Kesenjangan Inklusi Keuangan dan Pemahaman Masyarakat Masih Tinggi
Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengungkapkan, menurut data survei OJK indeks literasi keuangan dan inklusi keuangan masih menunjukkan gap yang cukup besar. Untuk indeks literasi keuangan sebesar 38 persen dan untuk inklusi keuangan yakni 76,19 persen.
Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengungkapkan, menurut data survei OJK indeks literasi keuangan dan inklusi keuangan masih menunjukkan gap yang cukup besar. Untuk indeks literasi keuangan sebesar 38 persen dan untuk inklusi keuangan yakni 76,19 persen.
"Sekalipun indeks inklusi keuangan sudah mulai tinggi, tetapi pemahaman mereka yang memperoleh penjelasan dalam bentuk inklusi keuangan baru memiliki 38 persen yang benar-benar mengerti mengenai literasi keuangan itu sendiri," terang Mahendra Siregar, Saat Webinar Like It, Jakarta, Jumat (12/8).
-
Apa yang dikatakan OJK mengenai sektor jasa keuangan Indonesia saat ini? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dan resilien dengan indikator prudensial. seperti permodalan maupun likuiditas yang memadai serta profil risiko yang terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.
-
Kenapa OJK mengedukasi perempuan, guru, dan pelaku UMKM tentang literasi keuangan? Hal ini sejalan dengan Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI) 2021-2025 dan Sasaran Prioritas Literasi dan Inklusi Keuangan Tahun 2023 yang menjadikan mereka sebagai sasaran strategis penerima program edukasi keuangan.
-
Kenapa OJK mengimbau masyarakat waspada terhadap penipuan keuangan? Masyarakat Indonesia diimbau agar selalu waspada terhadap modus penipuan layanan di sektor jasa keuangan. Pasalnya sudah terjadi penipuan yang merugikan banyak korban.
-
Kenapa OJK mengupayakan perluasan akses keuangan di Jawa Tengah? Otoritas Jasa Keuangan bersama seluruh pemangku kepentingan terus memperluas akses keuangan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah.
-
Bagaimana OJK mendorong pengembangan perbankan syariah? Berbagai kebijakan dikeluarkan OJK untuk mendorong pengembangan perbankan syariah bersama stakeholders terkait beberapa inisiatif seperti: Mulai dari perbaikan struktur industri perbankan syariah yang dilakukan melalui konsolidasi maupun spin-off unit usaha syariah (UUS). Lalu penguatan karakteristik perbankan syariah yang dapat lebih menonjolkan inovasi model bisnis yang lebih rasional, serta pendekatan kepada nasabah yang lebih humanis; Pengembangan produk yang unik dan menonjolkan kekhasan bank Syariah, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat untuk meningkatkan competitiveness perbankan syariah. Lalu, peningkatan peran bank syariah sebagai katalisator ekosistem ekonomi syariah agar segala aktivitas ekonomi syariah, termasuk industri halal agar dapat dilayani dengan optimal oleh perbankan syariah; dan Kelima, peningkatan peran bank syariah pada dampak sosial melalui optimalisasi instrumen keuangan sosial Islam untuk meningkatkan social value bank syariah.
-
Apa yang ingin dicapai OJK dari pengembangan perbankan syariah? Bank syariah saat ini sedang kita coba arahkan untuk memberikan alternatif produkproduk perbankan syariah yang bukan merupakan bayangan dari produk-produk yang sudah ada di perbankan konvensional,” kata Dian.
Kecanggihan digitalisasi saat ini juga salah satunya dapat mendorong generasi muda untuk berinvestasi berkelanjutan dan melek akan literasi investasi.
"Salah satu pendorong utama investor muda pasar modal adalah literasi investasi yang masih tinggi dan semakin mudah diakses terutama media sosial," jelasnya.
Mahendra menjelaskan melalui Fintech generasi milenial lebih tertarik untuk bergabung pada investasi yang berkelanjutan karena memiliki dampak positif pada sosial dan lingkungan. Oleh karena itu, berbagai program edukasi keuangan terus dilakukan oleh OJK untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan produk layanan keuangan.
"Berdasarkan studi generasi muda yang berinvestasi justru lebih banyak yang berkelanjutan secara profesional dari keseluruhan portofolio mereka dibandingkan dengan generasi tua," imbuhnya.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga mengatakan masyarakat sangat membutuhkan kemampuan untuk memahami instrumen keuangan yang akan semakin beragam. Dia berharap masyarakat akan mampu untuk memilih instrumen investasi yang makin banyak, tetapi tetap menjaga keamanan dan kredibilitas dari lembaga maupun instrumennya.
"Saya menghargai upaya seperti hari ini, melakukan literasi keuangan indonesia terdepan melalui berbagai kegiatan melalui sinergi Bank Indonesia (BI), OJK, LPS dan Kemenkeu," terangnya.
Baca juga:
LPS Gelar Kompetisi Video Kreatif dengan Hadiah Rp100 Juta, Begini Cara Daftarnya
OJK Ingatkan Masyarakat Hati-Hati Pinjam Uang Online, ini Alasannya
Kolaborasi Bibit.id x Antidot Inginkan Investasi Sebagai Gaya Hidup Anak Muda
Kripto Berpotensi Ganggu Sistem Keuangan Dunia
Bank Indonesia: Kripto Bisa Tingkatkan Inklusi dan Sistem Keuangan
Aset Kripto Dinilai Mampu Tingkatkan Inklusi dan Efisiensi Keuangan