Menperin Airlangga Pacu Industri Kimia jadi Penggerak Ekonomi Nasional
Selama ini, industri kimia sebagai salah satu sektor yang mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap penerimaan devisa. Jika dilihat dari nilai ekspornya, sepanjang periode Januari-Agustus 2019, kelompok industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia ini telah menyumbang hampir USD 9 miliar.
Pemerintah terus mendorong tumbuhnya industri kimia di dalam negeri agar menjadi sektor penggerak perekonomian nasional. Sebab, industri kimia berperan penting dalam memasok kebutuhan bahan baku bagi sektor manufakturnya lainnya seperti industri plastik dan industri tekstil.
"Sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0, industri kimia adalah satu dari lima sektor manufaktur yang sedang mendapatkan prioritas pengembangan agar siap mengimplementasikan industri 4.0," kata Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto seperti dikutip dari laman resminya, Minggu (29/9).
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Mengapa kemacetan di Jakarta meningkat? Syafrin juga menuturkan peringkat kemacetan DKI Jakarta mengalami kenaikan. Sebelumnya peringkat 46, kini menjadi peringkat 29.
-
Di mana kemacetan parah di Jakarta sering terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Siapa yang memulai usaha peternakan di Jakarta Selatan? Hidup di perkotaan padat seperti Jakarta, hampir mustahil rasanya merintis usaha peternakan. Namun, hal yang tidak mungkin itu justru bisa dimentahkan oleh Abdul Latif.Dilansir dari akun youtube Naik Kelas, pria Betawi ini memilih usaha penggemukan atau peternakan sapi di Jalan Palem 2, Petukangan Utara, Jakarta Selatan.
-
Bagaimana upaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengurangi kemacetan di Jakarta? Pemerintah Provinsi DKI Jakarta masih mengkaji rencana perubahan jam kerja di DKI Jakarta yakni masuk pada jam 08.00 WIB dan 10.00 WIB dengan harapan dapat mengurangi kemacetan hingga 50 persen.
-
Siapa yang mengunjungi Indah Permatasari di Jakarta? Mertua Indah Permatasari beberapa waktu lalu datang ke Jakarta mengunjungi anak, menantu dan cucu mereka.
Selama ini, industri kimia sebagai salah satu sektor yang mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap penerimaan devisa. Jika dilihat dari nilai ekspornya, sepanjang periode Januari-Agustus 2019, kelompok industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia ini telah menyumbang hampir USD 9 miliar.
Melihat kondisi tersebut, industri kimia kerap kali menjadi tolok ukur tingkat kemajuan bagi suatu negara, selain industri baja. "Tak heran jika keberadaan industri kimia sering menjadi backbone dari sebagian besar sektor industri di dunia," imbuhnya.
Berdasarkan karakteristiknya, industri kimia dikategorikan sebagai jenis sektor yang padat modal, padat teknologi, dan lahap energi, sehingga perlu langkah pengembangan yang berkesinambungan di antara para stakeholder. Sehingga sektor ini membutuhkan banyak asupan energi, sehingga besar kecil tarifnya sangat berpengaruh terhadap daya saing hingga di sektor hilirnya.
Saat ini, produk-produk petrokimia sebagian sudah mampu diproduksi di dalam negeri, seiring dengan peningkatan investasi. "Beberapa tahun terakhir, pemerintah fokus mendorong investasi besar-besaran di industri petrokimia. Misalnya, di Cilegon sudah ada dua industri petrokimia, yakni Chandra Asri dan Lotte Chemical, yang total nilai investasinya mencapai USD 7 miliar," paparnya.
Di samping itu, bakal ada penambahan penanaman modal dalam pengembangan industri petrokimia di Tanah Air, yang berlokasi di Balongan, Indramayu, Jawa Barat. Nantinya di sana akan ada pembangunan klaster baru hasil kerja sama Pertamina dengan CPC Taiwan.
"Jadi, nanti ada perusahaan induk dan beberapa perusahaan hilirnya. Total investasinya sekitar USD8 miliar," tuturnya.
Guna mendongkrak produktivitas dan daya saing industri petrokimia nasional, menurut Airlangga, selain perlu ditopang ketersediaan infrastruktur, juga pasokan energi menjadi vital sebagai bahan baku seperti gas industri. Hal ini mengingat penggunaan gas di sektor industri berkontribusi sangat signifikan dalam struktur biaya industri.
Oleh karena itu, penyesuaian harga gas yang kompetitif perlu dilaksanakan. Selanjutnya, infrastruktur yang dibutuhkan antara lain jaringan transportasi dan pelabuhan, perlunya penguasaan riset dan pemanfaatan teknologi terkini, serta ketersediaan SDM yang kompeten sebagaimana telah ditetapkan dalam strategi implementasi Making Indonesia 4.0.
"Industri kimia diharapkan juga dapat meningkatkan kapasitas produksinya yang berbasis ethylene. Apalagi, kebutuhan plastik terus meningkat, yang saat ini mencapai 5 juta ton per tahun. Nanti yang diproduksi dari Cilegon setelah adanya ekspansi sebesar 3 juta ton per tahun, dan ditambah dari Balongan sebesar 1 juta ton per tahun," jelas dia.
Airlangga menambahkan dengan jumlah penduduk sekitar 265 juta jiwa dan dukungan sumber daya alam sebagai bahan baku industri petrokimia, baik yang tidak terbarukan maupun terbarukan, Indonesia memiliki peluang sebagai pusat pengembangan industri petrokimia di lingkungan strategis ASEAN dan Asia.
"Kami terus mendorong tumbuhnya klaster yang terintegrasi, seperti di Cilegon, Gresik, dan Bontang. Selanjutnya akan dikembangkan di Bintuni, dan salah satu Kawasan Ekonomi Khusus yang sedang direvitalisasi adalah di Lhokseumawe," sebutnya.
Baca juga:
Investasi Rp9 T, Produsen Wuling Indonesia Target Ekspor 2.600 Unit Akhir 2019
Kemenperin Temukan Teknologi Ubah Sampah Plastik jadi Bensin
Nilai Ekspor Batik Indonesia Semester I 2019 Capai Rp253,897 Miliar
Strategi Kemenperin Tingkatkan Tenaga Kerja Berinovasi
5 Kompetensi yang Perlu Dimiliki Pekerja RI agar Ciptakan SDM Unggul
Esemka Tak Diajak Ikut Pameran Bergengsi Hannover Messe 2020, Ini Sebabnya