Kredit macet kecil dibanding 2008, OJK sebut RI jauh dari krisis
Perbankan Indonesia juga dinilai masih sehat, dilihat dari sisi permodalan dan kredit macet.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan kondisi perekonomian Indonesia saat ini masih jauh dari kata krisis. Perbankan Indonesia juga dinilai masih sehat, dilihat dari sisi permodalan dan kredit macet atau non performing loan (NPL).
Deputi Komisioner Pengawasan Bank III OJK, Irwan Lubis mengakui, perekonomian Indonesia memang sedikit tertekan, namun tidak terlalu berdampak pada sektor perbankan. Kredit macet atau NPL gross per Agustus 2015 tercatat hanya 2,66 persen.
"Memang terjadi perlambatan di sektor kredit, namun kredit masih managable (terjaga). Kredit macet secara net masih sekitar 1 persen," ucap Irwan dalam acara diskusi OJK di Bandung, Jawa Barat (29/10).
Meski masih aman, kredit macet per Agustus 2015 ini naik jika dibanding akhir 2014 silam yang hanya 2,16 persen. Pemicunya adalah perlambatan kredit di sektor konstruksi dan pertambangan. Rendahnya harga komoditas di pasar global menjadi biang kerok melambatnya kredit pertambangan.
"Kredit macet di pertambangan cukup tinggi, karena penyaluran juga berkurang," tambahnya.
Irwan menegaskan, kondisi perbankan saat ini masih jauh lebih sehat jika dibanding 2008 silam. Pada saat itu, kredit macet perbankan mencapai dua kali lipat angka saat ini. Atas dasar ini, Irwan menyebut Indonesia tidak mengalami krisis seperti yang dikatakan banyak pengamat.
"Kalau kita lihat di 2008, itu NPL dua kali dari ini. Jadi kalau dibilang krisis masih jauh."
Tidak hanya itu, jika dilihat dari Banking Condition Index (BCI), kondisi perbankan Indonesia masih masuk dalam kategori normal waspada. Irwan menyebut, pada Juli lalu BCI sempat menyentuh angka 0,67 dan kemudian angka ini kembali naik pada Agustus menjadi 0,71.
"Ini artinya, jika angka index ini 1 itu berarti normal, jika antara 0,5 - 1 itu artinya lampung kuning atau normal waspada. Jika 0 - 0,5 itu siaga dan kalau minus itu krisis," kata Irwan.
Irwan menjelaskan, indikator pembentuk BCI ini terdiri dari rentabilitas, kualitas kredit, tingkat efisien perbankan, sektor keuangan serta moda perbankan itu sendiri. Melihat angka index ini, dia memastikan perbankan Indonesia masih aman.
"Sebelum ada tekanan ekonomi, BCI di Februari dan Maret lalu 0,98 dan turun paling tajam itu di Juli 0,67," tutupnya.
Baca juga:
Ketika Yusril bicara ekonomi dan kritik keras kebijakan Jokowi
Yusril kritik habis-habisan kebijakan ekonomi Jokowi
Jokowi: Ekonomi RI tak krisis, senangnya menjelekkan diri sendiri
Perkecil produk, siasat industri tahu-tempe hadapi pelemahan ekonomi
Ekonomi melambat, pendapatan pekerja elit Indonesia tetap melesat
Jokowi soal ekonomi lesu: Kita harus optimis, jangan cuma berita PHK
Krisis ekonomi parah, Presiden Brasil potong gaji & kurangi menteri
-
Apa yang dikatakan OJK mengenai sektor jasa keuangan Indonesia saat ini? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dan resilien dengan indikator prudensial. seperti permodalan maupun likuiditas yang memadai serta profil risiko yang terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.
-
Bagaimana OJK mendorong pengembangan perbankan syariah? Berbagai kebijakan dikeluarkan OJK untuk mendorong pengembangan perbankan syariah bersama stakeholders terkait beberapa inisiatif seperti: Mulai dari perbaikan struktur industri perbankan syariah yang dilakukan melalui konsolidasi maupun spin-off unit usaha syariah (UUS). Lalu penguatan karakteristik perbankan syariah yang dapat lebih menonjolkan inovasi model bisnis yang lebih rasional, serta pendekatan kepada nasabah yang lebih humanis; Pengembangan produk yang unik dan menonjolkan kekhasan bank Syariah, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat untuk meningkatkan competitiveness perbankan syariah. Lalu, peningkatan peran bank syariah sebagai katalisator ekosistem ekonomi syariah agar segala aktivitas ekonomi syariah, termasuk industri halal agar dapat dilayani dengan optimal oleh perbankan syariah; dan Kelima, peningkatan peran bank syariah pada dampak sosial melalui optimalisasi instrumen keuangan sosial Islam untuk meningkatkan social value bank syariah.
-
Apa kondisi sektor jasa keuangan nasional menurut OJK? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 25 Oktober 2023 menilai sektor jasa keuangan nasional terjaga stabil didukung permodalan yang kuat, kondisi likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terjaga sehingga meningkatkan optimisme bahwa sektor jasa keuangan mampu memitigasi risiko meningkatnya ketidakpastian global baik dari higher for longer suku bunga global maupun peningkatan tensi geopolitik.
-
Kenapa OJK mengimbau masyarakat waspada terhadap penipuan keuangan? Masyarakat Indonesia diimbau agar selalu waspada terhadap modus penipuan layanan di sektor jasa keuangan. Pasalnya sudah terjadi penipuan yang merugikan banyak korban.
-
Apa yang ingin dicapai OJK dari pengembangan perbankan syariah? Bank syariah saat ini sedang kita coba arahkan untuk memberikan alternatif produkproduk perbankan syariah yang bukan merupakan bayangan dari produk-produk yang sudah ada di perbankan konvensional,” kata Dian.
-
Bagaimana OJK mendorong penguatan governansi di sektor jasa keuangan? OJK telah meminta agar Industri Jasa Keuangan terus memperkuat governansi antara lain dengan penerapan manajemen risiko dan manajemen anti-fraud serta penyuapan.