Kemendag soal Industri Bulu Mata Purbalingga PHK 600 Pekerja: Nanti, Saya Lihat Dulu
Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Indrasari Wisnu Wardhana mengaku belum dapat berkomentar banyak.
Produsen bulu mata palsu asal Korea Selatan (Korsel) di Purbalingga menghadapi persaingan sengit dari China. Ekspor bulu mata palsu Purbalingga kian berkurang. Imbasnya pemutusan hubungan kerja (PHK) telah terjadi, di mana 600 pekerja salah satu pabrik kehilangan pekerjaannya.
Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Indrasari Wisnu Wardhana mengaku belum dapat berkomentar banyak.
-
Kapan Pallu Butung sering diburu? Makanan tersebut banyak dicari ketika Bulan Ramadan karena cocok sebagai menu berbuka puasa.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Kapan Jalur Lingkar Barat Purwakarta dibangun? Sebelum dibangun jalan lingkar pada 2013, Kecamatan Sukasari yang berada paling ujung di Kabupaten Purwakarta aksesnya tidak layak.
-
Apa pasal yang menjerat pelaku pembunuhan siswi di Palembang? Para pelaku terjerat pasal penganiayaan dan pencabulan anak yakni pasal 76 C dan Pasal 80 ayat 3 UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara dan denda Rp3 miliar.
-
Apa itu Pallu Butung? Pallu Butung ini termasuk hidangan penutup khas Sulawesi Selatan tepatnya di Kota Makassar. Makanan tersebut banyak dicari ketika Bulan Ramadan karena cocok sebagai menu berbuka puasa.
-
Bagaimana suasana petilasan Prabu Siliwangi? Mengutip laman resmi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Majalengka, Senin (16/1), suasana petilasan Prabu Siliwangi memiliki suasana yang asri.
"Nanti dulu. Saya lihat dulu dong. Industrinya apa kayak bagaimana," kata dia saat ditemui di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat (11/10).
Dia mengatakan perlu melihat lebih jauh terkait berita tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan apa saja penyebab turunnya kinerja bisnis perusahaan. "Kan nggak bisa lihat kalah karena apa kan kalau saya nggak tahu industrinya bagaimana," ungkapnya.
Sebelumnya diberitakan, produsen bulu mata palsu asal Korea Selatan (Korsel) di Purbalingga menghadapi persaingan sengit dari China. Ekspor bulu mata palsu Purbalingga kian berkurang. Imbasnya pemutusan hubungan kerja (PHK) telah terjadi, di mana 600 pekerja salah satu pabrik kehilangan pekerjaannya.
Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi, mengatakan produksi bulu mata di China lebih banyak. Di mana, produktivitas tenaga kerja China 9 kali lebih tinggi dari Purbalingga.
Dampak tak terelakkan, di tengah situasi pasar yang melemah, perusahaan mau tidak mau harus mengurangi karyawan agar usahanya tetap berjalan. Hal ini disampaikan usai kunjungannya ke PT Indokores Sahabat, PT Hyup Sung, PT Sun Chang Indonesia, ketiganya merupakan perusahaan PMA (Penanaman Modal Asing) dari Korea Selatan. Serta satu perusahaan pabrik rambut Bintang Mas Triyasa (BMT) yang merupakan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri).
"Beberapa perusahaan PMA bahkan sudah mulai melirik usaha di luar negeri seperti Kamboja, dengan situasi yang kondusif dan upah serta produktivitas tenaga kerjanya lebih baik," ujarnya saat mengunjungi sejumlah pabrik rambut di Purbalingga, Kamis (10/10).
"Kami berharap semua pihak untuk ikut situasi agar lebih baik, dan permintaan kembali pulih. Jika ada permasalahan, diselesaikan dengan baik dan musyawarah sesuai ketentuan regulasi ketenagakerjaan," tambahnya.
Perusahaan Alami Stagnasi
Pemilik PT Indokores Sahabat, Hyung Don Kim, mengakui perusahaan tengah alami stagnasi kinerja. Jika pasaran lesu, dia memprediksi perusahaan hanya bisa bertahan 5-10 tahun. Kim menambahkan, kompetitor bulu mata palsu yang bersaing ketat dari Purbalingga yakni dari China.
"Dari sisi bahan baku, kami mengandalkan dari India dan China. Bahan baku rambut sintetis dari Indonesia kualitasnya kurang bagus, bahkan banyak dicampur bahan lain. Ada juga bahan baku rambut sintetis yang sambungan," kata Kim.
Sementara, pemilik PT Hyup Sung Indonesia, Song Hyung Keun mengakui, produksi bulu mata palsu di perusahaannya menurun tajam seiring dengan permintaan pasar yang menurun karena bersaing dengan China. Biasanya rata-rata produksi per bulan 1,3 juta buah, namun saat ini menurun hingga 30 persen.
Dari sisi harga, bulu mata palsu China juga lebih murah. Sedang sisi kualitas juga sudah menyerupai produk rambut Purbalingga yang dikerjakan secara manual.
"Mau tidak mau, kami harus mengurangi jumlah karyawan dari 1.900 orang menjadi 1.300 orang. Oleh karenanya, kami mengistilahkan, untuk menyelamatkan perusahaan harus memotong ekornya dulu, daripada badannya ikut termakan. Caranya dengan mengurangi karyawan dan meningkatkan produktivitas pekerja (bulu mata palsu) serta inovasi produk," kata Song.
(mdk/idr)