Indonesia Dibantu AS Bakal Bangun Pembangkit Nuklir, Lokasinya di Kalimantan Tengah
Pengembangan PLTN ini juga dibantu oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Dia pun berharap proyek pengembangan ini akan segera rampung di tahun 2024.
Kebijakan itu telah tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 14 tahun 2015 tentang Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN).
Indonesia Dibantu AS Bakal Bangun Pembangkit Nuklir, Lokasinya di Kalimantan Tengah
Indonesia Dibantu AS Bakal Bangun Pembangkit Nuklir, Lokasinya di Kalimantan Tengah
- Berkat IKN, Kalimantan Timur Kini Merasakan Perubahan yang Baik
- Pembangunan IKN Tetap Lanjut di 2025, Dananya dari Anggaran Infrastruktur Rp400,3 Triliun
- Pemerintah Siapkan Rp90 Miliar untuk Ganti Rugi Masyarakat Terdampak Pembangunan IKN di Kalimantan
- Mendagri Tekankan Pentingnya Peran PLBN dalam Membangun Indonesia dari Pinggiran
Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi International, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko), Edi Prio Pambudi menyebut bahwa Indonesia akan mengembangkan dan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pada tahun 2025-2035.
Kebijakan itu telah tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 14 tahun 2015 tentang Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN).
Edi menjelaskan, salah satu teknologi nuklir yang dapat dimanfaatkan adalah Small Modular Reactor (SMR) bekerja sama dengan US DoS melalui program Foundational Infrastructure for the Responsible Use of SMR Technology (FIRST).
"Kita kan diberikan bantuan untuk melakukan technical assessment di Kalimantan Tengah mudah-mudahan bisa selesai segera. Ini salah satu teknologi yang harus kita kuasai," ucap Edi dalam media briefing, Kamis (30/5).
Perlu diketahui, pogram FIRST bertujuan memperdalam pemahaman Indonesia mengenai masalah keamanan, proliferasi, dan keselamatan teknologi nuklir sebagai energi ramah lingkungan.
Edi menuturkan, pengembangan PLTN ini juga dibantu oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Dia pun berharap proyek pengembangan ini akan segera rampung di tahun 2024.
"Karena kita ingin harapan kita sih tahun ini selesai karena kan BRIN sudah melakukan itu nah yang kita ingin adalah percepatan implementasi," jelasnya.
Dia melanjutkan, implementasi pengembangan ini harus sesuai dengan peraturan yang ada di Indonesia. Menurutnya dengan adanya Indo-Pacific Economic Framework (IPEF) meminta, agar tidak didahului oleh Romania, yang kabarnya akan selesai padan 2027 mendatang.
"Nah yang kita ingin adalah percepatan implementasi makanya dengan adanya IPEF Kita minta nih jangan sampai implementasinya duluan Romania dibandingkan kita. Romania 2027," ungkap Edi.
Adapun pembiayaan Grant Agreement dari USTDA sebesar USD 2,3 juta atau setara Rp34 miliar. Dengan rincian dilaksanakan di Pantai Gosong, Provinsi Kalimantan Barat, dan teknologi yang digunakan adalah Small Modular Reactor (SMR) dari NuScale berupa VOYGR Power-6 Power Plant.
Perlu diketahui, pada tanggal 28 Februari 2023 telah ditandatangani Contract for Technical Assistance antara PLN Indonesia Power dan US Trade and Development Agency.
Kajian Pembangunan SMR akan berisikan 18 bab yang membahas di antaranya evaluasi lokasi, soil test, sumber bahan bakar, grid impact, biayabiaya, komunikasi stakeholder, serta kajian dan mitigasi risiko.