Luhut Singgung Kualitas Udara di IKN Lebih Baik Dibanding Singapura
Untuk memperbaiki kualitas udara di kota-kota besar seperti Jakarta, pemerintah berencana untuk menutup Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menyebut kualitas udara di Ibu Kota Nusantara (IKN) lebih baik dibandingkan Singapura. Dia mengatakan, indeks kualitas udara di IKN hanya mencatatkan angka 6.
"IKN itu hanya 6 indeksnya, jadi, Singapura saja 24 apa 30 jadi IKN itu jauh lebih bagus," kata Luhut di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (14/8).
- Menyikapi Masalah Kualitas Udara Buruk di Jakarta, Luhut Mengusulkan Peningkatan Penggunaan Kendaraan Listrik
- Mendukung Strategi Pemerintah Kurangi Polusi Jakarta dan Mempercepat Transisi ke Energi Terbarukan
- 22 Tanaman Kecil yang Bisa Bersihkan Udara dan Buat Ruangan Jadi Lebih Sejuk
- Cegah Polusi Udara, Heru Gelontorkan Rp7 Miliar untuk Motor Listrik Dishub DKI
Sementara untuk memperbaiki kualitas udara di kota-kota besar seperti Jakarta, Luhut mengungkapkan pemerintah bakal menutup Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya, di Cilegon, Banten.
"Ya PLTU mau kita rapatin nanti yang Suralaya itu kan sudah banyak polusinya ya. Dan sudah lebih 40 tahun ya, jadi kita pengen exercise kita ingin kaji kalau bisa kita tutup supaya mengurangi polusi Jakarta," ungkapnya.
Dalam forum pengusaha sektor minyak dan gas bumi (migas), dia mengatakan indeks kualitas udara di Jakarta bisa turun sekitar 50-60 poin. Saat ini, indeks kualitas udara Jakarta masih berkisar 170-200. Angka itu mengindikasikan buruknya kualitas udara untuk kesehatan masyarakat.
"Kita Jakarta ini kalau bisa kalau kita tutup tadi (PLTU) Suralaya kita berharap akan bisa turun mungkin di bawah 100 indeksnya ini," ucapnya.
Puluhan Triliun Buat Berobat
Kualitas udara yang bersih diyakini berdampak untuk menekan kebiasaan masyarakat berobat ke luar negeri. Luhut mengungkap besaran biaya yang dikeluarkan pemerintah dan masyarakat untuk menangani masalah kesehatan. Utamanya sebagai imbas dari kulalitas udara yang buruk di Jakarta.
"Karena pemerintah itu mengeluarkan Rp 38 triliun untuk biaya berobat ada yang melalui BPJS, ada yang melalui pengeluaran sendiri utk kesehatan, karena akibat udara yang sampe 170-200 indeks ini," kata dia.
Dia mengaku enggan hal ini terus menjadi persoalan kedepannya. Maka, diperlukan upaya menyeluruh dalam memperbaiki kualitas udara.
"Itu banyak yang sakit ISPA, kalian pun kena, saya pun kena semua. Jadi ini beban kita ramai-ramai, jadi kalau ada yang keberatan ya kamu rasain aja terus-terusan, kita ndak mau kena," pungkasnya.