Menengok Keuntungan Bisnis Hewan Kurban
Untuk bisa berjualan hewan kurban, Toto harus merogoh kocek senilai Rp 1 miliar sebagai modal. Jumlah tersebut bukan jumlah yang sedikit. Dia pun harus mengatur strategi agar tak mengalami defisit.
Momentum hari raya Idul Adha dapat dijadikan sebagai peluang bagi seseorang yang ingin berkecimpung di dunia bisnis. Peluang usaha ini juga bisa dilakukan bagi orang yang sekadar ingin mencoba-coba untuk membuka usaha dadakan. Namun, usaha hewan kurban ini tidak bisa disepelekan. Banyak hal yang harus diperhatikan agar tidak mengalami kerugian.
Mengambil kisah dari salah satu penjual hewan kurban, Toto yang sudah tujuh tahun lamanya berjualan, mengatakan bahwa penjualan dari tahun ke tahun selalu stabil. Tidak pernah mengalami penurunan.
-
Bagaimana cara petugas memastikan kesehatan hewan kurban yang masuk Jakarta? Dalam rangka pengendalian Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) Dinas KPKP melaksanakan pemeriksaan kesehatan dan kelayakan hewan kurban mencakup kondisi fisik serta kecukupan umur di Tempat Penampungan Hewan Kurban (TPnHK) 5 wilayah Kota Administrasi DKI Jakarta
-
Bagaimana cara petugas memastikan hewan kurban di Kota Yogyakarta sehat? Pengawasan dan pemeriksaan hewan kurban juga dilakukan di tingkat peternak dan pasar-pasar tiban.
-
Siapa yang mengajarkan tentang hewan kurban? Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, lantas apa yang akan kami dapatkan dengannya?” beliau menjawab: “Setiap rambut terdapat kebaikan.” Mereka berkata, “Bagaimana dengan bulu-bulunya wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Dari setiap rambut pada bulu-bulunya terdapat suatu kebaikan.”
-
Bagaimana cara menyembelih hewan kurban? Saat pelaksanaan kurban, sesuai dengan anjuran Rasulullah, penyembelihan hewan harus dilakukan dengan alat pemotong yang tajam, tidak tumpul sehingga tidak menganiaya hewan.
-
Siapa yang memeriksa kesehatan hewan kurban di Jakarta? Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) Jakarta melakukan pemeriksaan terhadap hewan kurban yang masuk ibu kota jelang Hari Raya Iduladha.
-
Dari mana asal hewan kurban yang diperiksa di Jakarta? Hewan kurban tersebut berasal dari Lampung, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DIY, Bali, dan Nusa Tenggara Barat
Untuk bisa berjualan hewan kurban, dia harus merogoh kocek senilai Rp 1 miliar sebagai modal. Jumlah tersebut bukan jumlah yang sedikit. Dia pun harus mengatur strategi agar tak mengalami defisit.
Dalam bisnis ini, dia harus membayar sewa tempat berjualan. Selain itu, hewan kurban ini didatangkan dari Cirebon. Ongkos yang harus dikeluarkan pun cukup memakan biaya. Belum lagi, biaya pemeliharaan hewan kurban sebelum dijual. Tak hanya sampai di situ saja, dia masih harus membayar gaji karyawannya.
"Kita di sini ada 90 ekor sapi. Untung yang kita ambil itu 10 persen setiap sapi yang terjual. Kita engga ambil untung banyak," ujar penjual hewan kurban, Toto, di Cipinang, Jakarta, Jumat (9/8).
Harga sapi yang dijual pun beragam. Toto mematok harga mulai dari Rp 17,5 juta untuk sapi yang berbobot 250 kilogram sampai dengan Rp 35 juta dengan bobot 650 kilogram.
Lain lagi dengan penjual hewan kurban, Eko Prasetyo. Pria berusia 22 tahun ini sudah berjualan sejak 2012. Dia mengatakan bahwa ini pekerjaan sambilan yang dilakukan. Sebab, dia berjualan berdua dengan pamannya.
Eko harus mengeluarkan modal sebesar Rp 700 juta. Dia memasok hewan kurban dari Jepara. Menurutnya, untuk mengambil untung setiap hewan kurban itu harus menghitung kalkulasi dari risiko kematian hewan.
"Untuk menghitung kalkulasi untungnya itu begini. Jadi hewan ini kan rentan kematiannya karena jaraknya jauh. Dari Jepara ke Jakarta. Kalo kita ambil untungnya tipis dan misalnya ada satu atau dua ekor yang mati, kita perlu menutupi biaya tersebut. Kalau tidak, kita rugi," ujar Eko Prasetyo, di Cipinang, Jakarta, Jumat (9/8).
Untuk keuntungan satu ekor kambing, pihaknya mengambil sebesar Rp 500 ribu per ekor. Untuk sapi, dia mengambil untung sebesar Rp 5 juta per ekor.
Dia juga membeberkan penyebab harga hewan kurban itu mahal. Pertama, ada biaya pemeliharaan, sewa kandang, sewa lahan, gaji karyawan, serta makanan untuk para hewan. Untuk pemeliharaan hewan ini, dia juga membutuhkan jerami dan bekatul.
"Jerami untuk 10 hari itu Rp 2,5 juta dan bekatul itu 100 kilogram. Harga per 50 kilogram itu sekitar Rp 350 ribu. Untuk gaji karyawan itu sekitar Rp 120 ribu per hari,” ucapnya.
Harga hewan kurban yang ditawarkan Eko pun berbeda-beda. Semua juga berdasarkan dari bobot hewan tersebut. Harga kambing mulai dijual dari harga Rp 2,5 juta dengan bobot 30 kilogram sampai dengan harga Rp 5,5 juta dengan kategori super atau bobot di atas 50 kilogram.
Untuk harga sapi, dia menjual dari harga Rp 19 juta dengan bobot 270 kilogram sampai dengan harga Rp 30 juta dengan bobot 500 kilogram.
Reporter Magang: Rhandana Kamilia
Baca juga:
Yusuf Mansur Ajak Masyarakat Satukan Potensi Ekonomi Melalui Kurban
Jokowi Serahkan Sapi Ongole Seberat 1 Ton ke Kebun Raya Bogor
Pasokan Hewan Kurban di Pasar Minggu Kebanyakan dari Boyolali
Penampakan Sapi Kurban Raffi Ahmad Seberat 1,2 Ton
Aktivitas Penjualan Hewan Kurban Jelang Idul Adha
Penyelamatan Dramatis Sapi Tercebur Sungai di Semarang
Inilah Lokasi Sasaran Distribusi Masakan Hewan Kurban Buatan Koki Hotel Bintang 5 DKI