Kurs Dolar tembus Rp 14.000, BI sebut pelemahan hanya sementara
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara, mengatakan gejolak yang terjadi pada Rupiah merupakan dampak dari kenaikan suku bunga di Amerika Serikat. Ini membuat perubahan pada pergerakan modal global. Namun, volatilitas nilai tukar dinilai hanya bersifat sementara saja.
Kurs Dolar Amerika Serikat (USD) tengah menguat hingga menembus Rp 14.000 per USD. Pelemahan ini dinilai yang terendah sejak Desember 2015.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara, mengatakan gejolak yang terjadi pada Rupiah merupakan dampak dari kenaikan suku bunga di Amerika Serikat. Ini membuat perubahan pada pergerakan modal global.
-
Apa yang dimaksud dengan nilai tukar Dolar Singapura dan Rupiah? Nilai tukar antara Dolar Singapura dan Rupiah mencerminkan perbandingan nilai antara mata uang Singapura (SGD) dan mata uang Indonesia (IDR).
-
Kapan Pejuang Rupiah harus bersiap? "Jangan khawatir tentang menjadi sukses tetapi bekerjalah untuk menjadi signifikan dan kesuksesan akan mengikuti secara alami." – Oprah Winfrey
-
Apa yang membuat Pejuang Rupiah istimewa? "Makin keras kamu bekerja untuk sesuatu, makin besar perasaanmu ketika kamu mencapainya."
-
Apa itu Rupiah Digital? Rupiah Digital merupakan uang Rupiah yang memiliki format digital.
-
Siapa saja yang bisa menjadi Pejuang Rupiah? "Orang-orang sukses tidak berbakat; mereka hanya bekerja keras, kemudian berhasil dengan sengaja."
-
Kenapa Pejuang Rupiah harus bekerja keras? "Tidak ada di dunia ini yang diberikan kepadamu. Kamu harus keluar dan mendapatkannya! Tidak ada yang mengatakan itu akan mudah, tetapi kerja keras selalu terbayar."
"Tapi kalau menurut BI perubahan pergerakan modal di dunia ini volatilitas tidak seperti 2013 yang saat itu keras sekali. Karena itu pertama kalinya AS menyatakan suku bunga akan naik. Lalu di 2015 volatilitas cukup tinggi," ujar dia di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (8/5).
Namun, volatilitas nilai tukar dinilai hanya bersifat sementara saja. "Filipina, India juga ada volatilitas. Turki, Brazil. Bahkan negara negara maju seperti Swedia, Norwegia, Australia juga melemah kursnya," kata dia.
Mirza mengakui, bagi negara-negara yang nilai neraca perdagangan defisit, nilai tukarnya akan cenderung melemah. Namun hal tersebut bukan suatu hal yang perlu menjadi kekhawatiran, sebab defisit yang dialami Indonesia masih dalam level yang aman.
"Tahun lalu 1,7 persen terhadap PDB. Tahun ini jadi 2,2 persen-2,3 persen PDB itu masih sangat prudent. Dan itu disebabkan oleh kenaikan impor. Dan kenaikan impor itu mengirimkan kesan positif karena kenaikan impor itu akibat kenaikan impor barang modal, barang mentah, setengah jadi, dan itu dibutuhkan untuk produksi," ungkap dia.
Selain itu, dengan pertumbuhan ekonomi dan investasi yang cenderung baik, maka pelemahan Rupiah ini tidak akan terlalu berdampak pada perekonomian.
"Dan kemarin di data PDB kan tunjukkan bahwa sektor investasi itu pertumbuhan kan tinggi. Di atas 7 persen dan itu tunjukkan bahwa kenaikan impor itu memang untuk produksi yang kelihatan di sektor investasi dan kontruksi yang meningkat. Jadi itu nanti akan jadi modal pertumbuhan ekonomi ke depan," tandas dia.
Sebelumnya, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Suahasil Nazara angkat suara terkait penguatan kurs Dolar yang menyentuh level Rp 14.000-an per USD. Menurutnya, kejadian ini bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan.
Reporter: Septian Deny
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Rupiah melemah Rp 13.820 per USD
Nilai tukar USD menguat buat harga minyak dunia anjlok
Harga minyak dunia naik didorong pelemahan USD
Harga minyak dunia anjlok dipicu perkasanya nilai tukar USD
2017, nilai tukar Rupiah diprediksi capai Rp 14.000 per USD
Analis sebut kurs dolar merosot akibat pidato Trump tak detail
Indef sebut Dolar AS akan tetap jadi mata uang perdagangan global