Gawat, Tesla hingga Volvo Boncos Akibat Konflik di Laut Merah
Produsen mobil dunia mulai merasakan dampak ketegangan yang terjadi di Laut Merah.
Produsen mobil dunia mulai merasakan dampak ketegangan yang terjadi di Laut Merah.
Gawat, Tesla hingga Volvo Boncos Akibat Konflik di Laut Merah
Tesla hingga Volvo Boncos Akibat Konflik di Laut Merah
Sejumlah produsen mobil dunia mulai menderita kerugian besar akibat konflik di Laut Merah.
Mulai dari perusahaan mobil listrik Tesla Inc hingga Volvo.
Manajemen Tesla mengatakan mereka akan menangguhkan sebagian besar produksi mobil dari pabriknya di dekat Berlin mulai 29 Januari hingga 11 Februari 2024.
Alasannya tak lain karena kekurangan komponen setelah banyak rute kapal dialihkan ke ujung selatan Afrika, akibat konflik di Laut Merah.
"Konflik bersenjata di Laut Merah dan pergeseran rute transportasi antara Eropa dan Asia melalui Tanjung Harapan berdampak pada produksi di Gruenheide,"
kata pernyataan Tesla kepada Reuters, dikutip Rabu (24/1).
Akibat peralihan rute untuk menghindari Laut Merah, waktu tempuh transportasi pengiriman komponen mobil menjadi jauh lebih lama.
Selain itu, peralihan rute pelayaran kapal tersebut membuat biaya logistik peti kemas menjadi lebih mahal.
Namun, Tesla tidak menyebutkan komponen apa yang tertunda akibat konflik di Laut Merah.
Terutama, tempat mereka merakit kendaraan listrik untuk dijual di Eropa.
"Waktu transportasi yang jauh lebih lama menciptakan kesenjangan dalam rantai pasokan,"
ungkap Tesla.
merdeka.com
Nasib serupa juga dialami Volvo
Perusahaan mengumumkan akan menangguhkan beberapa produksi di Eropa karena kekurangan komponen, akibat serangan terhadap pengiriman di Laut Merah memukul produsen di wilayah tersebut.
Bahkan, Volvo Car yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Geely China berencana akan menghentikan produksi di pabriknya di Ghent di Belgia selama tiga hari pada minggu depan.
Penutupan dilakukan karena keterlambatan pengiriman gearbox akibat kian memanasnya konflik di Laut Merah.
Sebelumnya, beberapa operator kapal tanker telah berhenti melintasi Laut Merah setelah serangan udara Amerika Serikat (AS) dan Inggris terhadap kelompok Houthi di Yaman.
Serangan ini seiring dengan meluasnya konflik regional yang berasal dari perang Israel di Gaza.
Tentunya, konflik di Laut Merah menambah kesulitan logistik yang menghambat perdagangan.
Selain itu, rendahnya permukaan air akibat kekeringan telah mengurangi penyeberangan Terusan Panama, rute perdagangan maritim penting lainnya.