Langkah awal pemerintah sederhanakan Rupiah
Pemerintah pede memulai sosialisasi penyederhanaan Rupiah meski belum ada kepastian dasar hukum disetujui.
Semangat pemerintah dan Bank Indonesia untuk menyederhanakan mata uang Rupiah semakin menggebu. Kemarin, Rabu (23/1), Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia melakukan kick off konsultasi publik yang menjadi langkah awal sosialisasi redenominasi Rupiah.
Langkah pemerintah dan dan BI ini dilakukan saat pemerintah belum menyelesaikan pembahasan Undang Undang tentang Redenominasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Namun, kedua institusi tersebut tetap konsisten terhadap targetnya, yaitu sosialisasi dari yang dimulai dari bulan Januari hingga Mei nanti. Tahun ini juga, pemerintah dan BI menargetkan pembahasan UU Redenominasi kelar tahun ini.
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Mengapa Redenominasi Rupiah sangat penting untuk Indonesia? Rupiah (IDR) termasuk dalam golongan mata uang dengan daya beli terendah. Hal ini semakin menunjukan urgensi pelaksanaan redenominasi rupiah di Indonesia.
-
Kapan redenominasi rupiah akan diimplementasikan? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
-
Apa manfaat utama dari Redenominasi Rupiah untuk mata uang Indonesia? Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menyatakan manfaat utama dari redenominasi rupiah adalah untuk mempertahankan harkat dan martabat rupiah di antara mata uang negara lain.
-
Siapa yang memimpin rencana redenominasi rupiah di Indonesia? Rencana penyederhanaan mata uang telah digulirkan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia (BI) melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 77/PMK.01/2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2020-2024.
-
Kapan redenominasi rupiah pertama kali direncanakan di Indonesia? Di Indonesia, redenominasi telah dicanangkan sejak tahun 2010.
Setelah itu, masa transisi redenominasi pun dimulai. Bank Indonesia mengaku telah menyiapkan Rp 200 miliar untuk masa transisi selama enam tahun. Dalam masa transisi ini, dua jenis uang Rupiah beredar di pasaran. Hal ini ditujukan untuk memudahkan masyarakat mengenal mata uang baru.
Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution, menambahkan dalam enam tahun nanti akan dilakukan tiga tahap utama yakni persiapan, transisi dan phasing out. Dalam tahap persiapan kegiatan utamanya ialah penyusunan RUU Redenominasi, rencana pencetakan uang dan distribusi, penyesuaian infrastruktur dan teknologi informasi sistim pembayaran.
"Serta akuntansi serta komunikasi kepada seluruh masyarakat," ucapnya.
Pada tahap transisi akan diberlakukan dua mata uang yakni rupiah lama dan baru. Dan pada tahap phasing out ialah melakukan pengembalian mata uang rupiah dengan kata 'baru' menjadi rupiah.
Di sisi lain, Darmin juga mengungkapkan sisi negatif dari redenominasi yang meniru sistem penyederhanaan mata uang di Turki satu dekade lalu ini. Dia mengatakan, efek dari redenominasi ini adalah naiknya harga barang karena pembulatan ke atas.
Menurut Darmin, saat ini dinilai sebagai waktu yang tepat untuk melakukan implementasi redenominasi karena perekonomian diprediksi tetap stabil dalam beberapa tahun ke depan. "Dalam 3 tahun terakhir perekonomian mampu tumbuh di atas 6 persen, nilai tukar stabil dan inflasi semakin terkendali dengan tren menurun," tuturnya.
Pemerintah, untuk mendukung program ini, selalu menekankan bahwa redenominasi akan membawa derajat mata uang Indonesia tinggi di mata dunia. Pasalnya, di seluruh ASEAN, nominal Rupiah masih terbesar kedua setelah Vietnam. Jika Indonesia mempunyai pecahan Rp 100.000, maka Vietnam mempunyai pecahan paling besar 500.000 Dong.
(mdk/rin)