jadi defisit itu pasti akan ada. Solusinya adalah kita mesti industrialisasi, bagaimana kita kembangkan industri hulu kita supaya kita tidak terlalu tergantung kepada impor juga," jelas dia.
Dia pun mendorong agar pemerintah juga berupaya untuk diversifikasi beberapa produk ekspor ke negara-negara lain yang belum tersentuh. "Jadi sebetulnya interest banyak sekali. Tinggal bagaimana make it happen. ini tergantung dari aturan main, kalaupun ada negara tujuan pasar kita mesti mempermudah bagi pelaku usaha," tandasnya.
Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada September 2019 sebesar USD 160 juta. Defisit tersebut disebabkan oleh defisit sektor migas sebesar USD 761 juta dan surplus non migas sebesar USD 601 juta.
Kepala BPS Suhariyanto, mengatakan defisit neraca perdagangan Indonesia sejak awal tahun hingga September 2019 telah mencapai USD 1,9 miliar. Angka ini akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di kuartal III tahun ini.
"Neraca dagang mengalami defisit sebesar USD 0,16 miliar atau USD 160 juta. Posisi tahun lalu periode yang sama surplus, tahun ini defisit. Angka pertumbuhan ekonomi pada kuartal III akan dipengaruhi oleh defisit ini," ujarnya di Kantor BPS, Jakarta, Selasa (15/10).
Baca juga:
Tahun Lalu Surplus, Neraca Perdagangan September 2019 Defisit USD 160 Juta
Pembentukan PIMD Pertamina Dinilai Perkecil Defisit Neraca Perdagangan
Minim Investasi, Petrokimia Penyebab Defisit Neraca Perdagangan Indonesia
Menko Darmin Ramal Defisit Neraca Dagang Tahun Ini Hanya USD 2 Miliar
Neraca Perdagangan RI Surplus USD 85 Juta di Agustus 2019
Jelang Pengumuman Neraca Perdagangan, IHSG Diramal Bergerak Melemah