Kisah Atma Wijaya, Ingin Jadi Bos Meski Hanya Punya Uang Rp200.000
Atma cerita mereka hanya mempunyai sisa uang Rp200.000 di kantong.
Akan tetapi, semua itu berubah ketika dia mulai merasa jenuh dengan aktivitasnya selama ini. Dalam benaknya, dia ingin menjadi seorang bos.
Kisah Atma Wijaya, Ingin Jadi Bos Meski Hanya Punya Uang Rp200.000
Kisah Atma Wijaya, Ingin Jadi Bos Meski Hanya Punya Uang Rp200.000
- Bripda Jahidal Tiba-tiba Minta Uang ke Ibu Kantin Rp95 Ribu, Ternyata Ini Alasannya Bikin Sang Komandan Melongo
- Kesaksian Istri Pembunuh Wanita dalam Koper: Kaget Tiba-Tiba Suami Rajin Salat
- Kisah Hidup Adit, Remaja yang Rela Putus Sekolah Demi Cari Uang untuk Bantu Orang Tua
- Pejuang Rupiah, Dagangan Kakek Tukang Talenan Kayu Ini Diborong Mayjen Kunto 'Ayo Makan Dulu'
Atma Wijaya tidak pernah membayangkan mengais cuan dari pinggir jalan. Jika membandingkan karir sebelumnya, tentu amat berbeda. Atma merupakan staf keuangan di perusahaan otomotif.
Akan tetapi, semua itu berubah ketika dia mulai merasa jenuh dengan aktivitasnya selama ini. Dalam benaknya, dia ingin menjadi seorang bos.
Namun perjalanan menjadi seorang 'bos' ternyata tidak mudah. Sang istri yang bekerja di sebuah perusahaan kena PHK. Atma tidak memperhitungkan hal itu. Keuangan mereka pun goyah.
Seperti ditulis liputan6.com, Atma cerita mereka hanya mempunyai sisa uang Rp200.000 di kantong. Saat itu, sang istri sedang hamil, dan mengidam untuk makan ikan bakar.
Dengan tekad kuat untuk mencoba hal baru, Atma memutuskan untuk memasak ikan bakar sendiri, kemudian terbesit di pikirannya untuk mempromosikannya, dan mencari pembeli sehingga mendapatkan penghasilan.
Awalnya, penjualan ikan bakar sukses di antara tetangga, bahkan dia menerima pesanan menu ayam bakar. Dengan bertambahnya permintaan, Atma mulai mencari tempat yang lebih strategis untuk berjualan.
"Pada saat itu, ada 11 pesanan ikan bakar. Jadi, kami memutuskan untuk mencari tempat yang lebih baik untuk berjualan," kata Atma.
Atma kemudian memilih untuk berjualan di Jalan KH Abdul Fatah Hasan, depan Disnakertrans Kabupaten Serang, baru terbentuk pada tahun 2019.
Namun, saat berjualan ikan bakar, Atma merasa khawatir tentang makanannya akan basi jika tidak terjual. Akhirnya, dia mencari ide untuk menjual makanan kering yang bisa disimpan kembali, yaitu seblak.
Melalui perjalanan berjualan ini, Atma menemukan banyak kenalan dan peluang kerja sama. Meskipun banyak tawaran kerja sama, dia memilih untuk menolak, takut akan ada masalah pada masa depan
Atma memiliki dua cabang lain di Pandeglang dan Ciruas yang telah beroperasi selama satu tahun. Nama "Seblak Noyon" berasal dari bahasa daerah Serang yang berarti "lagi, lagi, dan lagi."
"Saya memberi nama Noyon agar pelanggan terus kembali membeli seblak saya, dan untuk memastikan nama itu tetap teringat oleh mereka," jelasnya.
Seblak Noyon memiliki perbedaan dengan seblak lain di Kota Serang, terutama dalam sumber bahan baku yang langsung diambil dari Bandung, tempat asal makanan ini.
Seblak Noyon tetap murni dengan tanpa tambahan sayuran dan tidak mengandung bahan-bahan baru seperti dumpling, seafood, atau bahan kering lainnya, sehingga tetap mempertahankan "kesucian" seblak Bandung.
"Atas keaslian resep seblak Bandung, istri saya yang asli Bandung menjelaskan bahwa seblak tidak seharusnya mengandung sayuran, kami hanya menjual seblak asli," ungkap Atma.
Kuah seblak Noyon sendiri merupakan racikan khusus yang dibuat langsung oleh Atma, memberikan ciri khas kuah seblak yang kental dan meresap.
Atma menjelaskan bahwa pendapatan bersih harian yang bisa diperolehnya sekitar Rp700.000 hingga Rp800.000.
Namun, belakangan ini, pendapatannya mengalami penurunan akibat proyek pembangunan trotoar jalan dan faktor lainnya.
Atma berharap agar bisnis seblaknya terus berkembang dan semakin dikenal oleh masyarakat lebih luas.