Di tengah gejolak ekonomi dunia, OJK catat stabilitas dan likuiditas RI terjaga
Rapat Dewan Komisioner (RDK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai stabilitas sektor jasa keuangan dan kondisi likuiditas di pasar keuangan Indonesia masih dalam kondisi terjaga. Akselerasi pertumbuhan ekonomi global berlanjut, dengan negara maju menjadi motor penggerak utama terutama perekonomian Amerika Serikat (AS).
Rapat Dewan Komisioner (RDK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai stabilitas sektor jasa keuangan dan kondisi likuiditas di pasar keuangan Indonesia masih dalam kondisi terjaga. Akselerasi pertumbuhan ekonomi global berlanjut, dengan negara maju menjadi motor penggerak utama terutama perekonomian Amerika Serikat (AS).
Namun, momentum perbaikan perekonomian global dibayangi oleh kenaikan suku bunga kebijakan AS, krisis politik Italia dan kembali menguatnya tensi perang dagang, yang memberi sentimen negatif pada pasar keuangan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
-
Apa yang dikatakan OJK mengenai sektor jasa keuangan Indonesia saat ini? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dan resilien dengan indikator prudensial. seperti permodalan maupun likuiditas yang memadai serta profil risiko yang terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.
-
Kenapa OJK menyelenggarakan Pasar Keuangan Rakyat (PKR) di Sumbawa Barat? Perluasan akses keuangan merupakan salah satu strategi yang efektif untuk menurunkan tingkat kemiskinan dan meningkatkan stabilitas sistem keuangan. Melalui akses pembiayaan yang mudah dan murah, penciptaan pusat-pusat kegiatan ekonomi baru di berbagai daerah akan dapat terwujud,” kata Ogi, Minggu (29/10).
-
Apa kondisi sektor jasa keuangan nasional menurut OJK? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 25 Oktober 2023 menilai sektor jasa keuangan nasional terjaga stabil didukung permodalan yang kuat, kondisi likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terjaga sehingga meningkatkan optimisme bahwa sektor jasa keuangan mampu memitigasi risiko meningkatnya ketidakpastian global baik dari higher for longer suku bunga global maupun peningkatan tensi geopolitik.
-
Bagaimana OJK mendorong penguatan governansi di sektor jasa keuangan? OJK telah meminta agar Industri Jasa Keuangan terus memperkuat governansi antara lain dengan penerapan manajemen risiko dan manajemen anti-fraud serta penyuapan.
-
Bagaimana OJK memastikan stabilitas sektor jasa keuangan? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 25 Oktober 2023 menilai sektor jasa keuangan nasional terjaga stabil didukung permodalan yang kuat, kondisi likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terjaga sehingga meningkatkan optimisme bahwa sektor jasa keuangan mampu memitigasi risiko meningkatnya ketidakpastian global baik dari higher for longer suku bunga global maupun peningkatan tensi geopolitik.
-
Bagaimana OJK menilai stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dan resilien dengan indikator prudensial. seperti permodalan maupun likuiditas yang memadai serta profil risiko yang terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.
Dalam keterangan tertulisnya, Jumat (29/6), OJK mencatat gejolak di pasar global mendorong IHSG pada Mei 2018 melemah tipis sebesar 0,18 persen dan ditutup di level 5983.6, dengan investor nonresiden mencatatkan net sell sebesar Rp 6,45
triliun. Di pasar SBN yield SBN tenor jangka pendek, menengah dan panjang masing-
masing naik sebesar 46,3 bps, 25,2 bps, dan 27,8 bps (Apr’18: rata-rata meningkat 21 bps).
"Investor nonresiden mencatatkan net sell di pasar SBN sebesar Rp 11,5 triliun," tulis OJK.
Di tengah perkembangan pasar keuangan tersebut, kinerja intermediasi sektor jasa
keuangan pada Mei 2018 terus menunjukkan perbaikan. Kredit perbankan tumbuh sebesar 10,26 persen yoy (Apr’18: 8,94 persen yoy) dan piutang pembiayaan tumbuh 6,37 persen yoy (Apr’18: 6,36 persen yoy). Perbaikan kinerja intermediasi ini didukung oleh pertumbuhan positif Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan yang tercatat sebesar 6,47 persen yoy.
"Sementara, premi asuransi jiwa dan asuransi umum/reasuransi masing-masing tumbuh tinggi sebesar 31,49 persen dan 19,28 persen yoy."
Di pasar modal, penghimpunan dana di pasar modal s/d 22 Juni 2018 mencapai Rp 89,3
triliun, meningkat dari periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar Rp 60 triliun. Emiten baru tercatat sebanyak 20 perusahaan (Jan-Mei’17: 10 perusahaan).
Total dana kelolaan investasi hingga 22 Juni 2018 telah mencapai Rp 729,3 triliun.
Di tengah sentimen yang mewarnai pasar keuangan domestik, risiko LJK (risiko kredit, pasar, dan likuiditas) masih terjaga pada level yang manageable.
Rasio Non-Performing Loan (NPL) gross perbankan tercatat sebesar 2,79 persen (Apr’18: 2,79 persen) dan rasio Non-Performing Financing (NPF) perusahaan pembiayaan tercatat sebesar 3,12 persen (Apr’18: 3,01 persen).
Sementara itu, permodalan LJK juga terjaga robust dengan CAR perbankan sebesar 22,45 persen serta RBC asuransi umum dan asuransi jiwa masing-masing sebesar 319 persen dan 442 persen.
OJK akan terus memantau dinamika perekonomian global dan domestik, khususnya terkait
laju kenaikan FFR, tren kenaikan suku bunga, dan perkembangan negosiasi dagang AS-Tiongkok. OJK juga mempersiapkan serangkaian kebijakan untuk memastikan stabilitas pasar keuangan dan kinerja sektor jasa keuangan domestik tetap terjaga di tengah
peningkatan volatilitas pasar.
Baca juga:
Rupiah melemah, bos OJK pastikan hanya sementara
Inarno Djajadi resmi menjadi Dirut BEI baru
Ini kata bos OJK soal penunjukan Inarno Djajadi sebagai dirut anyar BEI
Jadi bos BEI, ini perjalanan karir Inarno Djajadi
Kata Bos OJK soal Dirut BEI tak lolos calon seleksi direksi baru
Gelar halal bihalal, BI-OJK perkuat komitmen jaga stabilitas ekonomi
Sandiaga Uno apresiasi BI dan OJK stabilkan harga pangan