Jakarta Jadi Kota dengan Biaya Hidup Termahal di Indonesia, Begini Cara Atur Keuangan dengan Gaji UMR
Gaji UMR DKI Jakarta saat ini sebesar lebih kurang Rp5 juta sudah cukup ideal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari per bulan.
Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis hasil survei biaya hidup (SBH) tahun 2022 daftar kota termahal di Indonesia, di mana dalam rilisnya Jakarta menempati posisi pertama dengan biaya hidup Rp14,88 juta per bulan.
Jakarta Jadi Kota dengan Biaya Hidup Termahal di Indonesia, Begini Cara Atur Keuangan dengan Gaji UMR
- Tak Kuat dengan Tekanan Hidup di Jakarta, Pria Cilacap Ini Pilih Pulang Kampung dan Buka Usaha Mesin Penetas Telur
- Biaya Hidup di Jakarta Rp14,8 Juta per Bulan dan UMR Hanya Rp5 Juta, Bagaimana Cara Bertahan?
- Biaya Hidup di Jakarta dan Bekasi Paling Mahal Se-Indonesia, Buruh Sebut Gaji Ideal Rp7 Juta Sebulan
- Biaya Hidup di Jakarta Rp15 Juta per Bulan, Ini Cara Dapat Tambahan Penghasilan
Biaya hidup di Jakarta ramai diperbincangkan warganet di media sosial.
Sebab, beberapa waktu lalu Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis hasil survei biaya hidup (SBH) tahun 2022 daftar kota termahal di Indonesia, di mana dalam rilisnya Jakarta menempati posisi pertama dengan biaya hidup Rp14,88 juta per bulan.
Merespons hasil tersebut, Seorang Perencana KeuanganKeuangan, Andy Nugroho menilai untuk gaji UMR DKI Jakarta saat ini sebesar lebih kurang Rp5 juta sudah cukup ideal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari per bulan.
Dia menjelaskan, perhitungan UMR dibuat untuk memfasilitasi pekerja, supaya bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya berupa sandang, pangan, dan papan.
Ketiga komponen dasar itu saja bisa didapat dengan harga murah atau mahal akan tergantung pada cara dan bagaimana seseorang membelanjakan uang gaji yang didapat.
"Menurut saya gaji UMR yang saat ini diberikan sudah ideal. karena sekali lagi, perhitungan UMR itu dibuat untuk memfasilitasi pekerja agar bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya," kata Andy kepada Merdeka.com, Rabu (8/5).
Menurut Andy jika bicara tentang ideal dan pas, apabila menggunakan sudut pandang pekerja tentu akan berbeda dengan sudut pandang pemberi kerja atau pembuat kebijakan.
Dia mengatakan, para pekerja tentu ingin mendapat yang terbaik dan ternyaman dari ketiga komponen tersebut. Apalagi bila sudah mengikuti gaya hidup, sehingga angka ideal versi pekerja akan jauh diatas kebutuhan dasar ini tadi.
"Sebagai contoh, kita mengontrak rumah yang akses jalannya hanya bisa dilalui satu motor dibandingkan dengan yang bisa dilalui 2 mobil tentu harga sewanya sudah beda. Ongkos transport antara yang cukup naik kendaraan umum dibandingkan dengan yang naik kendaraan sendiri bisa beda juga karena mungkin yang kendaraan sendiri ada komponen cicilan kredit dan ongkos bbm nya," terang dia.
"Makan sehari-hari hari yang masak sendiri dengan yang selalu beli di warung juga sudah beda jumlah uang yang dikeluarkan. Belum lagi seandainya pada survey tersebut juga ada komponen-komponen 'kenyamanan lebih’ seperti biaya untuk perawatan diri, makan di kafe/resto, piknik/jalan-jalan, dan lain sebagainya," sambung Andy.
Dia pun merincikan pengeluaran pembiayaan di DKI Jakarta dengan gaji UMR sebagai berikut:
Untuk single:
• Tempat tinggal (kos) = Rp1.500.000
• Makan (tidak masak sendiri)= Rp15.000 x 3 x 30 hari = Rp1.350.000
• Transportasi (umum)= Rp4000 x 2 x 22 hari kerja = Rp176.000
• Kuota / pulsa= Rp200.000
• Belanja kebutuhan sehari-hari (air minum, toiletteries, dll)= Rp200.000
• Kebutuhan hiburan= Rp500.000
• Kebutuhan kesehatan & perawatan diri= Rp200.000
Sehingga total yang harus dikeluarkan selama satu bulan sebesar Rp3.626.000
• Tempat tinggal (kontrak rumah)= Rp2.000.000
• Makan (masak sendiri)= Rp50.000 x 30 hari = Rp1.500.000
• Transportasi (umum)= Rp4000 x 2 (pp) x 3 orang x 22 hari kerja = Rp528.000
• Kuota/pulsa= Rp300.000
• Belanja kebutuhan sehari-hari (air minum, toiletteries, dll)= Rp300.000
• Kebutuhan kesehatan & perawatan diri= Rp300.000
Sehingga total yang Rp4.928.000
"Yang musti diingat adalah gaji UMR itu dirancang agar seorang pekerja agar bisa hidup dengan layak dan bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya," jelas Andy.
Dia bilang, jika ada seorang pekerja yang ingin hidup lebih nyaman lagi dari kebutuhan-kebutuhan dasarnya, maka tentu membutuhkan dana yang lebih besar lagi.
"Jadi memang besaran pengeluaran yang terjadi akan sangat tergantung pada gaya hidup masing-masing orang juga," tutup dia.