Kuartal I-2019, Reli Prediksi IHSG Bakal Berada di 6.250-6.378
Reliance Sekuritas Indonesia (Reli) memprediksi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada kuartal pertama 2019 berada direntang 6.250 dan 6.378. Kepala Riset Reli, Lanjar Nafi menjelaskan, prediksi itu didasari aspek historis, IHSG semakin solid dan tak terpengaruh kampanye politik pemilu maupun pilpres.
Reliance Sekuritas Indonesia (Reli) memprediksi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada kuartal pertama 2019 berada direntang 6.250 dan 6.378. Kepala Riset Reli, Lanjar Nafi menjelaskan, prediksi itu didasari aspek historis, IHSG semakin solid dan tak terpengaruh kampanye politik pemilu maupun pilpres.
Lanjar menjelaskan, tahun depan prospek investasi cukup baik. Di mana jika melihat historis 3 tahun pemilu kebelakang, IHSG terus mencatat return yang cukup tinggi. Secara akumulasi tahunan pada pemilu 2004 IHSG mampu naik 32,85 persen.
-
Kapan PT Tera Data Indonusa Tbk melantai di bursa saham? Bahkan pada 2022, saat pandemi berlangsung, perusahaan ini berani mengambil langkah melantai di bursa saham.
-
Bagaimana Indah Permatasari berbelanja di pasar? Indah bangun pagi untuk pergi berbelanja di pasar tradisional yang ditujunya.
-
Kenapa harga saham bisa naik turun? Salah satu yang sering jadi dilema adalah harga saham yang begitu cepat naik turun bagaikan roller coaster. Jadi, sebenarnya apa sih penyebab harga saham bisa naik turun?
-
Apa penyebab naik turunnya harga saham? Prinsip Ekonomi Dasar: Hubungan antara Penawaran dan Permintaan Saat banyak orang mencari suatu barang, stoknya akan terbatas sehingga harganya cenderung akan naik.
-
Siapa yang merencanakan aksi teror di Bursa Efek Singapura? Pendalaman itu dibenarkan Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri Kombes Aswin Siregar bahwa YLK memang hendak merencanakan aksi teror ini pada 2015 silam.
-
Apa yang Indah Permatasari beli di pasar? Selain membeli ikan dan ayam, ia juga membeli berbagai jenis sayuran dan bahan makanan lainnya.
"Pemilu 2009 IHSG diprediksi mengalami kenaikan, sedangkan pemilu 2014 naik 18,29 persen," beber Lanjar dikutip merdeka.com, Kamis (27/12) .
Secara sektoral, saham yang mengalami rata-rata return terbesar lebih dari 50 persen selama 3 pemilu terakhir dari 2004, 2009 dan 2014 adalah sektor Aneka Industri, Pertambangan, Keuangan Perbankan, Pertanian dan Properti.
"Adapun IHSG di kuartal satu, bisa menguji 6.250 6.378. Secara teknikal menguji resistance tersebut jika IHSG masih kuat diatas 6.100," kata Lanjar.
Dengan angka optimisik itu, Lanjar menilai, investasi di bursa masih prospektif. Apalagi ekonomi dalam negeri terus tumbuh. Belum lagi ditambah beberapa kebijakan pemerintah di tahun ini yang mungkin akan terasa pada tahun depan. Meskipun, kata Lanjar, secara sentimen global cukup memanas pada tensi perdagangan AS-China akan sedikit menghambat prospek IHSG di tahun depan.
Lanjar menjelaskan, jika tahun ini IHSG mampu ditutup di 6.200, maka valuasi Reli tahun depan akan berada di kisaran 7.100 dengan asumsi BI 7days Repo Rate akan naik maksimal 3x dilevel 6,75 persen dan Inflasi berada di level mendekati 4 perse serta GDP yang masih optimis 5,2 persen dan Rupiah yang terjaga dibawah level Rp 16.000 per USD.
“Momen politik tidak akan terpengaruh luar biasa. Pengaruh secara signifikan tidak, karena politik global antara AS dan China lebih panas. Mampu menarik investor asing dari emerging market,” tegasnya.
Dia menyarankan, saham yang layak dilirik di awal tahun 2019 adalah saham-saham Produsen CPO, dari hasil hitungan Reli, cukup berpeluang seperti AALI dan LSIP hingga produsen pertanian lain seperti TBLA. Perbankan pun layak untuk dicermati dengan BMRI, BBCA, BBRI dan BBNI serta property seperti WSKT dan PWON. Pertambangan batubara dan Emas seperti PTBA, ITMG, ADRO dan ANTM dan sektor aneka Industri seperti ASII.
"Selebihnya mulai dicermati saham-saham konstruksi BUMN seperti ADHI, PTPP, WIKA, WTON dan Infrastruktur JSMR," ujar Lanjar.
Sementara itu, Direktur Reli, Sriwidjaja Rauf menambahkan, selalu cermati harga saham. Karena bagi para risk taker, ketika indeks turun tajam, justru momen tepat untuk kembali mengoleksi saham-saham pilihan, blue chips yang mengalami koreksi dalam.
"Pasar boleh saja terkoreksi dalam, namun bagi mereka yang memiliki prinsip investasi jangka panjang, selalu meraih cuan karena koreksi selalu diikuti dengan kenaikan dalam rentang jangka panjang. Keuntungan investasi jangka panjang ditemukan dalam hubungan antara volatilitas dan waktu. Jangan lupa, investasi jangka panjang juga bisa menghemat biaya lainnya, seperti biaya transaksi dari perdagangan aktif."
Baca juga:
Menengok Prospek Saham Berbasis Komoditas di Akhir Tahun 2018
Perdagangan IHSG Hari Ini Ditutup Parkir di Zona Hijau
Kinerja IHSG dinilai bakal tetap ciamik di tahun politik
Bos BEI optimistis IHSG tetap stabil di tengah ketidakpastian global
BEI: Indeks tertekan dengan adanya pelemahan Rupiah