Ini Sosok Pemilik Mal Mewah Grand Indonesia, Berawal dari Bisnis Rokok Kretek
Grand Indonesia merupakan pengembangan terintegrasi yang terdiri dari Menara BCA dan Hotel Indonesia Kempinski Jakarta. Mal mewah ini terdiri dari East Mall dan West Mall yang dihubungkan oleh Skybridge. Luasnya mencapai 263.226 meter persegi.
Grand Indonesia merupakan salah satu mal kelas atas di pusat Ibu kota, Jakarta. Lokasinya persis di depan bundaran Hotel Indonesia. Mal ini pertama kali diresmikan oleh Presiden RI Susilo Banbamg Yudhoyono pada tahun 2007 silam.
Mengutip dari laman resminya, Grand Indonesia merupakan pengembangan terintegrasi yang terdiri dari Menara BCA dan Hotel Indonesia Kempinski Jakarta. Mal mewah ini terdiri dari East Mall dan West Mall yang dihubungkan oleh Skybridge. Luasnya mencapai 263.226 meter persegi.
-
Bagaimana cara orang kaya ini dimakamkan? Makam ini menyimpan kerangka empat anggota keluarga kaya 'tuan tanah' yang dikremasi dan dikubur bersama dengan lima kereta kencana dan lima kuda.
-
Apa yang menjadi ciri khas orang yang gemar berpura-pura kaya? Satu hal yang membedakan orang-orang ini adalah kecenderungan mereka untuk membahas cita rasa dan gaya hidup yang dianggap elite.
-
Siapa orang terkaya di Indonesia? Adapun Prajogo Pangestu seorang pengusaha yang masuk posisi pertama sebagai orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan bersih sekitar 55,6 miliar dollar AS atau sekitar Rp862,8 triliun (dalam kurs Rp 15.519 per USD).
-
Kenapa orang berpura-pura kaya? Perilaku ini umumnya dilakukan untuk menyembunyikan keterbatasan keuangan mereka.
-
Kapan Robert Budi Hartono dan saudaranya menjadi orang terkaya di Indonesia? Pada tahun 2023 ini Hartono bersaudara meraih predikat orang terkaya pertama di Indonesia menurut Forbes, dengan total kekayaan sebesar 47,7 miliar dolar AS.
-
Siapa saja orang terkaya di Indonesia? Memiliki kekayaan gabungan sebanyak US$ 48 miliar (Rp 744 triliun), Robert Budi dan Michael Hartono bertahan di posisi pertama.
Sebagai mal kelas wahid, sejumlah brand fesyen tercatat membuka toko di Grand Indonesia. Mulai dari Cotton On, H&M, Gramedia, Uniqlo, Victoria’s Secret dan Zara. Tak hanya itu, ada juga merek fesyen lainnya seperti Pull & Bear, Levi's, Mothercare, ELC, Justice, Dr. Marten., Nike, Adidas, dan lain-lain.
Masih dari sumber yang sama, saat ini Grand Indonesia terdapat 214 toko dengan 126 restoran yang menawarkan kuliner dari berbagai macam dunia.
Mal super mewah ini ternyata dimiliki keluarga Hartono Bersaudara. Tepatnya menjadi milik Robert Hartono dan Michael Bambang Hartono.
Sebagaimana diketahui, Hartono bersaudara ini juga pendiri Djarum Grup. Perusahaan ini bukan hanya memproduksi rokok melainkan juga pemilik Bank Central Asia (BCA), Polytron hingga platform belanja online Blibli.
Nama Hartono bersaudara telah menjadi langganan orang terkaya versi majalah Forbes. Terkini, total harta kekayaan dua bersaudara ini mencapai USD43,8 miliar atau setara Rp640,69 triliun. Harta kekayaan tersebut bahkan melampaui kekayaan orang terkaya di Indonesia yakni Low Tuck Kwong yang hartanya USD26,1 miliar.
Bermula dari Bisnis Rokok Kretek
Siapa orang tak kenal dengan produk rokok buatan Djarum. Berawal dari Mr. Oei Wie Gwan membeli usaha kecil dalam bidang kretek bernama Djarum Gramophon pada tahun 1951 mengubah namanya menjadi Djarum. Oei mulai memasarkan kretek dengan merek Djarum dan sukses di pasaran.
Namun di tahun 1963, pabrik perusahaan Djarum terbakar dan perusahaan sedang dalam kondisi yang tidak stabil. Oei meninggal tak lama kemudian. Setelah Oei meninggal, Robert bersama kakaknya Michael Bambang Hartono, melanjutkan usaha tersebut.
Djarum kembali bangkit dan memodernisasikan peralatan di pabriknya. Pada tahun 1972 Djarum mulai mengekspor produk rokoknya ke luar negeri. Tiga tahun kemudian Djarum memasarkan Djarum Filter, merek pertamanya yang diproduksi menggunakan mesin, diikuti merek Djarum Super yang diperkenalkan pada tahun 1981.
Di tangan dua bersaudara Hartono tersebut, Djarum bertumbuh menjadi perusahaan raksasa. Djarum saat ini memiliki pangsa pasar yang besar di Amerika Serikat. Seiring dengan pertumbuhannya, perusahaan rokok ini menjelma dari perusahaan rokok menjadi Grup Bisnis yang berinvestasi di berbagai sektor antara lain perbankan, properti, agrobisnis, elektronik dan multimedia.
Selain Djarum, Robert dan Michael adalah pemegang saham terbesar di Bank Central Asia (BCA). Mereka berdua melalui Farindo Holding Ltd. menguasai 51 persen saham BCA. Selain itu, mereka juga memiliki perkebunan kelapa sawit seluas 65 ribu hektar di Kalimantan Barat sejak tahun 2008, serta sejumlah properti di antaranya pemilik Grand Indonesia dan perusahaan elektronik.
Salah satu bisnis Group Djarum di sektor ini bergerak di bawah bendera Polytron yang telah beroperasi lebih dari 30 tahun. Perusahaan Polytron ini kini juga memproduksi ponsel yang sebelumnya hanya memproduksi AC, kulkas, produk video dan audio, dan dispenser.
Melalui perusahaan yang baru dibuat yakni Ventures Global Digital Prima, Global Digital Niaga (Blibli.com), mereka juga membeli Kaskus, situs Indonesia yang paling populer.
(mdk/idr)