Empat alasan ekonomi Indonesia rentan krisis
Perlambatan ekonomi sudah dialami sejak 2011.
Saat konferensi internasional bertajuk "Future of Asia's Finance: Financing for Development 2015", Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengakui kondisi perekonomian global memicu kekhawatiran keluarnya modal asing alias capital outflow dari negara berkembang. Kondisi itu yang saat ini tengah terjadi dan mengakibatkan nilai tukar mata uang negara berkembang ambruk.
Kondisi saat ini merupakan imbas dari sebelumnya. Perlambatan ekonomi sudah dialami sejak 2011. Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde menilai Asia memiliki pengalaman melalui krisis ekonomi. Ini menjadi modal Asia ketika menghadapi krisis finansial global dan tamper tantrum pada 2013.
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Bagaimana kondisi ekonomi Indonesia di era Soekarno? Dalam buku berjudul 'Jakarta 1950-1970', seorang dokter bernama Firman Lubis mengutarakan kondisi ekonomi Indonesia saat itu amat kacau. "Inflasi melangit dan menyebabkan nilai rupiah merosot tajam dalam waktu yang relatif singkat. Sebagai gambaran, ongkos naik bus umum yang pada tahun 1962 masih Rp1 berubah menjadi Rp1000 pada tahun 65,"
-
Apa yang terjadi pada nilai tukar rupiah ketika Indonesia mengalami hiperinflasi di tahun 1963-1965? Di tahun 1963 hingga Soekarno lengser sebagai Presiden tahun 1965, Indonesia mengalami hiperinflasi sebesar 635 persen dengan nilai tukar rupiah saat itu berkisar Rp11 per USD1.
-
Kenapa Presiden Sukarno merasa kesulitan keuangan? "Adakah seorang kepala negara lain yang melarat seperti aku hingga sering meminjam uang dari ajudan?' kata Sukarno. "Dalam hal keuangan aku tidak mencapai banyak kemajuan sejak zaman Bandung," tambahnya.
-
Apa penyebab utama devaluasi mata uang Indonesia? Dalam tujuh tahun terakhir, mata uang Indonesia belum mengalami perbaikan yang berarti. Faktor-faktor yang menyebabkan devaluasi mata uang Indonesai di antaranya adalah berkurangnya cadangan devisa. Mengingat Indonesia sangat bergantung pada pasar ekspor, jatuhnya harga komoditas telah semakin menurunkan nilai mata uangnya.
-
Mengapa nilai tukar rupiah menjadi sangat tinggi terhadap dolar di era Soeharto? Sebab, inflasi Indonesia yang terbilang masih cukup tinggi tidak sebanding dengan mitra dagangnya. Akhirnya nilai tukar rupiah menjadi sangat tinggi terhadap dolar dan tidak ada negara yang mau bermitra dengan Indonesia.
Asia mengalami dampak dari perlambatan ekonomi China, Jepang, kemerosotan harga komoditas. Di luar itu, Asia juga menghadapi tantangan dari ketidakpastian penaikan suku bunga The Fed. Khusus Indonesia, Lagarde memuji kekuatan dan potensi ekonomi nasional.
Namun di balik itu, harus diakui bahwa ekonomi Indonesia cukup rentan terhadap krisis. Merdeka.com mencatat faktor-faktor penyebab rentannya ekonomi nasional. Berikut paparannya.
Terlalu banyak dana asing
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai merosotnya nilai tukar Rupiah tak hanya disebabkan faktor eksternal. Kondisi perekonomian dalam negeri juga turut memicu terpuruknya Rupiah. Besarnya dana asing dalam sistem perekonomian nasional membuat Rupiah rawan goyah.
"Rupiah sudah rentan kalau soal kurs. Terlalu besar dana asing di dalam ekonomi kita. Kalau sebanyak itu asing, itu artinya apa? Batuk sedikit ya keluar dia, kita goyah," ujar Darmin di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (25/8).
Utang didominasi asing
Kementerian Keuangan melalui Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko mengeluarkan data terbaru mengenai posisi utang pemerintah Indonesia. Hingga Juli 2015, utang pemerintah pusat mencapai Rp 2.911,41 triliun. Angka ini naik sekitar Rp 47 triliun dibanding bulan sebelumnya yang tercatat hanya Rp 2.864,18 triliun.
Dikutip dari data Kementerian Keuangan, utang pemerintah ini terdiri dari dua sumber yakni pinjaman dan Surat Berharga Negara (SBN). Pinjaman pemerintah hingga Juli 2015 mencapai Rp 694,23 triliun. Angka ini naik dari bulan sebelumnya yang hanya Rp 692,94 triliun.
Pinjaman ini terdiri dari pinjaman luar negeri sebesar Rp 690,64 triliun (bilateral, multilateral), Serta dari pinjaman dalam negeri sebesar Rp Rp 3,59 triliun.
Utang pemerintah dari sumber Surat Berharga Negara (SBN) cukup mendominasi dengan nilai mencapai Rp 2.217,18 triliun. Angka ini juga naik dari bulan sebelumnya yang hanya Rp 2.171,24 triliun.
"SBN 37 persen dimiliki asing," ungkap Anggota Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kusumaningtuti Soetiono.
Pasar modal dikuasai asing
Anggota Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kusumaningtuti Soetiono mengatakan, rendahnya pemahaman akan sistem keuangan membuat pasar saham dikuasai investor asing.
Jumlah investor domestik di pasar modal Indonesia masih sangat minim hanya 400.000-500.000 investor. Lebih rendah dari Filipina 558.000 investor, Thailand 1 juta investor, dan Malaysia 4,4 juta investor. Jumlah emiten pun dinilai statis di kisaran angka 480-500.
"Sekitar 63 persen saham kita dimiliki asing, when asing sell, domestik sell, when asing buy, domestik buy, sangat berpengaruh," ungkapnya.
Defisit kembar
Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian Darmin Nasution tidak segan mengakui rentannya kondisi dan sistem perekonomian nasional. Defisit kembar atau istilahnya twin deficit menjadi penyebabnya.
"Kelihatannya semakin lama semakin tinggi kerentanannya. Sebagian tentu hasil dari pengaruh ekonomi global. Itu tidak diragukan. Tapi sebagian lagi sebenarnya persoalan kita sendiri," ungkap Menko Darmin di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (31/8).
Defisit kembar merupakan istilah menggambarkan dua defisit dalam sistem perekonomian yakni defisit pada neraca perdagangan dan defisit anggaran negara.
"Walaupun defisitnya tidak terlalu besar. Tapi pernah dua kali melonjak. Pada 83-84 bahkan agak tinggi," tuturnya.