Kembangkan produk hilir tebu, PTPN X terima PMN Rp 975 miliar
Dana ini akan digunakan untuk mengembangkan produk hilir di tiga Perusahaan Gula (PG) yang ada di Jawa Timur.
PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X menerima suntikan modal Rp 975 miliar dari pemerintah untuk mengembangkan produk hilir tebu. Meski demikian, total alokasi dana yang dibutuhkan perusahaan plat merah ini sebenarnya mencapai Rp 1,469 triliun. Untuk mencukupi kebutuhan dana tersebut, PTPN X mendapat pinjaman pihak ketiga.
Direktur PTPN X, Subiyono mengatakan, sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 138 Tahun 2015 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara (PMN) Republik Indonesia ke dalam modal saham, PTPN X menerima kucuran dana senilai Rp 97,5 miliar.
-
Apa tugas utama Kementerian BUMN? Kementerian BUMN Bertugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang badan usaha milik negara
-
Apa yang dilakukan PNM untuk nasabahnya? Kegiatan pemberangkatan Ibadah Umroh ini juga diberikan kepada 233 orang terdiri dari karyawan, nasabah, dan keluarga yang telah memberikan banyak kontribusi kepada perusahaan.
-
Kenapa Kementerian ATR/BPN menyerahkan sertipikat aset BUMN dan Pemda di Kalimantan Timur? Menteri ATR/BPN telah menyelamatkan aset-aset negara melalui program sertifikasi tanah aset Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Hadi Tjahjanto menyerahkan sejumlah sertipikat aset Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dalam hal ini PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero), dan sertipikat aset Pemerintah Daerah (Pemda) di wilayah Kalimantan Timur. Penyerahan tersebut berlangsung di Hotel Mercure Samarinda, pada Kamis (3/8/2023). Adapun sertipikat aset BUMN yang diserahkan, yaitu 24 sertipikat bagi PLN wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara; 3 sertipikat bagi PLN wilayah Kalimantan Barat; dan 38 sertipikat bagi PLN wilayah Kalimantan Selatan. Sementara itu, sertipikat aset Pemda yang diserahkan antara lain 7 sertipikat bagi Pemerintah Kota Balikpapan; 3 sertipikat bagi Pemerintah Kota Samarinda; dan 2 sertipikat bagi Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara.
-
Kapan Tanri Abeng menjabat sebagai Menteri Negara Pendayagunaan BUMN? Selanjutnya pada tahun 1998 ia ditunjuk oleh Presiden Soeharto sebagai Menteri Negara Pendayagunaan BUMN dan dilanjutkan dengan jabatan yang sama di Kabinet Reformasi Pembangunan pimpinan Presiden Habibie.
-
Bagaimana Kementerian PPN/Bappenas berperan dalam pengendalian pembangunan? Dalam hal ini, Kementerian PPN/Bappenas mengambil bagian dalam pengendalian pembangunan yang menjamin tercapainya hasil pembangunan (outcome), serta pendampingan juga penguatan terhadap K/L dan pemerintah daerah terkait dengan pencapaian proyek strategis nasional.
-
Apa yang dilakukan PNM untuk menekan polusi? “Mangrove ini luar biasa manfaatnya, selain dari aspek lingkungan juga memberi manfaat lain bagi manusia. Apalagi saat ini kualitas udara memburuk akibat polusi. Ini jadi ikhtiar kami memberikan multiple effect untuk lingkungan, ekonomi juga kesehatan,” papar Arief.
Kemudian dari penyertaan modal PTPN III, yang merupakan induk seluruh perusahaan perkebunan negara, berdasarkan PP Nomor 135 Tahun 2015 tentang Penambahan PMN Republik Indonesia ke Dalam Modal Saham PTPN III (Persero), dana Rp 877,5 miliar disertakan pula ke PTPN X.
"Sehingga total PMN yang diterima PTPN X untuk mengembangkan produk hilir di tiga Perusahaan Gula (PG), yang ada di Jawa Timur, yaitu PG Gempolkrep di Mojokerto, PG Ngadirejo di Kediri dan PG Tjoekir di Jombang, adalah senila Rp 975 miliar," terang Subiyono kepada wartawan di Kantor PTPN X, Jalan Jembatan Merah, Surabaya, Rabu (6/12).
Subiyono meyakini, penambahan PMN ini bisa memperkuat kinerja industri gula dengan berbagai turunan produknya, khususnya di lingkungan PTPN X sebagai produsen gula terbesar di Indonesia.
"Kami berterima kasih pada pemerintah yang telah menyuntikkan dana PMN, sebesar Rp 975 M. Penyertaan modal ini membuktikan komitmen pemerintah untuk mewujudkan industri berbasis tebu yang terintegrasi," katanya.
Dana PMN ini akan difokuskan untuk pengembangan produk hilir tebu berupa pabrik bioetanol dan pembangkit listrik serta peningkatan kapasitas pabrik di PG Ngadiredjo, PG Tjoekir dan PG Gempolkrep. PTPN X sendiri, bakal berinvestasi Rp 1,469 triliun di ketiga PG tersebut, yang Rp 975 miliar dari investasi itu, berasal dari dana PMN, sisanya dari pinjaman pihak ketiga.
Rinciannya, dana PMN itu akan digunakan untuk pembangunan pabrik bioetanol yang diolah dari limbah cair tebu (tetes tebu) di PG Ngadiredjo sebesar Rp 404 miliar. Di PG tersebut juga bakal dirampungkan program cogeneration yang mengolah ampas tebu menjadi listrik yang nantinya dijual ke PLN dengan investasi Rp 332,5 miliar.
Di PG Tjoekir, bakal dilakukan pembangunan program cogeneration senilai Rp 83 miliar. Kemudian juga akan dilakukan peningkatan kapasitas giling dari 4.200 ton tebu per hari (TTH) menjadi 4.800 TTH dengan kebutuhan investasi Rp 150 miliar.
Sedangkan di PG Gempolkrep dilakukan pembangunan program cogeneration senilai Rp 324,5 miliar dan pengembangan produk turunan bioetanol sebesar Rp 125 miliar. Selain itu, juga dilakukan peningkatan kapasitas giling dari 6.500 TTH menjadi 7.200 TTH senilai Rp 50 miliar.
"Program tersebut akan selesai dalam tiga tahun ke depan. PTPN X akan menjadi bagian untuk memenuhi kebutuhan listrik melalui program cogeneration," ungkap pria yang juga Ketum Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi) tersebut.
Saat ini industri gula harus mulai bergeser menjadi industri berbasis tebu terintegrasi dengan melakukan diversifikasi produk. Karena mnurutnya, pabrik gula tidak harus menghasilkan produk gula semata. Berbagai produk turunan tebu seperti bioetanol dan listrik harus mulai diseriusi.
Dia menambahkan, diversifikasi produk hanya bisa dilakukan jika di pabrik gula, sebelumnya telah dilakukan efisiensi dan optimalisasi. Diversifikasi dengan membangun program cogeneration yang mengolah ampas tebu menjadi listrik hanya bisa dilakukan jika PG dapat menghasilkan ampas tebu (bagasse) dalam jumlah yang memadai.
"Ampas tebu adalah bahan bakar alami. PG bisa menghasilkan ampas jika PG itu efisien dan kinerjanya optimal. Ampasnya juga bisa digunakan untuk menggerakkan mesin, sehingga lebih hemat," lanjutnya.
Selama ini, ampas tebu memang hanya dijual murah untuk pakan ternak dan pellet untuk bahan bakar. Jika dioptimalkan untuk cogeneration, tentu nilai tambahnya jauh lebih besar.
"Kami mempunyai potensi kelebihan ampas tebu sebesar 280.000 ton per tahun yang bisa menjadi bahan bakar pembangkit. Ini harus dimulai. Kita sudah jauh ketinggalan. Di Brasil, pabrik gulanya sudah mempunyai cogeneration berkapasitas lebih dari 3.000 MW dan di India lebih dari 2.000 MW," paparnya.
Demikian pula untuk pengembangan produk bioetanol dari limbah cair tebu (tetes tebu). Sebelumnya, tetes tebu hanya dijual ke pabrik lain yang mengolahnya menjadi bioetanol dan bumbu masak.
PTPN X sudah memulai pengembangan bioetanol dengan mengoperasikan satu pabrik bioetanol di Mojokerto dalam dua tahun terakhir. Dan PTPN X ingin membangun satu lagi pabrik bioetanol di PG Ngadiredjo Kediri, karena tetes tebu dari PTPN X masih cukup melimpah.
Baca juga:
Anak usaha PTPN X bangun pabrik anyar senilai Rp 23 miliar
Genjot ekspor, Jokowi minta 10.000 hektar tanah PTPN ditanami buah
RNI resmikan pabrik teh hijau terbesar di Asia Tenggara
KAI raup pendapatan Rp 340 M selama Natal 2015 dan Tahun Baru 2016
Operasi pasar awal tahun, Bulog gelontorkan 150 ribu ton beras
SKK Migas: Chevron dan Exxon setuju jual minyak ke Pertamina