Dipimpin Benjamin Netanyahu, APBN Israel Porak-poranda Akibat Perang Lawan Palestina
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu baru saja menyampaikan pidato di depan Kongres Amerika Serikat (AS). Pernyataanya tersebut membuat kehebohan.
Ekonomi Israel di tangan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu mulai goyah. Menyusul, tingginya biaya perang untuk melawan kelompok Hamas di pihak Palestina.
- Benjamin Netanyahu Disebut Pembunuh Berantai di Sidang Parlemen, Ekspresi Wajahnya Menakutkan Jadi Sorotan
- Daftar Kebohongan PM Israel Benjamin Netanyahu soal Gaza saat Pidato di Kongres AS, Apa yang Dikatakan Terjadi Sebaliknya
- Ini Daftar Kebohongan Netanyahu Saat Pidato di Depan Kongres AS
- Demi PM Israel Netanyahu, Amerika Serikat Mati-matian Sampai Ancam Mahkamah Internasional
Mengutip The Times of Israel, Netanyahu gencar melakukan perundingan anggaran tingkat tinggi untuk APBN tahun 2025 ketika biaya perang meningkatkan defisit. Bahkan, target defisit anggaran 2024 telah meningkat drastis menjadi 6,6 persen dari PDB tahun ini dari rencana awal 2,25 persen.
"Anggaran tahun 2024 yang disetujui sebelum perang diubah untuk memasukkan belanja tambahan sekaligus menaikkan target defisit anggaran menjadi 6,6 persen PDB tahun ini dari rencana 2,25 persen," kata Gubernur Bank of Israel Amir Yaron dilansir Kamis (25/7).
Ironisnya, pada bulan Juni defisit APBN Israel telah mencapai 7,6 persen dari PDB. Menyusul, terus berlanjutnya anggaran negara untuk pembiayaan perang.
"Merupakan tanggung jawab pemerintah untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan, meskipun beberapa di antaranya mungkin tidak populer, untuk menjamin stabilitas ekonomi dan mendorong pertumbuhan berkelanjutan," kata Yaron pekan lalu setelah bank sentral mempertahankan suku bunga tetap stabil.
Dia menyebut, perekonomian Israel berpotensi terus memburuk jika pemerintah hanya melaksanakan sebagian penyesuaian fiskal yang diperlukan, atau menunda persetujuan anggaran hingga tahun 2025. Menurutnya, situasi ini dapat menyebabkan peningkatan tambahan pada premi risiko Israel.
"Hal ini merupakan hasil dari formulasi persepsi di pasar bahwa rasio utang terhadap PDB berada pada jalur yang tidak terkendali,” ucapnya.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu baru saja menyampaiakn pidato di depan Kongres Amerika Serikat (AS). Pernyataanya tersebut membuat kehebohan di masyarakat di dunia, termasuk Indonesia.
Dalam pidatonya, Netanyahu melontarkan pernyataan kontroversial mengenai korban sipil di Rafah dan Gaza, dengan menyatakan bahwa jumlah korban tersebut sangat sedikit.
Pernyataan ini sangat kontras dengan fakta yang banyak dilaporkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan media global mengenai konflik Israel-Gaza.
Benjamin memang selalu menjadi kontrovesial karena lantaran kekejamannya menyerang Gaza Palestina sejak Oktober 2023 lalu.
Reaksi terhadap pernyataan Netanyahu tidak hanya terbatas pada tingkat diplomatik, tetapi juga mencuat ke ranah publik.
Demonstrasi damai yang menuntut gencatan senjata dan perlindungan hak asasi manusia bagi warga Palestina telah terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk di negara-negara Eropa dan Amerika
Lantas fakta apa saja yang tidak diketahui orang-orang terkait Perdana Menteri Israel ini?
Melansir dari beberapa sumber, berikut fakta-fakta dari Netanyahu:
Pertama, dia memegang rekor sebagai perdana menteri Israel yang menjabat paling lama. Dengan masa jabatan yang luar biasa dari tahun 1996 hingga 1999 dan kemudian dari tahun 2009 hingga 2021.
Artinya, Netanyahu memegang gelar perdana menteri dengan masa jabatan terlama dalam sejarah Israel. Kepemimpinannya telah meninggalkan jejak yang tak terhapuskan pada politik dan kebijakan negara tersebut.
Kedua, Netanyahu adalah seorang penulis. Di samping karier politiknya, Benjamin Netanyahu juga seorang penulis yang telah menerbitkan buku. Dia telah menulis buku tentang berbagai topik, termasuk terorisme, politik, dan konflik Israel-Palestina. Karya-karyanya memberikan wawasan tentang perspektifnya terhadap isu-isu yang kompleks.