Indonesia Tak Perlu Khawatir Ancaman Resesi Global
Ekonom BNI Ryan Kiryanto menyatakan, Indonesia tidak akan terpapar resesi meskipun keadaan ekonomi global kian mengancam. Ini dikarenakan Indonesia bukan negara berbasis ekspor atau negara yang bergantung pada rantai pasok global atau global supply chain.
Ekonom BNI Ryan Kiryanto menyatakan, Indonesia tidak akan terpapar resesi meskipun keadaan ekonomi global kian mengancam. Ini dikarenakan Indonesia bukan negara berbasis ekspor atau negara yang bergantung pada rantai pasok global atau global supply chain.
"Indonesia tidak usah khawatir kena resesi, karena negara kita pertumbuhan ekonominya tidak didominasi oleh ekspor, sehingga saat ekonomi global resesi, maka kita masih aman," ujar Ryan di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Senin (9/12).
-
Bagaimana kondisi ekonomi Indonesia di era Soekarno? Dalam buku berjudul 'Jakarta 1950-1970', seorang dokter bernama Firman Lubis mengutarakan kondisi ekonomi Indonesia saat itu amat kacau. "Inflasi melangit dan menyebabkan nilai rupiah merosot tajam dalam waktu yang relatif singkat. Sebagai gambaran, ongkos naik bus umum yang pada tahun 1962 masih Rp1 berubah menjadi Rp1000 pada tahun 65,"
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Bagaimana responden menilai kondisi ekonomi nasional saat ini? Ini ditandai dengan 26,0 persen masyarakat yang menilai ekonomi nasional saat ini buruk. Angka ini seimbang dengan 26,0 persen masyarakat yang mengatakan ekonomi baik. Umumnya ekonomi nasional dinilai sedang, yakni sebesar 42,4 persen, akan tetapi lebih banyak yang menilai sangat buruk daripada yang sangat baik. Dengan persentase 3,5 persen sangat buruk. Lalu hanya 1,4 persen masyarakat yang menilai kondisi ekonomi nasional sangat baik.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya? Jika dibandingkan dengan kuartal II-2022, ekonomi RI mengalami perlambatan. Sebab tahun lalu di periode yang sama, ekonomi mampu tumbuh 5,46 persen (yoy).
-
Kenapa sebagian Tembok Besar China mengalami kerusakan? Namun, hal ini bergantung pada komposisi biocrust dan iklim di wilayah tempat sampel diambil.
-
Bagaimana China berusaha menyaingi AS dalam persaingan ekonomi dan teknologi? Upaya itu dilakukan agar persaingan ekonomi dan teknologi di China dapat menyaningi AS. Bahkan, China memaksa produsen AS yang ada untuk pindah ke luar negeri.
Dirinya mencontohkan, China yang pertumbuhan ekonominya semakin melambat hingga tahun depan, karena China merupakan negara yang sangat bergantung pada ekspor. Padahal, pada tahun 2004 hingga 2005, ekonomi China masih bisa tumbuh 14,2 persen. Namun jadi single digit akibat ekonomi dunia dan perang dagang.
"Ekonomi China tahun depan itu susah karena ter-ninabobo-kan oleh ekspor. China, Korea Selatan dan Jepang, itu 3 negara yang rawan terkena resesi karena pertumbuhan ekonomi bertumpu pada ekspor," jelas Ryan.
2020 Tak Akan Terjadi Resesi
Ryan memprediksi, ekonomi global akan baik-baik saja tahun 2020 mendatang. Bahkan, pertumbuhan ekonomi beberapa negara diprediksi naik.
"2020, tidak akan terjadi resesi. Beberapa negara akan recover untuk tahun depan, kecuali China," ujar Ryan di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Senin (9/11).
Ekonomi Amerika Serikat diperkirakan tumbuh hingga 2,2 persen, sementara China akan menderita. China, sebagai negara yang mengandalkan ekspor, akan jadi negara paling awal yang rubuh karena kondisi ekonomi global yang melemah.
"Ketika ekonomi global baik, sah-sah saja mempertahankan ekspor, tapi ketika melemah, maka negara yang pertama akan menderita adalah negara yang mengandalkan ekspor," imbuh Ryan.
Reporter: Athika Rahma
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)