Ekonomi Global Masih Dihantui Ketidakpastian, Begini Dampaknya ke Sektor Jasa Keuangan RI
Perekonomian global secara umum mengalami pelemahan dengan inflasi yang terjaga moderat.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar menyatakan sektor jasa keuangan Indonesia tetap terjaga stabil.
Menurut Mahendra, stabilitas sektor jasa keuangan didukung oleh permodalan yang kuat dan likuiditas yang memadai. Meskipun terdapat ketidakpastian global yang disebabkan oleh meningkatnya tensi geopolitik dan perlambatan perekonomian global.
- Ekonomi Melambat, Triwulan III-2024 Hanya Tumbuh 4,95 Persen
- Sektor Jasa Keuangan RI Terjaga di Tengah Ancaman Geopolitik Timur Tengah & Pelemahan Ekonomi Global
- Ketua OJK: Sektor Jasa Keuangan Terjaga Stabil di Tengah Ketidakpastian Global
- Ekonomi Global Masih Belum Stabil, Diprediksi Cuma Tumbuh 3,0 Persen
"Sektor jasa keuangan terjaga stabil, didukung oleh tingkat permodalan yang kuat, dan likuiditas memadai di tengah ketidakpastian global akibat meningkatnya tensi geopolitik, serta perlambatan perekonomian global," kata Mahendra dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) pada hari Jumat, (6/9).
Mahendra menjelaskan perekonomian global secara umum mengalami pelemahan dengan inflasi yang terjaga moderat dan pasar tenaga kerja di Amerika Serikat mengalami pendinginan. Akibatnya ekspektasi pasar kini beralih pada potensi penurunan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat.
Di Eropa, kata Mahendra, indikator perekonomian masih belum solid dengan inflasi yang persisten. Di China, pertumbuhan ekonomi juga mengalami perlambatan dengan ketidaksesuaian antara permintaan dan penawaran.
Ketegangan geopolitik global meningkat, terutama menjelang pemilihan Presiden di Amerika Serikat dan potensi instabilitas di Timur Tengah serta Rusia akibat konflik yang terus berlangsung.
Dampak Pelemahan Ekonomi Global di Tanah Air
Mahendra juga mencatat melemahnya permintaan global telah menyebabkan penurunan harga komoditas. Namun, pasar keuangan emerging market, termasuk pasar obligasi dan nilai tukar, menunjukkan penguatan terutama karena ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed.
"Pelemahan demand secara global juga turut menyebabkan harga komoditas melemah. Di tengah perkembangan itu, dan yang didorong terutama oleh ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed dalam waktu dekat ini, pasar keuangan emerging market mayoritas menguat, terutama di pasar obligasi dan nilai tukar," jelasnya.
Di pasar domestik, kinerja perekonomian Indonesia masih positif dan stabil. Tercermin dari inflasi inti yang terjaga dan neraca perdagangan yang surplus. Namun, pemulihan daya beli dirasakan masih lambat.
Mahendra menegaskan perlunya kewaspadaan terhadap faktor risiko dan dampak potensial terhadap sektor jasa keuangan.
"Agar dapat mengambil langkah antisipatif serta meminta industri untuk memonitor downside risk secara berkala dan melakukan langkah mitigasi yang diperlukan seperti menyediakan buffer yang memadai dan pelaksanaan uji ketahanan secara periodik," pungkasnya.
Sri Mulyani: Situasi Ekonomi Global Sedang Tidak Baik
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, situasi global saat ini tidak berjalan dengan baik. Tahun 2024 dan 2025 diselimuti dengan ketidakpastian.
"Saya diminta untuk membahas masalah peluang dekarbonisasi di ASEAN, yang sangat, sangat penting. Namun sebelum kita membahasnya, saya ingin menyinggung situasi ekonomi global, yang sebenarnya tidak berjalan dengan baik. Tahun 2024 dan 2025 masih belum pasti," kata Sri Mulyani dalam Sesi Tematik Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 di Jakarta, Jumat (6/9).
Sri Mulyani menjelaskan, situasi global yang tidak berjalan baik saat ini sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang semakin merosot. Menurunnya proyeksi tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi saja seperti tekanan fiskal saja. Melainkan juga oleh faktor di luar ekonomi yakni gejolak geopolitik dunia yang terus memanas.
Tak hanya itu, beberapa masalah struktural yang dihadapi Amerika Serikat dan China turut memperburuk keadaan. Mengingat kedua negara tersebut memegang pernanan perekonomian terbesar di dunia. Proyeksi ekonomi global tahun ini pun diperkirakan hanya di level 3,2 persen.