Kerja sama dengan Iran, Indonesia kalah dari Malaysia
Banyak sekali produk-produk asal Indonesia di Iran.
Indonesia termasuk terlambat menggarap potensi kerja sama langsung dengan Iran. Ketua Kamar Dagang dan Industri Komite Iran Fadel Muhammad mengatakan, kerja sama Indonesia dengan Iran selama ini lebih banyak bergantung pada peran negara lain sebagai pihak ketiga.
"Selama ini kita terhambat karena harus melalui negara-negara lain. Berbeda dengan Malaysia yang lebih berani melakukan beberapa terobosan untuk membangun jaringan bisnis dengan Iran," papar Fadel di Hotel JW Marriott, Jakarta, Selasa (11/2).
-
Siapa yang mendorong investasi masuk ke daerah agar berkolaborasi dengan UMKM setempat? Di sisi lain, pihaknya mendorong setiap investasi yang masuk ke daerah, wajib berkolaborasi dengan pengusaha-pengusaha dan pelaku UMKM setempat.
-
Kapan orang kaya berinvestasi? Orang kaya berinvestasi untuk jangka panjang dan tidak panik saat pasar bergejolak.
-
Mengapa korban mau berinvestasi pada bisnis tersangka? Korban tidak langsung terima. Tetapi karena terus dibujuk, akhirnya korban mau berinvestasi dengan mentransfer uang pertama kali sebesar Rp13 juta.
-
Bagaimana cara membagi anggaran untuk investasi? Martua menyarankan adanya pembagian porsi alokasi anggaran untuk berinvestasi.“Untuk pemula, secara umum bisa dialokasikan dengan pembagian 40% - 30% - 20% dan 10%," rinci Martua.
-
Bagaimana cara Indonesia menarik investasi 'family office'? Dia harus datang kemari (Indonesia). Misalnya, dia taruh duitnya 10 atau 30 juta dolar AS, dia harus investasi berapa juta, dan kemudian dia juga harus memakai orang Indonesia untuk kerja di family office tadi. Jadi, itu nanti yang kita pajakin.
-
Siapa yang bertemu dengan Airlangga Hartarto saat membahas investasi di Indonesia? Delegasi kongres Amerika Serikat yang terdiri Jonathan Jackson, Young Kim, Andy Barr, dan Jasmine Crockett, bertemu dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di Jakarta di Jakarta, Senin (28/8).
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar menambahkan, banyak sekali produk-produk asal Indonesia di Iran. Sayangnya, konsumen di Iran kesulitan mendapatkan produk-produk dari Indonesia.
"Banyak keluhan dari Iran, sedikit sekali pengusaha kita yang membuka cabang dan hubungan dagang langsung dengan Iran, padahal banyak produk dan migas kita yang dibutuhkan di Iran. Memang masih berat sebelah," ungkap Mahendra.
Dibukanya peluang kerja sama langsung antara 50 pengusaha Iran dengan pengusaha Indonesia, diharapkan mampu dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para pengusaha Indonesia.
Ketua Umum Kadin Suryo B. Sulisto mengakui, Kadin agresif menggarap peluang kerja sama dengan Iran. Terlebih lantaran Indonesia sudah jauh tertinggal memanfaatkan peluang bisnis dengan Iran.
"Kadin secara agresif mengambil inisiatif-inisiatif. Indonesia seringkali tidak memanfaatkan peluang-peluang ekonomi. Lebih banyak negara lain yang memanfaatkan. Banyak peluang ini dimanfaatkan oleh negara ketiga," kata suryo.
Dia mengklaim, pelaku usaha asal Iran sangat antusias dengan dibukanya peluang kerja sama ini. "Respons sangat besar dari pengusaha kita dan Iran," tutup Suryo.
Baca juga:
Bank Jabar Banten punya cabang di Iran
Indonesia akan impor 300.000 barel minyak mentah dari Iran
Sanksi embargo dicabut, Indonesia-Iran buka peluang investasi
Disusupi banci, Iran wajibkan pesepakbola perempuan tes gender
Televisi Iran siarkan simulasi pengeboman ke Tel Aviv