Jalan layang 23 km di atas tol Semanggi
Modelnya serupa jalan layang Antasari-Blok M.
Persoalan kemacetan di Jalan tol Dalam Kota atau tol Semanggi yang tak kunjung terselesaikan, menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Strategi contra flow atau lawan arah, pernah diuji coba oleh jajaran kepolisian, namun belum terbukti efektivitasnya dalam mengurai kemacetan di salah satu urat nadi Jakarta tersebut.
Kondisi ini juga mengundang perhatian Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan. Beberapa waktu lalu, Dahlan turun ke jalan tol tersebut dan ikut mengatur arus lalu lintas saat diterapkan contra flow. Kala itu, Dahlan mengaku hanya ingin melihat dan mengevaluasi secara langsung efektivitas penerapan contra flow dalam memecah persoalan kemacetan di jalan tol yang dikelola oleh Jasa Marga tersebut.
-
Di mana Dahlan Djambek lahir? Pria yang lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat pada tahun 1925 ini merupakan putra dari ulama besar yang tersohor di Minangkabau yaitu Syekh Muhammad Djamil Djambek.
-
Di mana Badr Dahlan ditahan? Jadi Mimpi Buruk Dahlan ditahan di wilayah Khan Younis bersama sejumlah warga Palestina tak berdosa lainnya.
-
Kapan KH Ahmad Dahlan dilahirkan? KH Ahmad Dahlan, yang lahir dengan nama Muhammad Darwis, dilahirkan pada 1 Agustus 1868 di Kampung Kauman, Yogyakarta.
-
Kapan Yusuf Ivander Damares lahir? Yusuf yang lahir melalui program bayi tabung ini telah tumbuh jadi remaja ganteng.
-
Kapan Dahlan Djambek meninggal dunia? Ketika hendak menyerahkan diri pada tahun 1961, nahas dirinya tewas tertembak di Desa Lariang, Palupuh, Agam, oleh pasukan OPR.
-
Kapan Delano Daniel lahir? Delano Daniel sendiri diketahui seorang pria yang lahir di Belanda pada 24 April 1989.
Dahlan mengaku, untuk jangka panjang diperlukan jalan baru untuk mengurangi beban jalan tol Semanggi. Dahlan pun meminta Jasa Marga melakukan kajian atas keinginannya tersebut. Akhirnya, dengan menggabungkan konsep contra flow dan penambahan jalan, Jasa Marga mengusulkan pembangunan jalan layang contra flow permanen di sepanjang jalur yang menuju pusat kota Jakarta.
Direktur operasional Jasa Marga Hasanudin menjabarkan konsep tersebut kepada merdeka.com, Kamis (19/6) malam. Rencananya, jalan layang contra flow tersebut akan melintas sepanjang 23 kilometer dari Cibubur hingga Senayan.
Rencana konstruksi jalan layang tersebut akan menggunakan menerapkan box girder atau serupa dengan jalan layang non-tol Antasari-Blok M. "Sehingga memungkinkan efisiensi penggunaan ruang di jalan tol dikarenakan minimnya penggunaan pilar-pilar penyangga box girder mengingat pemasangan box girder yang diperuntukkan bagi jembatan dengan bentang panjang," jelas Hasanudin.
Rencananya, jalan tol elevated ini akan terdiri dari dua lajur kendaraan dengan dimensi lebar jalan efektif sebesar lebih kurang 10 meter yang terdiri dari 2x3,5 meter dengan lebar lajur 2,5 meter, lebar bahu luar 0,5 meter bahu dalam.
Untuk operasionalnya nanti, rute jalan layang akan terdiri dari 5 titik masuk atau keluar yang dapat berfungsi secara bergantian. Maksudnya, pada pukul 04.00 WIB hingga 16.00 WIB, jalan tol elevated tersebut melayani kendaraan yang mengarah ke dalam kota. Sedangkan pada pukul 16.00 WIB hingga 04.00 WIB, jalan tol elevated tersebut melayani kendaraan yang mengarah dari dalam kota.
"Pada pagi sampai sore hari, kendaraan yang masuk jalan tol elevated tersebut dapat dilayani melalui 3 titik rute masuk," katanya.
Tiga titik tersebut antara lain, Pertama, sebelum Gerbang Tol Cibubur (arah Jakarta) untuk mengakomodir kendaraan dari Bogor. Kedua, setelah Gerbang Tol Cibubur untuk mengakomodir kendaraan dari kawasan Cibubur. Ketiga, setelah Ramp Barat Taman Mini (Overpass Pondok Gede) untuk mengakomodir kendaraan dari kawasan Pondok Gede dan sekitarnya yang merupakan wilayah permukiman.
Dia menyebutkan, masing-masing memiliki tujuan langsung menuju Kuningan melalui 2 titik keluar yakni di jalan arteri Rasuna Said dan Senayan (setelah off ramp Semanggi dan sebelum on ramp Gerbang Tol Senayan).
Sedangkan pada sore hingga pagi hari, jalan tol elevated ini dapat difungsikan untuk melayani kendaraan yang mengarah dari dalam kota menuju wilayah selatan (area Pasar Rebo, Cibubur dan Bogor) dengan akses masuk melalui jalan arteri Rasuna Said dan Senayan.
Dari perhitungan Jasa Marga, investasi awal diperkirakan mencapai 16 persen dengan tingkat pengembalian investasi selama lebih kurang 16 tahun.
Namun, pihaknya masih mengalami kendala dalam pembangunan jalan layang tersebut yakni keterbatasan lahan. "Sehingga memerlukan tindak lanjut oleh pemerintah, namun demikian secara teknis sangat memungkinkan untuk dilaksanakan," tutupnya.
Sebelum mewujudkan rencana tersebut, pihaknya terlebih dahulu akan melakukan kajian atau study kelayakan (Feasibility Study).
(mdk/oer)