Kementerian ESDM Sebut Produksi Gas Alam Cair Membludak di 2026, Indonesia Dapat Apa?
Kondisi tersebut bakal menyebabkan banyaknya hasil produksi LNG yang belum terkontrak atau memiliki pembeli (uncommitted cargo).
Kondisi tersebut bakal menyebabkan banyaknya hasil produksi LNG yang belum terkontrak atau memiliki pembeli (uncommitted cargo).
Kementerian ESDM Sebut Produksi Gas Alam Cair Membludak di 2026,
Indonesia Dapat Apa?
Kementerian ESDM Sebut Produksi Gas Alam Cair Membludak di 2026
Produksi gas alam cair atau LNG diprediksi akan membludak pada 2026 mendatang.
Namun, kondisi tersebut bakal menyebabkan banyaknya hasil produksi LNG yang belum terkontrak atau memiliki pembeli (uncommitted cargo).
- Tiga Relawan Mer-C di RSI Gaza Tunggu Gelombang Ketiga untuk Proses Evakuasi
- Gas Elpiji 3 Kg Langka, Menteri ESDM: Berarti Bocor Kemana-mana
- SKK Migas: Produksi Gas Diprioritaskan untuk Kebutuhan Dalam Negeri
- Kebutuhan Minyak & Gas Indonesia Diprediksi Terus Naik Hingga 2050, Ini Penjelasan Kepala SKK Migas
"Masih ada uncommitted cargo cukup banyak. Jadi kita akan lebih longgar setelah 2026, dan tahun 2030 akan mencapai puncaknya,"
ujar Direktur Jenderal Mineral dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tutuka Ariadji dalam sesi bincang virtual DETalk, Selasa (31/10).
Kendati begitu, Tutuka melihat adanya peluang Indonesia untuk mengekspor LNG guna menyeimbangkan penerimaan negara dan keekonomian Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) bersangkutan.
Hal ini dilakukan demi menjaga keberlangsungan perusahaan atas pasokan yang berlebih.
"Strategi kita adalah memenuhi kebutuhan dalam negeri, dan juga mem-balance dengan ekspor agar keekonomian tetap terjaga. Jadi kebutuhan dalam negeri terpenuhi, tapi keekonomian perusahaan juga berjalan, " kata Tutuka.
Menurut hitungannya, nilai ekspor produk LNG dan gas pipa Indonesia ke pasar dunia terus meningkat selepas pandemi Covid-19 pada 2020.
Pada 2022, tercatat nilai ekspor LNG indonesia secara total mencapai USD6,6 miliar, atau naik dari USD4,6 miliar di tahun 2021.
"Jadi ada yang ke China, Korea, Jelang, dan Taipei. Kita lihat Korea demand-nya terus meningkat.
"Kita tahu China terbesar dunia kebutuhan energinya. Ternyata untuk Indonesia juga paling besar ngambilnya dia," imbuh Tutuka.
Senada, President Director PT Perta Arun Gas Bara Ilmarosa mengamini soal LNG yang banyak sekali berstatus uncommitted cargo. Jumlahnya mencapai sekitar 42,3 juta ton per tahun (MTPA), baik di dalam maupun luar negeri.
Apalagi di tahun 2026 mendatang akan terjadi banjir produksi LNG. Artinya, kilang-kilang yang ada sekarang akan menghasilkan gas alam cair.
"Produksi LNG itu akan mulai berproduksi dari kilang-kilang yang FID-nya sudah terjadi tahun-tahun lalu. Mereka menunggu produksi di tahun 2026. Itu akan menambah jumlah uncommitted cargo di dunia ini,"
kata Tutuka.
Namun, Bara melihat adanya potensi bisnis hub yang sangat menjanjikan, lantaran uncommitted cargo otomatis butuh tempat penyimpanan (storage) tersendiri.
Makanya pemerintah berencana membangun 10 tangki baru, dengan kapasitas 180.000 (meter kubik).
"Dan kami masih memiliki lahan yang sangat luas di Arun, sehingga kami bisa menambah 10 tangki lagi. Ini untuk pemenuhan pasar domestik maupun internasional,"
kata Tutuka mengakhiri.