Kondisi Ekonomi Membaik, Investor Disarankan Tambah Investasi di Pasar Saham
Valuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami perkembangan dari posisi terendahnya di 13,2 kali di 18 Oktober 2018 menjadi 14,5 kali saat ini. Sepanjang tahun ini diperkirakan indeks akan bisa menguat sampai dengan 9 persen.
Lembaga keuangan Morgan Stanley memberi pandangan "overweight" pada pasar ekuitas Indonesia untuk periode 2019. Di tengah ketidakpastian perekonomian global, kebijakan pemerintah yang proaktif diproyeksi akan mengembalikan minat investor pada pasar saham maupun keuangan domestik tahun depan.
Valuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami perkembangan dari posisi terendahnya di 13,2 kali di 18 Oktober 2018 menjadi 14,5 kali saat ini. Sepanjang tahun ini diperkirakan indeks akan bisa menguat sampai dengan 9 persen.
-
Kapan PT Tera Data Indonusa Tbk melantai di bursa saham? Bahkan pada 2022, saat pandemi berlangsung, perusahaan ini berani mengambil langkah melantai di bursa saham.
-
Kenapa harga saham bisa naik turun? Salah satu yang sering jadi dilema adalah harga saham yang begitu cepat naik turun bagaikan roller coaster. Jadi, sebenarnya apa sih penyebab harga saham bisa naik turun?
-
Apa penyebab naik turunnya harga saham? Prinsip Ekonomi Dasar: Hubungan antara Penawaran dan Permintaan Saat banyak orang mencari suatu barang, stoknya akan terbatas sehingga harganya cenderung akan naik.
-
Bagaimana cara meminimalisir risiko investasi saham? Risiko selalu ada, tapi investor pemula bisa meminimalisir risikonya dengan melakukan riset terlebih dulu.
-
Kenapa Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) diluncurkan? Tujuan bursa karbon sendiri untuk mencipatakan insentif bagi perusahaan dan negara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dengaan menyediakan mekanisme untuk membeli dan menjual izin emisi atau kredit karbon.
-
Siapa yang merencanakan aksi teror di Bursa Efek Singapura? Pendalaman itu dibenarkan Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri Kombes Aswin Siregar bahwa YLK memang hendak merencanakan aksi teror ini pada 2015 silam.
Ada lima alasan indeks acuan global masih tetap optimis dengan pasar saham dalam negeri. Pertama, stimulus pemilu yang akan berlangsung tahun ini dinilai akan meningkatkan konsumsi.
Alasan kedua, koreksi harga minyak yang terjadi sejak September lalu sampai dengan 36 persen. Kondisi ini akan mengurangi tekanan defisit transaksi berjalan Indonesia. Ketiga, harga minyak yang lebih rendah juga akan menurunkan potensi kenaikan harga bahan bakar paska pemilu nanti dan akan berdampak pada konsumsi yang menjadi sumber pendapatan perusahaan.
Faktor selanjutnya, dalam 12 bulan ke depan pertumbuhan pendapatan keempat emiten tersebut diperkirakan akan tumbuh dua digit. Terakhir, pertumbuhan pinjaman di tahun ini yang mulai bergeser dari sektor publik ke sektor swasta. Di lain sisi, diharapkan imbal hasil investasi dan ekspansi yang dilakukan oleh sektor swasta juga akan terlihat paska pemilu.
Kepala Riset PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk (Reli), Lanjar Nafi menyampaikan, seiring dengan riset Morgan Stanley, kondisi dalam negeri memang lebih baik. Belum lagi, kebijakan pemerintah berupaya mengurangi porsi investor asing pada surat utang negara atau obligasi ritel Indonesia, juga positif.
"Upaya ini guna mengurangi ketergantungan terhadap investor asing dan dampak dari penarikan dana asing yang mempengaruhi secara signifikan pada defisit angaran," ujar Lanjar, kepada media, Jumat (11/1).
Kata Lanjar, investor asing dikurangkan pada obligasi dan mereka mulai terlihat masuk pada aset yang lebih risk taker atau beresiko seperti saham. Aksi beli investor asing terus terlihat sejak awal tahun ini.
Di sisi lain, kondisi ekonomi indonesia cukup baik. Seperti inflasi terkendali di angka 3,5 persen. Meskipun suku bunga mengalami trend positif. Pertumbuhan kredit juga masih double digit diatas 10 persen menurut survey untuk tahun 2019. Juga, GDP yang kuat di atas 5 persen.
Kemudian, agresifitas bank indonesia untuk intervensi rupiah dan mengurangi defisit anggaran. Belum lagi cadangan devisa yang terus di tingkatkan hingga terakhir tertinggi sejak 7 bulan terakhir.
"Oleh karena itu fund manager internasional tidak ragu sebut indonesia layak jadi tempat investasi di tahun ini," tegas Lanjar.
Menurutnya, di tahun ini, tren investasi, juga akan positif meski masuk tahun pemilu. Tahun 2019 prospek investasi cukup baik, Dimana jika kita melihat historis 3 tahun pemilu ke belakang. IHSG terus tercatat return yang cukup tinggi. Secara akumulasi tahunan pada pemilu 2004 IHSG mampu naik 32,85 persen, Pemilu 2009 IHSG mengalami kenaikan sebesar 90,17 persen sedangkan pemilu 2014 naik 18,29 persen.
"Jadi, investor tak perlu takut. Kondisi dalam negeri sendiri secara ekonomi cukup positif. Yang perlu dikhawatirkan investor ya lebih ke sentimen global," ucapnya.
Terdapat sejumlah saham yang masih layak dicermati dan layak dikoleksi. Antara lain, saham-saham konstruksi, pertanian dan konsumer yang layak untuk dicermati pada awal tahun ini.
Investor juga dapat melakukan kilas balik 3 tahun ke belakang untuk saham-saham yang memiliki kapitalisasi besar. Mengingat sebentar lagi akan masuk musim dividen. Beberapa saham memiliki pola yang berulang, yakni mulai mengalami kenaikan pada sekitar November akhir tahun sebelumnnya sampai kurang lebih di bulan Februari dan Maret saat pembagian dividen.
"Momentum ini dapat dimanfaatkan oleh investor yang menyukai saham-saham berfundamental kuat untuk mendapatkan kapital gain yang relatif signifikan. Sebut saja saham-saham tersebut antara lain seperti INDF, ASII, SMGR, nampak terjadi pola yang berulang setiap tahunnya."
Baca juga:
Kadin Sebut Jumlah Investor di Pasar Modal Masih Kecil
Saham BEEF dan POLI Kompak Naik Usai Resmi IPO
Pelita Samudera Shipping Anggarkan Belanja Modal Tahun ini Capai Rp 705 M
Rencana BEI Kurangi Jumlah Saham Dalam Satu Lot Terkendala Hal ini
BEI Siap Jalankan Layanan Electronic Book Building
Sentra Food Indonesia Jadi Perusahaan Pertama Melantai di Bursa Saham Pada 2019