Inflasi pedesaan capai 0,35 persen, ini penyebabnya
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, tingkat inflasi di pedesaan mencapai 0,35 persen. Inflasi ini disebabkan oleh sejumlah faktor yang hampir sama dengan penyebab inflasi di perkotaan, seperti cabai merah, bahan bakar minyak (BBM) dan rokok.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, tingkat inflasi di pedesaan mencapai 0,35 persen. Inflasi ini disebabkan oleh sejumlah faktor yang hampir sama dengan penyebab inflasi di perkotaan, seperti cabai merah, bahan bakar minyak (BBM) dan rokok.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, cabai merah memberikan andil 0,14 persen. Sedangkan untuk rokok menyumbang 0,03 persen atau lebih besar dibandingkan di perkotaan.
-
Apa yang menjadi catatan BPS tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Bagaimana BRI meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia? Sebagai bank yang berfokus pada pemberdayaan UMKM, BRI memiliki jutaan database nasabah, baik simpanan maupun pinjaman. Ini menyebabkan BRI terpapar risiko data privacy breach dan cyber security system.
-
Kapan inflasi terjadi? Inflasi terjadi ketika harga barang dan jasa secara umum mengalami kenaikan yang terus-menerus dalam suatu periode waktu tertentu hingga mengurangi daya beli uang.
-
Bagaimana inflasi mempengaruhi nilai investasi? “Inflasi juga dapat memengaruhi nilai tukar. Negara-negara dengan tingkat inflasi rendah biasanya mengalami apresiasi nilai mata uang dibandingkan negara-negara dengan inflasi yang lebih tinggi,” ujar Kar Yong Ang.
-
Apa itu inflasi? Sekadar informasi, inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa, yang berdampak pada biaya hidup.
-
Kapan BPS dibentuk? Sejarah BPS dimulai pada tahun 1960, ketika Biro Pusat Statistik didirikan.
"Inflasi pedesaan 0,35 persen. Penyebab utamanya, pertama, karena harga cabai merah andil 0,14 persen karena kita tahu bahwa cabai sangat dipengaruhi musim. Jadi secara general penyebab utamanya sama dengan kota, cabai merah, cabai rawit dan bensin juga ada rokok kretek filter 0,03 persen. Kalau di kota sumbang 0,01 persen, di desa 0,03 persen," ujarnya di Kantor BPS, Jakarta, Kamis (1/11).
Faktor kedua, yaitu kenaikan harga gabah. Hal ini ditunjukkan nilai tanaman pangan meningkat 0,82 persen karena kenaikan harga gabah, selain juga kenaikan harga jagung, ketela pohon dan ubi jalar. Ini memuat harga komoditas tersebut di tingkat konsumen juga naik.
"Idealnya harga produk pertanian naik supaya menguntungkan petani. Tapi bagaimana caranya sampai ke konsumen tetap pada harga yang wajar. Meski ada margin yang diambil, tapi kalau rantai perdagangan bisa lebih efisien tentu bisa meningkatkan pendapatan petani dan juga lindungi konsumen," ungkap dia.
Sementara untuk kontribusi komoditas besar terhadap inflasi hanya sebesar 0,05 persen. Menurut Suhariyanto, angka tersebut relatif kecil kontribusinya.
"Di pedesaan ada sumbangan beras 0,05 persen. Petani kita juga ada yang menyimpan dikit dan ada yang menjual langsung sesuai kebutuhan kemudian beli lagi. Jadi ada sumbangan seperti di kota, tapi karena angkanya kecil jadi saya pikir tidak masalah. Dengan stok yang tahun ini lebih bagus saya rasa akan oke," tandas dia.
Reporter: Septian Deny
Sumber : Liputan6.com
Baca juga:
Pasca diterjang tsunami dan gempa, inflasi Palu melambung di Oktober 2018
BPS: Inflasi Oktober 2018 sebesar 0,28 persen
Beda data produksi beras versi BPS dan Kementan bisa jadi peluru serang Jokowi
Manfaatkan pengawasan satelit jadi langkah tepat BPS hitung produksi beras nasional
Meski tak besar, penduduk miskin RI tetap menabung untuk investasi dan pendidikan
Prabowo sebut 99 persen rakyat RI hidup pas-pasan, ini kata Bos BPS
Data BPS jadi langkah awal perbaikan pasokan pangan Indonesia