Mentan: Sawit Malaysia Tak Boleh Lebih Bagus dari Indonesia
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menegaskan kalau produktivitas sawit Indonesia harus dimaksimalkan. Mengingat, Indonesia memiliki kawasan perkebunan kelapa sawit terbesar di dunia.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menegaskan kalau produktivitas sawit Indonesia harus dimaksimalkan. Mengingat, Indonesia memiliki kawasan perkebunan kelapa sawit terbesar di dunia.
Melihat modal itu, Mentan Syahrul mengatakan kalau profuktivitas dari kelapa sawit Indonesia tak boleh kalah dari Malaysia. Kedua negara ini menjadi penyumbang terbesar produk sawit ke dunia.
-
Kenapa Kulat Pelawan mahal? Jika dijual, Kulat Pelawan amat mahal, harganya bisa mencapai jutaan rupiah per kilogram. Proses pertumbuhan jamur ini konon terbilang sulit, karena harus menunggu sambaran petir. Semakin jarang ditemukan, makin tinggi juga harganya di pasaran.
-
Kenapa KEK Singhasari penting? KEK Singhasari berkonsentrasi pada platform ekonomi digital untuk bersinergi dengan perkembangan antara bisnis pariwisata dan ekonomi digital.
-
Apa keistimewaan Desa Kalipait? Desa Kalipait di Kecamatan Tegaldlimo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, merupakan desa terluas di Pulau Jawa. Berdasarkan data Badan Informasi Geospasial, luas desa ini mencapai 428,98 kilometer persegi.
-
Kenapa UMKM penting? UMKM tidak hanya menjadi tulang punggung perekonomian di Indonesia, tetapi juga di banyak negara lain karena kemampuannya dalam menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
-
Apa itu kue ketan? Kue ketan adalah salah satu makanan tradisional yang memiliki tempat istimewa dalam ragam kuliner nusantara.
-
Kenapa materai penting? Penggunaan meterai memberikan kekuatan hukum pada dokumen dan menjadikannya sah di mata hukum. Selain itu, materai membantu mencegah pemalsuan atau penyalahgunaan dokumen dengan memastikan bahwa dokumen tersebut telah melalui proses administrasi yang benar.
"Salah satu yang harus kita lewati, ndak boleh sawitnya Malaysia jauh lebih bagus dari sawitnya Indonesia," tegasnya dalam Pelepasan Gugus Tugas Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), di Auditorium F Kementan, Selasa (16/5).
Mentan Syahrul mengatakan, Indonesia punya potensi menggenjot produksi dari kelapa sawit. Termasuk berbagai aspek pendukung yang ada, misalnya dari dukungan akademisi.
Termasuk salah satunya adalah upaya dengan melakukan peremajaan kebun sawit. Dengan begitu, harapannya, sawit Indonesia bisa membukukan produktivitas yang lebih tinggi dari sebelumnya.
"Kurang apa kita? Kurang perguruan tinggi mana? Kenapa negara lain jauh lebih (bagus)? Besok kalau kita biarin begini, orang lain akan lebih maju kan," bebernya.
Informasi, mengenai program PSR, Mentan Syahrul membidik pengawalan program ini di 8 provinsi penghasil kelapa sawit sebagai tahap awal. Mengingat ada target 180.000 hektar lahan sawit yang diremajakan sepanjang 2023 ini.
Hingga saat ini, sudah ada 25.000 hektar lahan yang berhasil diremajakan tanaman sawinya. Setelah peremajaan, berarti ada waktu sekitar 3-4 tahun untuk kebun itu bisa produksi lagi.
Manajemen Terukur
Lebih lanjut, Mentan Syahrul menegaskan sebagai upaya perbaikan juga, manajemen pelaksanaan program juga perlu diperhatikan. Misalnya dengan melakukan pemetaan wilayah.
Dia menegaskan, setiap sentra penghasil kelapa sawit harus bisa bersaing satu sama lain. Harapannya, produktivitas akan meningkat selaras antara satu daerah dan daerah lainnya.
"Jadi tidak boleh (dibiarkan pengelolaannya), manajemen harus terukur, kalau cuma sumatera utara, 'pak Kadis kok lebih cepat dari sumatera barat', gak boleh. Minimal seimbang. Nah itu yang harus memang dorongannya ada," kata dia.
"Tapi saya senang tadi sudah pakai pedoman ada daerah merah, ada daerah kuning, ada daerah hijau. Sikat dulu yang hijau," sambung Mentan Syahrul Yasin Limpo.
Reporter: Arief Rahman H.
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)