Konflik Iran Vs Israel Ternyata Bukan Penyebab Anjloknya Kurs Rupiah hingga Rp16.000
Tanpa ada konflik Iran vs Israel, rupiah sudah mengalami depresiasi 3,22 persen.
Tanpa ada konflik Iran vs Israel, rupiah sudah mengalami depresiasi 3,22 persen.
- Bukan Konflik Iran Vs Israel, Ternyata Ini Biang Kerok Rupiah Anjlok
- Imbas Serangan Iran ke Israel, Rupiah Makin Terpuruk Pasca Libur Panjang Lebaran
- Begini Respons Menko Airlangga Saat Rupiah Jeblok ke Level Rp16.000 per USD Akibat Konflik Iran Vs Israel
- Konflik Iran Vs Israel Picu Ekonomi Indonesia Merosot di Bawah 5 Persen, Begini Penjelasannya
Konflik Iran Vs Israel Ternyata Bukan Penyebab Anjloknya Kurs Rupiah hingga Rp16.000
Ekonom sekaligus akademisi dari Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, menilai konflik Iran-Israel tak punya andil besar terhadap pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat saat ini.
Pasalnya, sosok yang sempat menjadi Dewan Pakar Timnas AMIN ini melihat, aksi saling serang yang terjadi antara Israel dan Iran pada 1 dan 13 April tidak berdampak signifikan terhadap nilai tukar rupiah.
"Impact on currency, ini menarik nih. Saya cenderung menduga krisis Iran-Israel itu dijadikan kambing hitam. Apapun permasalahan kita, salahkan ke krisis Middle East,"
ujar Wijayanto dalam sesi webinar, Senin (22/4).
Ia lantas memperpanjang timeline pergerakan rupiah dalam 5 tahun terakhir, di mana menurutnya ada begitu banyak fenomena yang lebih dahsyat daripada konflik Iran-Israel.
Pada kurun waktu itu, tren pelemahan rupiah disebutnya merupakan sesuatu yang sangat kentara.
"Jadi saya rasa ada atau tidak ada krisis Middle East, rupiah akan terus melemah," imbuh Wijayanto.
Merujuk pada data yang dia bawa, kurs rupiah selama sepekan terakhir telah mengalami depresiasi 0,66 persen.
Kemudian secara satu bulan terakhir, depresiasinya me capai 3,22 persen.
Jika ditarik dalam satu tahun terakhir, kata Wijayanto, rupiah mengalami depresiasi terhadap dolar AS hingga 9,27 persen, terbesar kedua setelah yen Jepang.
"Artinya posisi rupiah itu ada atau tidak ada krisis memang kecenderungannya melemah. Bahkan, kalau kita buka perbandingan nilai tukar rupiah terhadap seluruh mata uang di dunia yang ada 159, maka dalam satu bulan terakhir rupiah melemah terhadap 134 mata uang dunia," tuturnya.
"Ini alarming. Artinya, kalau rupiah melemah itu bukan karena middle east, bukan karena USD yang menguat, memang kita ada masalah di dalam negeri,"
tegas Wijayanto.