Harga Komoditas Energi dan Pangan Global Anjlok, Terbesar CPO Hingga 60 Persen
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, menyampaikan harga komoditas energi dan pangan secara global melanjutkan tren penurunan, seperti komoditas gas, batu bara, minyak bumi, CPO, gandum, kedelai, hingga jagung.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, menyampaikan harga komoditas energi dan pangan secara global melanjutkan tren penurunan, seperti komoditas gas, batu bara, minyak bumi, CPO, gandum, kedelai, hingga jagung.
"Harga komoditas terutama energi dan pangan melanjutkan tren penurunan harga-harga. Semuanya mengalami koreksi tren penurunan," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers: APBN KITA Mei 2023, Senin (22/5).
-
Kenapa Siti Purwanti meninggal? Diketahui bahwa mendiang Siti Purwanti telah lama menderita penyakit jantung dan gagal ginjal.
-
Kapan Kurniawan Dwi Yulianto lahir? Kelahiran Kurniawan Dwi Yulianto 13 Juli 1976
-
Di mana Sri Mulyani dilahirkan? Sri Mulyani lahir di Tanjung Karang, Lampung, 26 Agustus 1962.
-
Kapan Alun-alun Puspa Wangi Indramayu diresmikan? Sebelumnya alun-alun ini diresmikan pada Jumat (9/2) lalu, setelah direnovasi sejak 19 Mei 2021.
-
Siapa Mutiara Baswedan? Mutiara Annisa Baswedan lahir pada 3 Juni 1997. Kini, gadis kecil dalam foto di atas pun sudah tumbuh dewasa. Menjadi anak pertama dan perempuan satu-satunya, Mutiara juga sangat dekat dengan sang ayah.
-
Kapan Dewi Sartika meninggal? Dewi Sartika meninggal pada 11 September 1947 di Cineam, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Menkeu mencatat, penurunan harga komoditas yang paling besar adalah komoditas CPO yakni sebesar 60 persen, kemudian gas 34 persen penurunannya, dan minyak bumi rata-rata sudah turun 9,3 persen.
Penurunan harga energi dan pangan rupanya berdampak pada inflasi di berbagai negara yang turut mengalami penurunan. Artinya penurunan tersebut merupakan hal yang positif. Dengan demikian di berbagai negara kenaikan suku bunga sudah mulai mencapai puncaknya.
"Karena sebagian dari tingkat suku bunga acuan atau policy ratenya di Amerika Serikat, Eropa, Jepang, dan bahkan yang lebih ekstrim Brazil dan Meksiko policy ratenya sudah jauh lebih tinggi dibandingkan inflasi yang sudah mulai mengalami penurunan," jelas Menkeu.
Dengan demikian, respon kebijakan moneter diharapkan sudah mulai mengalami pelandaian atau peningkatan suku bunga tidak akan meningkat seterusnya, namun posisinya tetap tinggi.
Maka, dengan kenaikan suku bunga yang ekstrim di berbagai negara tersebut berdampak pada pelemahan ekonomi, dilihat dari kinerja Purchasing Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur global yang mengalami kontraksi selama 8 bulan berturut-turut.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Bappebti Putuskan 10 Persen Ekspor CPO Wajib Lewat Bursa Komoditi
Mentan: Sawit Malaysia Tak Boleh Lebih Bagus dari Indonesia
Demi Genjot Produksi, Mentan Lepas Gugus Tugas Peremajaan Sawit Rakyat
Usai Mengadu Komnas HAM, Suku Awyu Papua Demo di Istana Merdeka
Menko Luhut Sebut 9 Juta Hektare Sawit Belum Bayar Pajak, Dirjen Pajak Bilang Begini