Kini menabung tak menjamin bisa bikin kaya
Tingkat inflasi yang terus meningkat tak sebanding dengan keuntungan dari bunga bank.
Tingkat pemahaman masyarakat Indonesia soal investasi saat ini dinilai masih minim. Mereka lebih suka menabung ketimbang investasi. Padahal, jika hanya mengandalkan tabungan, masyarakat akan merugi.
Founder/CEO Bareksa, Karaniya Dharmasaputra, mengatakan minimnya tingkat pemahaman dan ketertarikan masyarakat soal investasi terlihat dari jumlah persentase kinerja investasi.
"Indonesia ketinggalan dibanding negara lain seperti Thailand, Amerika Serikat dan Malaysia. Jumlah dana kelola reksadana hanya 2,2 persen, investasi reksadana 0,1 persen. Sementara, di Amerika Serikat 8 persen, Malaysia sudah 51 persen, Thailand sudah 20 persen," ujarnya saat acara 'InvestDay 2015' di Graha CIMB Niaga, Jakarta, Kamis (17/9).
Padahal, Karaniya menyebutkan, tingkat inflasi terus meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut diikuti dengan semakin melambungnya biaya hidup seperti dana pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Sementara, menyimpan uang di bank, bunga yang didapat sangat rendah.
"Menabung faktanya sekarang bukan lagi pangkal kaya dengan hanya menabung di bank, uang kita tergerus setiap hari. Deposito bunganya 6,3 persen sementara inflasi 6,8 persen jadi bunga deposito yang diberikan ke kita tidak bisa mengalahkan inflasi artinya kekayaan kita semakin berkurang," jelas dia.
Untuk itu, kata dia, perlu edukasi keuangan yang intensif kepada masyarakat agar sadar investasi. Hal ini untuk membuat masa depan lebih terjamin.
"Kalau kita menabung di bank hanya 2 persen, bunga admintrasi dan PPN 20 persen, ini fakta mengiriskan, masyarakat Indonesia masih suka menabung, sementara ada pilihan lain berinvestasi menawarkan imbal hasil yang bisa mengalahkan inflasi," ungkapnya.