Menkeu sebut penarikan utang RI lebih kecil dibanding negara lain
"Kami melihat itu defisit yang masih masuk akal," ujar Menteri Bambang.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan defisit Indonesia yang dipatok dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016 sebesar 2,1 persen masih tergolong kecil. Menurutnya, defisit negara-negara lain di dunia justru lebih tinggi dari Indonesia.
"Kami melihat itu defisit yang masih masuk akal, masih relatif rendah dibandingkan defisit APBN negara-negara lain," ujarnya saat ditemui di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Jakarta, Jumat (14/8).
Pemerintah berjanji dalam menarik utang guna menutup defisit nanti, tidak akan mematok bunga terlalu tinggi dan bebas dari segala kepentingan asing. "Kita upayakan dengan biaya yang lebih rendah dan juga pinjaman yang tidak mengikat," tuturnya.
Sebelumnya, pemerintahan Jokowi-JK masih mengandalkan pembiayaan dari pinjaman alias utang untuk menutup defisit anggaran tahun depan. Hal itu disampaikan Presiden Joko Widodo saat menyampaikan draf Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) serta nota keuangan 2016 di depan DPR dan DPD RI, di gedung parlemen, Jakarta, Jumat (14/8).
Presiden Jokowi mengakui masih akan memanfaatkan pinjaman atau utang baik dari dalam maupun luar negeri.
"Mengarahkan pemanfaatan utang untuk kegiatan produktif memberdayakan swasta dan pemerintah daerah pembangunan nasional," ujar Presiden Jokowi.
Dalam postur draf RAPBN 2016, total pendapatan negara tahun depan ditargetkan Rp 1.848 triliun. Terdiri dari pendapatan dari sektor perpajakan Rp 1.565,8 triliun, pendapatan dari non perpajakan Rp 280,3 triliun dan penerimaan hibah sebesar Rp 2 triliun.
Sementara belanja negara mencapai Rp 2.121,3 triliun. Terdiri dari belanja pemerintah pusat sebesar Rp 1.3391,1 triliun dan transfer daerah serta dana desa sebesar Rp 782,2 triliun.
"Konsekuensi pembangunan infrastruktur dan ekspansif, maka fiskal mengalami defisit anggaran," ucapnya.
Dengan komposisi tersebut, RAPBN 2016 mencatat defisit anggaran Rp 273,2 triliun atau 2,1 terhadap PDB. Pemerintah mengandalkan utang untuk pembiayaan defisit anggaran. Besarannya, utang dari dalam negeri Rp 272 triliun dan luar negeri Rp 1,2 triliun.