Kurs Rupiah Ditutup Melemah ke Level Rp14.293 per USD, Ini Faktor Penyebabnya
Imbal hasil obligasi Pemerintah AS naik dalam beberapa hari terakhir di tengah prospek pengetatan kebijakan lebih awal oleh The Fed.
Nilai tukar atau kurs Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore ditutup melemah seiring kenaikan imbal hasil atau yield obligasi pemerintah Amerika Serikat.
Rupiah ditutup melemah 20 poin atau 0,14 persen ke posisi Rp14.293 per USD dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.273 per USD.
-
Apa yang dimaksud dengan nilai tukar Dolar Singapura dan Rupiah? Nilai tukar antara Dolar Singapura dan Rupiah mencerminkan perbandingan nilai antara mata uang Singapura (SGD) dan mata uang Indonesia (IDR).
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Kapan Indonesia mendevaluasi nilai tukar rupiah untuk pertama kalinya? Pada 7 Maret 1946, pemerintah mendevaluasi nilai tukar rupiah sebesar 29,12 persen, dari Rp1,88 per USD1 menjadi Rp2,65 per USD1.
-
Apa yang dijelaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengenai redenominasi rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
-
Bagaimana nilai IDR ditentukan? Perubahan nilai IDR dapat dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan politik, seperti inflasi, tingkat pertumbuhan ekonomi, stabilitas politik, dan faktor-faktor global seperti kondisi pasar internasional.
"Penguatan dolar AS dan kenaikan tingkat imbal hasil obligasi tenor 10 tahun pemerintah AS kemarin, membuat dolar AS relatif menguat terhadap sejumlah mata uang dunia termasuk Rupiah. Kenaikan dolar AS ini sedikit banyak menunjukkan indikasi adanya harapan pasar atas tapering AS dilakukan dalam waktu dekat," kata analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX), Nikolas Prasetia saat dihubungi di Jakarta, Rabu (29/9).
Imbal hasil obligasi Pemerintah AS naik dalam beberapa hari terakhir di tengah prospek pengetatan kebijakan lebih awal oleh The Fed.
The Fed mengisyaratkan pekan lalu bahwa mereka akan mulai mencabut stimulus besar era pandemi pada November 2021. "Dorongan terhadap imbal hasil obligasi AS terus bertindak sebagai pendorong untuk dolar AS. Sentimen risk off di pasar semakin mendorong status safe-haven greenback," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya.
Selain itu, kekhawatiran terhadap krisis utang raksasa pengembang properti China Evergrande Group yang belum terpecahkan, bersama dengan krisis energi yang semakin intensif di Eropa dan China, berdampak pada sentimen risiko.
Dari dalam negeri, jumlah kasus harian Covid-19 pada Selasa (28/9) bertambah 2.057 kasus sehingga total jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 mencapai 4,21 juta kasus.
Sedangkan jumlah kasus meninggal akibat terpapar Covid-19 mencapai 124 kasus sehingga totalnya mencapai 141.709 kasus.
Selanjutnya
Sementara itu, jumlah kasus sembuh bertambah sebanyak 3.551 kasus sehingga total pasien sembuh mencapai 4,03 juta kasus. Dengan demikian, total kasus aktif COVID-19 mencapai 38.652 kasus.
Untuk vaksinasi, jumlah masyarakat yang sudah disuntik vaksin dosis pertama mencapai 88,53 juta orang dan vaksin dosis kedua 49,66 juta orang dari target 208 juta orang yang divaksin.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp14.295 per USD. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.293 per USD hingga Rp14.323 per USD.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu melemah ke posisi Rp14.307 per USD dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp14.269 per USD.
(mdk/idr)