Ini Penyebab Rupiah Terkapar ke Level Rp Rp 14.228 per USD
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan, pergerakan Rupiah pada Senin ini masih akan banyak dipengaruhi sejumlah sentimen eksternal.
Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) bergerak melemah di perdagangan hari ini, Senin (21/1). Pagi tadi, Rupiah dibuka di level Rp 14.212 atau melemah dibanding penutupan perdagangan sebelumnya di Rp 14.177 per USD.
Mengutip data Bloomberg, Rupiah masih melanjutkan pelemahan usai pembukaan. Tercatat, nilai tukar saat ini berada di Rp 14.228 per USD.
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Mengapa Redenominasi Rupiah sangat penting untuk Indonesia? Rupiah (IDR) termasuk dalam golongan mata uang dengan daya beli terendah. Hal ini semakin menunjukan urgensi pelaksanaan redenominasi rupiah di Indonesia.
-
Apa manfaat utama dari Redenominasi Rupiah untuk mata uang Indonesia? Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menyatakan manfaat utama dari redenominasi rupiah adalah untuk mempertahankan harkat dan martabat rupiah di antara mata uang negara lain.
-
Apa yang membuat Pejuang Rupiah istimewa? "Makin keras kamu bekerja untuk sesuatu, makin besar perasaanmu ketika kamu mencapainya."
-
Apa yang dijelaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengenai redenominasi rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan, pergerakan Rupiah pada Senin ini masih akan banyak dipengaruhi sejumlah sentimen eksternal.
"Data makro di China mengalami penurun di pertumbuhan ekonomi, turun dari 6,5 persen menjadi 6,4 persen. Tingkat pengangguran juga meningkat menjadi 4,9 persen. Jadi wajar, kemungkinan ini secara tidak langsung mempengaruhi kinerja Yuan dan di sisi lain dolar juga menguat," ujar Nafan dikutip dari Antara.
Selain itu, sentimen eksternal lainnya yaitu terkait Brexit. Perdana Menteri Inggris Theresa May menghadapi kekalahan di depan Parlemen Inggris yang menolak draf Brexitnya.
Kendati demikian, May masih bisa mempertahankan posisinya sebagai perdana menteri ditengah serangan "no confidence vote" dari partai oposisi, Jeremy Corbyn. Hal ini dinilai positif oleh pasar dengan catatan bahwa hal terburuk, yaitu "no-deal Brexit" bisa terelakkan.
Theresa May sendiri akan kembali berpidato di depan parlemen Inggris menyampaikan perkembangan rencana Brexit tersebut.
"Para pelaku pasar global akan menantikan pidato Theresa May. Itu yang akan memengaruhi GBP. Kalau GBP menguat, Rupiah juga akan menguat, tapi jika melemah ya akan membuat Rupiah juga melemah," ujar Nafan.
Sementara itu, dari sisi domestik sendiri, masih minim sentimen positif. Dia memprediksi Rupiah hari ini akan berada di kisaran Rp 14.155 per USD hingga Rp 14.255 per USD.
(mdk/idr)