Ekspor kaki kodok Indonesia tetap kinclong
Nilai ekspor paha kodok Sumatera Utara tahun ini naik 8,37 persen menjadi USD 1,178 juta.
Komoditas daging kodok asal Indonesia tetap laris manis di pasar dunia. Meski saat ini terjadi krisis ekonomi dunia, daging kodok tetap eksis di hati konsumen luar negeri.
Hal ini terlihat dar capaian ekspor paha kodok Sumatera Utara ke Belgia yang nilai ekspornya tahun ini naik 8,37 persen menjadi USD 1,178 juta.
-
Di mana cecak diburu untuk ekspor? Mereka bisa ditangkap untuk dijadikan hewan peliharaan atau konsumsi, kata Dr Satyawan Pudyatmoko, direktur jenderal konservasi sumber daya alam dan ekosistem di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
-
Bagaimana cara warga kampung memproses cecak untuk ekspor? "Warga kampung membantu menangkap, mengumpulkan, memilah berdasarkan ukuran, mengeringkan dan akhirnya dikemas," kata Satyawan.
-
Apa yang membuat sepak bola menjadi mimpi yang diwujudkan? Sepak bola adalah mimpi yang dibuat nyata melalui kerja keras dan semangat.
-
Apa yang menjadi komoditi utama ekspor Kerajaan Demak? Ia menulis komoditi utama yang menjadi ekspor Kerajaan Demak adalah beras dan bahan-bahan makanan lainnya.
-
Ke mana tembakau dari Jember diekspor? Tembakau-tembakau dari Jember serta beberapa daerah lain di Hindia Belanda diekspor ke luar negeri.
-
Apa yang dimaksud dengan empon-empon? Empon-empon adalah istilah dalam bahasa Jawa yang merujuk pada akar dari berbagai jenis tanaman obat. Istilah ini juga biasanya digunakan untuk menyebut ramuan seduhan dari minuman hangat dengan bahan akar dan tanaman herbal.
"Nilai ekspor paha kodok Sumut ke Belgia pada Januari-Agustus berasal dari pengiriman sebanyak 218,6 ton," kata staf bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumut, Fitra Kurnia, seperti di lansir Antara di Medan, Senin (24/9).
Paha kodok, menurutnya, termasuk salah satu golongan barang andalan ekspor Sumut. Meski terjadi pengurangan negara tujuan ekspor namun nilai komoditi ini tetap tinggi.
"Sebelumnya negara ekspor sampai ke beberapa negara lain termasuk Singapura, dan China," tuturnya.
Pasokan kodok untuk di ekspor semakin ketat karena faktor alam dan banyaknya permintaan di dalam negeri.
Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Sumut, Sofyan Subang, mengatakan ekspor paha kodok itu sering terganggu dengan faktor alam.
Pesatnya perkembangan pembangunan telah menggangu ekosistem sehingga kodok dengan jenis tertentu yang biasanya untuk ekspor semakin sulit diperoleh.
Volume ekspor paha kodok semakin terganggu karena konsumsi di dalam negeri seperti di Sumut juga naik menyusul banyaknya restoran besar dan kecil yang menyajikan menu paha kodok itu.
Sebagai informasi, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), tahun lalu saja Tanah Air telah mengekspor 3.563 ton swike dan menghasilkan uang senilai USD 18,49 juta ( Rp 175 miliar). Hingga April lalu, ekspor swike berada pada 982,6 tondengan nilai jual USD 5,3 juta (Rp 50,35 miliar).
Diantaranya, swike tersebut diekspor ke pasar negara Eropa, AS, Hong Kong, Singapura, dan Jepang. Di samping itu, peluang pasar domestik pun tidak kalah banyak. Hal tersebut mengingat kegemaran pasar lokal untuk mengkonsumsi swike dengan diolah menjadi swike goreng tepung, pepes sampai diolah menjadi kerupuk kulit.
Potensi pasar swike ini memang luar biasa. Bahkan, di tahun 1974 hingga 1978 Indonesia pernah menjadi pengekspor swike ketiga terbesar setelah India dan Bangladesh. Bahkan pada tahun 1979, Nusantara menjadi pemasok swike kedua terbesar di Uni Eropa yaitu sebesar 34 persen.
Namun, pada tahun 1985, ketiga negara pengekspor swike terbesar dunia dilarang menangkap kodok yang berada di alam. Setelah itu, muncullah ide untuk budidaya katak. Namun, kodok asli Indonesia memang susah di budidaya. Lalu Indonesia berinisiatif untuk mendatangkan jenis kodok asal Amerika Utara dari Taiwan yaitu yang disebut dengan kodok lembu atau bullfrog.
(mdk/arr)