Impor konsumsi naik tanda turunnya daya saing produk dalam negeri
Kenaikan impor dari China saat ini cukup tinggi. Porsi negara ini mencapai 25 persen dari total impor Indonesia. Sementara, total impor dari ASEAN hanya 20 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor Indonesia mencapai USD 13,36 miliar pada Maret 2017. Angka ini meningkat 17,65 persen ketimbang Februari lalu USD 11,35 miliar. Nilai impor USD 13,36 miliar di Maret ini merupakan nilai impor bulanan tertinggi sejak Januari 2015.
Impor nonmigas tercatat naik 24,94 persen menjadi USD 11,10 miliar dibanding bulan sebelumnya USD 8,88 miliar. Penyumbang kenaikannya berasal dari impor ponsel, plastik sampai kapal laut.
-
Kenapa ekspor telur ke Singapura bisa menjadi bukti keberhasilan Indonesia di pasar dunia? Singapura menjadi salah satu negara dengan standar mutu dan keamanan pangan yang tinggi, sehingga ekspor ini menjadi salah satu keberhasilan Indonesia di pasar dunia.
-
Kenapa Hari Koperasi Indonesia diperingati? Tujuan peringatan ini guna mengingatkan pemerintah dan masyarakat untuk senantiasa menghidupkan koperasi sebagai jalan demi mewujudkan kesejahteraan bersama.
-
Bagaimana Kemendag memfasilitasi eksportir Indonesia di pameran EIM? “Kemendag memfasilitasi puluhan eksportir Indonesia untuk memamerkan produk-produk potensial melalui pameran EIM agar pangsa pasar produk Indonesia di negara Meksiko semakin luas,” tambahnya.
-
Apa julukan internasional Jakarta? Istilah ini agaknya masih asing di telinga masyarakat Indonesia, terlebih bagi warga Jakarta itu sendiri. Padahal, kepopulerannya sudah lama melekat di kalangan internasional. Menariknya, sematan kata “The Big Durian” membuatnya sering disamakan dengan Kota New York di Amerika.
-
Kenapa bisnis baju bekas impor dilarang di Indonesia? Presiden Jokowi mengungkapkan bisnis baju bekas impor ilegal sangat mengganggu industri tekstil dalam negeri.
-
Dari mana ekspor sejumlah komoditas pertanian dilepas? Jelang dua hari peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke 78, Wakil Presiden (Wapres) Ma’aruf Amin, melepas ekspor sejumlah komoditas pertanian senilai 2,294 Triliun dari Pelabuhan Tanjung Priok ke 37 Negara.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati mengatakan, kenaikan impor yang cukup tinggi terutama ditandai naiknya impor konsumsi, bisa jadi menjadi tanda turunnya daya saing produk dalam negeri.
Pernyataan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perdagangan, yang menyebut kenaikan impor positif lantaran disokong kenaikan impor bahan baku dinilai kurang tepat. Sebab, impor bahan baku dan bahan penolong masih sedikit. Impor masih didominasi barang konsumsi, terutama dari China dengan kontribusi lebih dari 25 persen dari total impor.
Kondisi ini, menurut Enny cukup berbahaya jika terus dibiarkan. Apalagi di saat bersamaan, kinerja industri dalam negeri menunjukkan indikasi penurunan belum recovery. Di sisi lain, dalih pemerintah yang menyebut bahwa impor naik juga lantaran persiapan menyambut Ramadan dan Lebaran, juga tidak tepat karena barang yang masuk tidak berkorelasi dengan kebutuhan untuk menjaga stabilitas harga terutama sektor pangan selama Lebaran dan Ramadan yang selama ini jadi fokus pemerintah.
"Oke untuk antisipasi Lebaran, pertanyaannya nanti bagaimana stabilitas harga apakah signifikan tidak. Menjelang Ramadan itu untuk stabilitas harga impornya bukan dari China, tapi dari Thailand, atau Vietnam. Sementara ini mayoritas dari China, jangan-jangan salah kebijakan lagi," ucap Enny di Jakarta, Selasa (25/4).
Kenaikan impor dari China saat ini cukup tinggi. Porsi negara ini mencapai 25 persen dari total impor Indonesia. Sementara, total impor dari ASEAN hanya 20 persen. Enny juga menyoroti kenaikan signifikan mencapai 343 persen lebih untuk kategori kapal laut dan bangunan terapung.
Kenaikan ini tentu saja memunculkan tanda tanya besar karena diduga kenaikan fantastis itu berkaitan dengan impor kapal bekas. Padahal, kenaikan impor kapal jelas memukul industri galangan kapal nasional.
"Per definisi, bangunan terapung itu juga tidak jelas, apa yang dimaksud bangunan terapung. Kita curiga lonjakan impor drastis itu berkaitan impor kapal bekas, ini kan aneh, padahal pemerintah mendorong industri galangan kapal," tegas Enny.
Dengan fakta itu, sejatinya kenaikan impor bukan berita bagus. Kalau pun ada kenaikan impor seperti peralatan mesin, peralatan listrik, hingga besi dan baja, memang bisa dikaitkan dengan menggeliatnya infrastruktur. Tetapi, tetap saja, kenaikan impor itu dinikmati oleh negara lain karena menggerogoti devisa.
"Misal pelabuhan kita akan disinggahi kapal besar, boleh saja dihubungkan dengan biaya logistik, tapi orang sering lupa, yang turun itu bukan biaya antar pulau namun barang impornya yang makin murah, kompetitif. Tidak ada yang bisa dibanggakan," tutupnya.
Baca juga:
Saat Wapres JK salahkan SBY buat ketimpangan ekonomi RI makin lebar
Wapres JK: Masyarakat lebih suka jadi PNS, tidak buka lapangan kerja
Aturan baru Jokowi buat PNS, dari syarat perekrutan hingga pemecatan
Menperin puji Sritex, investasi Rp 2,6 T dan serap 3.500 pekerja
Menperin dorong industri TPT manfaatkan paket kebijakan ekonomi